HE ISN'T MYBROTHER

Sellyn Bertemu Dengan Mertua



Sellyn Bertemu Dengan Mertua

0Nino mengangangguk menjawab pertanyaan sang mami. Memang apa lagi yang akan dijawab Nino mengenai perempuan itu, perempuan yang masih dipeluk oleh Regan.     

"Mereka teman sekampus, Ma. Kenapa bertanya seperti itu. Dia jadi ketakut—"     

"Diam, Regan! Kau membawanya untuk diperkenalkan kepada mami. Tentu mami akan mengetahui perempuan seperti apa yang membuatmu seperti ini," sahut cepat wanita paruh baya itu. Ia tidak membiarkan kelanjutan kalimat yang tentu ia tahu kemana arah tujuannya.     

Regan menghela napas ringannya dengan masih mengusap lembut bahu kecil sang istri. Ia tahu perempuan yang kini berada di pelukannya sedang begitu gugup menghadapi maminya. Semoga saja maminya tidak membuat Sellyn menangis di tempat. Bisa repot Regan menenangkan perempuan itu.     

"Dia memang kenapa, Mam? Kenapa bisa datang ke rumah kita?" tanya Nino saat tubuhnya kini duduk di tangan sofa di samping maminya. Ia masih begitu bingung dengan situasi saat ini.     

Kenapa Sellyn bisa di sini? Dan kenapa maminya seperti sedang mengintrogasi dengan begitu detail?     

"Kau pulang seminggu. Dan sekarang kepo, apa kau begitu sadar kesalahanmu di mana?" sungut wanita paruh baya itu dengan melirik tajam ke arah putra keduanya.     

"Yaya! Biasalah kak Delon, Mam. Aku dulu juga begini saat kuliah, kenapa harus jadi masalah sih? Aku juga tidak hamil bukan?"     

Bugh ...!     

Pukulan keras mendarat pada bahu Nino. Hingga membuat sang empu kesakitan.     

"Mami, kenapa malah memukulku?"     

"Mulut itu kenapa tidak pernah disaring, ha? Mana ada lelaki hamil. Tapi, kamu yang bisa membuat mereka hamil. Apa kau pikir mami buta dengan kelakuanmu di luaran sana dan lelaki itu." Mami Sarah—ibu dari Regan dan Nino menunjuk ke arah putra sulungnya yang membuat sang tersangka membulatkan mata.     

"Itu namanya lelaki tulen, Mam. Kenapa harus repot? Mami harusnya bersyukur aku dan Kak Regan masih menyukai perempuan," kata Nino tanpa berpikir dua kali. Tapi, soal hamil, ia juga sebenarnya takut. Apa benar ia bisa bertanggung jawab dengan Monica?     

Bugh ...!     

Sekali lagi pukulan mami Sarah membuat Nino melonjak kesakitan dan bergerak menjauh dari wanita paruh baya itu .     

"Berani kau mengatakan itu, hah, Anak Kurang ajar?! Kau kusekolahkan jauh-jauh, hanya bisa menilai seorang perempuan seperti itu? Tidur dan membuang dengan begitu saja?" Pertanyaan mami Sarah membuat Nino menunduk. Ia akui kebiasaannya memang seperti itu.     

"Kalian berdua jika selalu melakukan hal seperti itu ... sebaiknya kalian berdua tidak perlu melihat wajah mami lagi. Segala ajaran papimu rusak, hanya karena ulah kalian berdua!" ringkasnya dengan wajah memerah karena sudah begitu kesal dengan kelakuan kedua putranya yang sangat sulit menjauhi kehidupan tidak baik itu.     

Mami Sarah tanpa sadar melupakan seorang gadis mungil yang begitu berparas cantik masih menundukkan kepala. Mungkin dia takut dengan teriakannya yang selalu seperti ini saat melihat Nino yang tak henti-hentinya keluar dari kebiasaan club malamnya.     

"Mami, aku berbeda dengan cecunguk itu. Aku sudah mempunyai istri. Aku juga bersiap menghamilinya kapan saja. Dia saja yang mami usir, aku juga tidak mau memiliki adik jelek sepertinya," sahut Regan yang tak lupa mencium pucuk kepala Sellyn. Hingga membuat ketiga orang di sana begitu terkejut dengan pengakuan lelaki berkaca mata itu.     

Selly reflek mencubit paha Regan yang seperti tanpa beban telah mengatakan kejujuran itu.     

