HE ISN'T MYBROTHER

Kalung Impian



Kalung Impian

0"Ini ... designku. Kenapa bisa ada di leherku, Kak?"     

"Kaak! Jawab aku, kenapa kalung ini bisa dibuat? Padahal kan sangat rumit."     

Rachel masih terdiam di tempat. Ia memandang leher jenjang putihnya sudah semakin cantik dengan tambahan rantai berbahan emas putih lengkap liontin infinity disambung berlian bulat di bawahnya. Sungguh sangat mempesona.     

Garis melengkung perempuan cantik itu semakin terlihat begitu jelas. Ia meletakkan begitu saja brownies yang tadi ia pegang. Sungguh berlian yang dulu ia design dengan diam-diam dari papanya, kini sudah terpasang begitu indah di leher Rachel.     

Tangisnya meluru. Rachel, sangat terharu dengan apa yang dilakukan Delon padanya. Dan betapa bodohnya Rachel yang menganggap Delon tak lagi mau hidup dengannya.     

"Sini ... peluk aku. Aku sudah ditolak beberapa kali oleh istriku. Sekarang, dia malah menangis. Dasar cengeng. Sini cepat," sahut Delon yang masih menentangkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan dua tangan yang diangkat di udara.     

Rachel yang mendengar perkataan Delon langsung memutar tubuh, berlari ke arah sang suami yang sudah menanti dirinya untuk memeluk.     

Rachel memang cengeng. Dia memang selalu luluh dengan berbagai perlakuan lembut Delon, meskipun terkadang lelaki itu selalu membuatnya pusing dengan berbagai perhatian yang tergolong begitu possesif. Tapi, hal itulah yang membuat Rachel begitu mencintai Delon. Meski umur di antara mereka berdua sedikit jauh. Tapi, itu tidak masalah. Jika cinta sudah berkembang dan bersemi, usia bisa berkata apa?     

"Uhh, istri cantikku menangis. Apa sebahagia itu?" Delon mengusap lembut pipi putih Rachel yang sudah membasah, meski perempuan cantik itu hanya mengeluarkan sesenggukan lembut. Tapi, ia tahu, jika Rachel begitu senang hasil designnya sudah terwujud nyata.     

Karena Delon tahu, Jeno tidak pernah mengizinkan Rachel untuk mengasah keahlian designnya, dan bahkan keahlian itu seperti harus dikubur dalam-dalam sesuai dengan keinginan Jeno yang menginginkan putrinya mewarisi perusahaan keluarga Mauren.     

Maka dari itu, Rachel memilih jurusan Ekonomi Bisnis. Padahal, istrinya sudah dilatih sejak kecil tentang aturan dunia bisnis. Tapi, papa Jeno masih tidak menginginkan Rachel menggambar apapun itu.     

Dan Rachel, harus bisa mengiyakan permintaan papanya tanpa mau membantah. Maka dari itu design perhiasan itu hanya bisa perempuan itu kubur setelah ditunjukkan kepada Delon dulu. Entah, dari mana Delon bisa mendapatkan design yang yang sudah dibakar Jeno dulu.     

"Kenapa jahat sekali, Kak," kata Rachel semakin menenggelamkan wajahnya di leher Delon.     

Delon terkekeh mendengarkan celotehan Rachel yang masih tidak menyangka tentang kejutan yang telah dipersiapkan Delon. Beruntung mulutnya bisa menjaga rahasia itu hingga mereka sampai di rumah.     

Hampir saja Delon ingin mengatakan yang sejujurnya kepada Rachel saat Antoni dan klien perempuannya berada dalam posisi dirinya dan Rachel bertengkar. Tapi, sekuat mungkin cintanya harus bisa membawa perempuan cantik itu pulang. Seperti saat ini, Rachel menangis terharu dengan kejutan yang ia siapkan.     

"Aku menunggu kalung itu sangat lama, Sayang. Dan aku juga terkejut saat pak Yono memberikannya."     

"Berapa lama memang?" tanya Rachel yang sudah meletakan jari telunjukknya di depan permukaan bibir sexy Delon. Menyentuh dan menggerakkan dengan begitu manja di sana.     

"Tiga bulan. Aku ingin memberi itu sebaai hadiah ulang tahunmu. Tapi, aku sudah tidak tahan ingin memasangkan kalung buatanmu itu di lehermu. Pasti sangat cantik. Dan benar bukan dugaanku?"     

