HE ISN'T MYBROTHER

Suprise Untuk Istriku



Suprise Untuk Istriku

0"Aku menemukannya di depan pintu apartemen. Apa ada tetangga apartemen baru, ya?"     

"Biasanya kan seperti itu. Mereka ngga bisa lama-lama. Terus ningalin aja di depan pintu." lanjut Rachel saat bau sabun begitu pekat di dekatnya. Dan suara tempat tidur bertambah beban semakin menegaskan siapa yang kini menjadi pendengar setia dari ocehannya.     

"Kenapa bisa pas dengan kue kesukaanmu?" tanya Delon yang membuat Rachel menoleh tidak tahu. Ia juga penasaran, kenapa bisa gitu tepat?     

"Paling cuma kebetulan, Kak. Nanti biar aku buat kue juga buat tetangga baru kita." Rachel kembali menamatkan pandangan berbinar ya pada brownies kesukaannya. Ia seakan ingin memeluk dan membawa tidur. Rasanya, Rachel begitu sayang untuk menggigit salah satu di antara mereka.     

Delon mengusap gemas pada pucuk kepala istrinya. Dan beranjak menuju ke arah lemari bajunya.     

Setelah selesai semua, lelaki tampan itu mengayun langkah ke arah nakas. Di mana ponselnya baru saja ia isi data sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, mengambil goodie bag kecil yang tadi diserahkan pak Yono padanya dan menjadi penyebab kemarahan Rachel padanya.     

"Sayang," panggil Delon yang hanya dijawab deheman Rachel tanpa mau mengalihkan pandangan dari brownies kesukaan perempuan cantik itu.     

Delon menghela napas ringan. Sekarang ia merasa begitu cemburu dengan bentuk buatan manusia itu yang terlihat enak, bisa berada dipangkuan sang istri setelah dirinya yang selalu menempatkan kepala di sana.     

"Letakkan di sana. Aku mau bobo di situ," kata Delon menunjuk ke arah pangkuan sang istri.     

Rachel menggeleng. "Kak Delon tidur aja di kasur. Aku masih mau lihat mereka," sahut Rachel yang membuat Delon terpkasa menurut. Namun, bukan menurut tidur, lelaki tampan itu malah memeluk tubuh istri kecilnya dari belakang.     

"Apa kamu bahagia hidup denganku, Sayang?" tanyanya kembali. Dan lagi-lagi membuat Rachel mengangguk seraya mengusap lembut paha yang terbungkus celana pendek Delon.     

"Apa kamu mau berpisah denganku?" Pertanyaan itu sontak membuat Rachel memutar kepala dengan tatapan tajam ke arah suaminya yang sedang mengukir lengkungan indah di bibir sensualnya.     

"Jangan berkata seperti itu. Aku tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali," dengus perempuan berdaster dengan rambut cempolannya. "Apa kamu berpikir akan membuat anakku tanpa papa?" sambungnya dengan wajah serius. Tidak ada senyum, hanya bola mata coklat yang berkaca-kaca.     

"Uhh... gemasnya istriku. Aku juga tidak pernah berpikiran seperti itu. Tapi, mendengar kamu akan mencari lelaki lain tadi di mall. Apa akan setampan dan sehebat aku di ranjang?"     

Rachel yang pasrah saja menerima pelukan dari suami langsung mengingat kejadian di mobil yang membuat dirinya juga hampir kehilangan calon anaknya karena kecerobohan Rachel yang tak pernah terpikirkan sama sekali oleh perempuan cantik itu.     

"Kenapa aku bisa melupakan itu?" gumam lirih Rachel yang mampu terdengar jelas di telinga Delon. Lelaki tampan itu hanya tertawa ringan dengan mengecup lembut kedua pipi putih istrinya.     

"Eeiy, kenapa mau pergi? Tidak mau aku peluk?" Delon mengernyit saat tubuh Rachel memberontak ingin dilepas dari pelukan lelaki itu dari belakang. Bahkan kegiatan nakal tangan Delon sempat terhenti pada tubuh bagian atas istrinya yang semakin membesar menggemaskan.     

"Aku lupa. Seharusnya aku ngga baikan sama kamu, Kak. Aku masih ngga mau deket sama kamu. Sialan, kamu, ya! Kenapa kamu bisa membuatku lupa kejadian tadi, ha?"     