'Abang, kenapa mengatakan itu, sih? Apa mama Abang Regan mau menerima gue? Gue benar-benar takut diusir, ditendang dan dilempari segepok lembaran uang,' batin Sellyn dengan menggit bibir bawahnya begitu ketakutan.     

"Istri ...."     

"Mami, apa Nino tidak salah dengar? Lelaki cupu itu bilang dia istrinya kan?" Pertanyaan Nino diangguki pelan oleh mami Sarah yang sama saja terkejut. Ia pikir perempuan muda itu adalah satu perempuan dari korban sang putra sulung. Korban sakit hati dicampakkan setelah dipakai, seperti para perempuan lainnnya yang datang.     

"Mami pikir, dia adalah salah satu teman kencan Kakakmu. Ternyata malah sudah menjadi istrinya," tambah sanggah wanita paruh baya itu dengan menggeleng tak percaya.     

Langkah wanita paruh baya itu mengayun ke arah sofa yang kini sedang diduduki putranya.     

"AAWKH, Mamm!"     

"Kamu benar menghamili perempuan muda ini? Kenapa kamu begitu mengecewakan mami, Regan. Adikmu sudah membuat kepala mami hampir pecah, sekarang kamu. Sampai kapan kalian membuat hari tua mami tenang?"     

Regan melepas pelukannya pada bahu kecil Sellyn. Kini tubuh jangkung itu telah beranjak dari duduknya sesuai dengan tarikan di daun telinga Regan.     

"Aku tidak ...."     

"Alasaan pasti itu, Mam. Mana mungkin Sellyn tidak hamil melihat lelaki cupu itu turus mengempurnya," sahut Nino yang membuat Regan melepas salah satu sepatu pantofelnya, dilempar ke arah adiknya. Sayang, lemparan Regan tidak sesuai sasaran karena masih merasakan sakit di telinganya.     

"Brengsek! Sini, Lo! Milih kuburan atau langsung gue kubur aja, hah?"     

"Aaawwhh... Mam, sakitt," lirih Regan yang semakin membuat Nino terbahak di sana.     

"Beraninya kau mengumpati adikmu!" dengus mami Sarah yang langsung melempar tubuh putra sulungnya ke arah Nino.     

Wanita paruh baya itu pun langsung mendudukkan tubuhnya di samping Sellyn. Tubuh Sellyn semakin bergetar saat mendapati parfum yang tercium di hidung Sellyn semakin membuat perempuan itu gugup, melebihi berhadapan dengan dosen.     

"Hallo, mantu Mami ... apa mami membuatmu ketakutan, Sayang?" tanya wanita paruh baya itu sudah mengusap lembut punggung kecil Sellyn. Sehingga membuat Sellyn perlahan mengangkat wajah cantiknya untuk bertatap muka sedekat ini.     

"Namamu, Sellyn?" Sang pemilik nama mengangguk dengan manik mata berkaca-kaca.     

Wanita paruh baya itu mengulas senyum ramahnya. Wajah datar tadi sudah berubah menjadi hangat dan penuh cinta. Sesungguhnya ia tidak pernah, tidak menyukai teman perempuan kedua anaknya. Tapi, ia sedikit trauma jika ada perempuan yang berpura-pura menjadi istri Regan kembali.     

"Apa kalian kawin lari?" tanya mami Sarah yang mendapatkan anggukan, lalu di persekian detik perempuan muda itu menggeleng.     

Mami Sarah tertawa terbahak. Ia sudah yakin akan menerima jawaban seperti ini. Jika, melihat tabiat kedua putranya yang tak akan pernah disukai oleh para calon mertua, meskipun wajah mereka begitu mendukung.     

"Orang tuamu sudah sesuai. Putraku memang tidak pantas mendepatkan perempuan secantik dirimu, Sayang. Suamimu itu memang pantas mendapatkannya."     

Regan ternganga mendengar perkataan mami Sarah tidak sesuai dengan ekspetasi dirinya.     

"Lepaass, cupu! Lo ngga usah kaget gitu, Lo emang jelek, pantes aja mami nyesel ngeluarin, Lo," ejek Nino saat lehernya telah dikunci oleh Regan karena mereka berdua sedang bergulat karena Nino masih saja mengompori Regan.     

"Dieem Lo! Apa gue patahin leher Lo, kalau mulut Lo masih aja ngomong, ha?"     

"Mammi, aku masih anakmu, kan?" teriak Regan dengan suara merengek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.