"Yaa, meski harus menadapat pukulan dan penolakan dari istriku," sambunga Delon seraya melirik ke arah Rachel yang tiba-tiba juga melirik ke arahnya.     

Delon dan Rachel tertawa bersama saat melihat tatapan mereka bersatu. Lelaki tampan itu membawa tubuh kecil Rachel samakin terlihat mungil di dalam dekapannya.     

"Aku tidak mau berbagai dengan wanita lain. Aku hanya ingin memilikimu untukku sendiri, Kak. Lupakan perkataanmu tadi ..."     

"Itu semua juga karenamu yang membuatku salah paham. Kenapa tidak mengatakan sejak awal. Ulang tahunku juga masih dua bulan lagi," tambah Rachel yang juga semakin menenggelamkan wajahnya di leher tegas Delon.     

"Aku ingin memberimu kejutan, Sayang. Selama pernikahan kita aku tidak pernah memberimu hadiah. Aku juga ingin menjadi suami yang berguna untukmu," balas Delon seraya mengecup pucuk kepala Rachel berulang kali.     

Rachel masih mengulas senyum. Perempuan itu membalik tubuhnya, hingga terlentang dengan lengan tangan Delon sebagai bantal kepalanya.     

"Aku sudah mempunyai ini ... kenapa harus benda yang begitu mahal?" Rachel mengangkat tangan kirinya dengan memperlihat cincin emas putih berukiran nama mereka masing-masing. Delon menggunakan cincin terukir nama Rachel. Sedangkan perempuan itu menggunakan cincin dengan ukiran nama Delon.     

"Kalung ini pasti sangat mahal. Kita bisa menjualnya nanti, kalau keadaan keuangan kita sedang tidak baik." Satu tangannya lagi menyentuh kalung emas putih itu dengan lembut. Bahkan, lambang infinity itu tak kunjung membuat senyumnya lepas.     

"Jangan dijual. Kita tidak akan kekurangan uang, Sayang. Itu hanya emas imitasi saja. Makanya pembuatannya sangat lama," jawab Delon bohong.     

Ia tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya, jika harga kalung itu bisa setara dengan lima rumah besar dengan pilar tinggi putih di setiap sisi rumah.     

Jika, Rachel tahu, perempuan itu pasti akan memutilasi Delon karena akan menuntut jawaban dari berbagai hal-hal yang janggal yang telah disembunyikan Delon selama ini.     

"Ini emas imitasi?" Ulang Rachel yang melirik ke arah manik mata hitam legam itu, mencari jawaban yang sesungguhnya.     

Tapi, Rachel memang hanya melihat kejujuran di sana. Dan napas panjang perempuan itu terhela dengan begitu kentara. Sesungguhnya ia memang menginginkan yang asli. Tapi, dengan ekonomi mereka yang tidak seperti dulu, Rachel juga tidak mau menambah beban suaminya.     

"Syukurlah. Kalau yang asli pasti kita akan jatuh miskin langsung, Kak. Aku sepertinya aja sudah begitu bahagia ..." ucap Rachel yang tiba-tiba memiringkan tubuh, merangkak sedikit ke arah wajah Delon.     

Rachel mencium dengan penuh semangat seluruh inci wajah tampan itu hingga Delon tertawa geli karena merasa kulit wajahnya begitu basah.     

"Astagaa, apa ini hadiah balasanku?"     

"Apa menurutmu begitu? Aku pikir hadiah untukmu bukan hanya ini saja? Apa kamu mau mengunjungi anakmu juga? Sepertinya dia ingin dikunjungi setelah mamanya sudah diberi kejutan indah," jelas Rachel yang sudah mengarahkan tangannya pada tubuh bagian bawah Delon dengan meremas kuat di sana. Hingga membuat Delon menyeringai tajam penuh dengan serangan yang sudah disiapkan lelaki tampan itu     

"Kamu sangat nakal, ya, Sayang? Keluarkan sendiri, aku ingin hadiah itu. Kamu harus bisa memanjakan dia. Bagaimana?" tawaran itu dijawab dengan kediapn mata sebelah. Rachel langsung mendudukkan dirinya di atas tubuh Delon.     

"Berapa ronde? Anakmu kali ini ingin sampai pagi, bagaimana?"     

"Deal. Kita sepakat! Aku akan membuat susah berjalan, Sayang. Tapi, sebelum bibir itu menyentuhnya. Kamu harus bisa menyentuh bibirku dulu," kata Delon yang langsung menarik tangan Rachel hingga perempuan itu berteriak.     

"Aawwh... pelan-pelan, Kak ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.