"Jangan pikir kamu bisa membuatku lupa." Rachel beranjak melepaskan jemari tangan Delon pada dadanya. Tapi, lelaki itu malah membuat Rachel harus menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah dan membuat Delon menang.     

"Aku tidak pernah membuatmu lupa, Sayang. Kamu yang lupa sendiri, kenapa kamu yang marah padaku? Aku sudah mendengar semua umpatanmu padaku. Aku seharusnya melakukan apa yang kau minta kan? Tapi, aku tidak berdaya, aku hanya mencintaimu. Bukan perempuan lain."     

"Dan satu hal lagi."     

"Mana ada perempuan lain yang bisa berbagai gaya dan membuatku mendesah setiap saat? Aku bahkan tidak pernah mengajarimu. Kamu belajar dengan siapa?" berondong Delon yang membuat bola mata Rachel mendelik mendengar pertanyaan itu.     

Kenapa hal sensitif itu juga ditanyakan lelaki itu dalam kekesalan Rachel saat ini, sih? Kenapa tidak membiarkan Rachel marah tanpa harus merasa malu. Ia juga tidak pernah mempelajari hal tersebut. Karena pendengarannyalah yang menjadi guru terbaik tanpa harus bertanya.     

Mendengar siapa? Mendengar Sellyn dan Monica yang tak henti-hentinya bercerita tentang berbagai gaya dalam bercinta. Mereka memang sudah terlebih dulu mengenal apa yang ditanyakan Delon saat ini. Aaghh... jika mengingat obrolan mereka bertiga yang begitu vulgar, Rachel bergidik. Pasti suaminya juga tidak akan percaya tentang apa yang pelajari dari Sellyn dan Monica.     

Beruntung Sellyn dan Monica selalu menempatkan prinsip 'sex after married' tapi, berbeda dengan dirinya yang harus terpesona dengan jamaahan tangan Delon yang membuat Rachel melepaskan mahkotanya sebelum pernikahan dan izin dari kedua orang tuanya terkantongi.     

"Hei, kenapa diam?" Rachel semakin membulatkan mata, saat merasakan remasan Delon semakin menguat dibarengi dengan perkataannya yang membuat Rachel terlepas dari lamunan masa lalu.     

"Mesum banget. Lepas ... lepas! Jangan sentuh-sentuh aku," desah kesal Rachel yang masih mencoba melepas tangan jemari besar di dadanya.     

"Oke-okee, aku lepas ini." Delon mengangkat kedua tangannya di atas kepala dan membuat Rachel dengan cepat pergi dari hadapan lelaki tampan itu.     

Perempuan cantik itu dengan kesal menuruni tempat tidur dengan membawa cake kesukaannya di dalam pelukan perempuan cantik tersebut.     

Saat kaki Rachel sudah sampai di bibir pintu kamar mereka berdua. Suara Delon membuat dirinya menghentikan langkah dengan mendadak. Lagi ... lagi, Delon membuat Rachel terkejut dengan apa yang dikatakan lelaki itu.     

"Kamu cantik, Sayang. Dengan kalung itu ... aku sungguh senang dengan design dari tanganmu sendiri."     

Ha?     

Apa maksudnya? Kalung? Kalung apa?     

Rachel mengenyitkan garis dahinya tebal, lalu memutar tubuh, melihat sang suami yang sudah menentang tubuh kekar itu di atas tempat tidur. Jangan lupa gambaran senyum mesum itu masih saja tergores di sana.     

"Kalung apa yang kamu maksud? Apa yang kamu maksud goodie bag itu isinya kalung? Kamu buat kalung untuk siapa?"     

Pertanyaan Rachel tidak dijawab oleh Delon. Lelaki tampan itu hanya menunjuk ke arah meja rias.     

Rachel semakin tidak mengerti dengan apa yang dilakukan suaminya saat ini. Kenapa ia harus menuju ke meja rias? Meskipun pertanyaan itu masih menghantui pikiran Rachel. Perempuan cantik itu pun mengayunkan langkah ke arah kaca besar itu yang menampilkan tatanan apik berbagai perawatan kulit milik Rachel.     

Ada apa sih?     

Rachel sudah sampai tepat di depan kursi riasnya dan juga cermin besar di sana. Perempuan cantik itu masih menatap tubuh rampingnya dalam pantulan di depan matanya.     

Rachel menggeleng saat ada sesuatu yang berbeda dengan tampilannya.     

"Kenapa dia di sini? Kenapa bisa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.