HE ISN'T MYBROTHER

Kiriman Buquet Bunga Misterius



Kiriman Buquet Bunga Misterius

0"Tidak. Kamu tidak boleh ke mana-mana."     

"Kamu harus istirahat," Delon menolak keras saat Rachel ingin pergi ke rumah Regan bertemu dengan Sarah.     

Rachel terus merajuk hingga duduk di atas rumput kembali dan tidak mau pulang. Kelakuhan itu membuat Sellyn dan Monica terbahak. Pasalnya Rachel tidak pernah melakukan hal seperti ini bahkan sampai menjadi pusat perhatian orang banyak.     

"Udah Lo istirahat aja, Chel. Lo kan lagi hamil, kalau gue lagi nunggu," sahut Sellyn seraya mengedipkan mata genit ke arah Regan.     

"Ngga mau ... mau ketemu tante Sarah. Gue udah lama ngga ke sana." Rachel mendongak ke arah Sellyn. Lalu, mengalihkan pandangan memelas ke arah Delon yang masih menatap datar ke arah Rachel.     

"Kak, ayo ke rumah tante Sarah. Aku janji akan langsung tidur nanti setelah sampai di sana," sambung perempuan itu seraya memperlihat puppy eyesnya. Berharap suami tampannya itu mengangguk dan ia akan menghambur ke dalam pelukan Delon seraya mencium penuh wajah sempurna itu.     

Delon .asih tidak mau bersuara. Ia juga bingung harus menjawab apa. Karena keadaan Rachel yang butuh banyak istirahat. Ia tidak terjadi masalah apapun antara kedua orang yang dicintainya.     

Sebuah tepukan bahu menyadarkan Delon dari lamunannya. Lamunan kalut yang membuat Delon sekarang bimbang. Ia memang sudah lama tidak pernah mpir ke rumah Regan. Tapi, itu semua karena kesibukannya di kantor dan juga mengurus pernikahannya.     

"Nggak apa-apa. Bentar doang, gue janji orang-orangdi rumah aman. Ngga gigit," kata Regan yang membuat Rachel menembangkan senyum lebar. Kedua manik coklat itu berbinar.     

"Itu juga termasuk ngidam ngga sih?" sahut Monica yang juga sedang memandang Rachel terlihat seperti anak kecil yang sedang bermain sendirian dan tiba-tiba di kelilingi oleh orang-orang dewasa.     

"Bisa dibilang begitu, Sayang. Kan orang hamil tipe ngidamnya beda-beda." Nino memeluk pinggang ramping Monica hingga membuat sang empu terkesiap, tapi beruntung ia bisa mengendalikan keterkejutannya.     

Nino mendekatkan mulutnya di telinga Monica. "Jangan terlalu gugup, Sayang. Kamu harus bisa terbiasa. Aku akan tiba-tiba memelukmu seperti ini," bisiknya yang membuat pupil hitam legam Monica membesar.     

"Iya ... iyaa, Kak! Aku ngidam, apa kamu mau lihat anakmu ngecess gitu?"     

"Atau kamu mau anterin aku ke rumah mama?" Dua pilihan Rachel lesatkan. Ia yakin suaminya tidak akan bisa memilih. Karena keduanya berat, tapi yang lebih memungkinkan adalah pilihan pertama.     

"Boleh, tapi kamu harus tidur siang dulu. Nanti aku anter kamu ke rumah mami Sarah, bagaimana?" Suara Delon seperti tegas, tapi mengandung perhatian yang dalam.     

Rachel mengangguk setuju. Karena ini semua juga demi calon anaknya yang disarankan dokter untuk lebih mengurangi kegiatan Rachel. Istirahat sebentar juga tidak masalah, karena tubuh Rachel juga begitu lelah karena persentasi tadi.     

Apalagi, dosen kali ini tak henti-hentinya memberinya pertanyaan seputar asal mula materi. Mungkin dosen itu takut kalau Rachel menyalahgunakan kekuasaan Jeno.     

"Setuju, Sayang. Bantu aku dong, kamu jahat banget sih, lihat istri kesusahan berdiri kamu cuma kamu liatin aja," celoteh Rachel yang membuat seluruh orang di sana menutup mulut mereka menahan tawa.     

Seorang seperti Delon, ketampanannya bak dewa Yunani Kuno itu harus dimarahi istrinya. Dan juga menerima suruhan untuk membersihkan pantat Rachel yang kotor karena duduk di atas rumput.     

"Makanya jangan duduk di sana. Duduk aja dipangkuanku, kamu sih pakai ngambek," kata Delon yang sudah hampir menyelesaikan memberishkan rok istrinya dan tidak lupa memberinya remasan di sana, hingga membuat sang empu memekik.     

"Iiihh... Nakaal banget." Rachel mencubit lengan tangan kekar Delon gemas. Lelaki tampan itu hanya mengulas senyum tampannya, mencium bibir depan sang istri.     

"Gue duluaan ya!" teriak Rachel pada saat tangannya sudah digandeng Delon untuk menjauh dari para sahabatnya. Mereka bertiga juga akan berkumpul lagi nanti. Jadi, Sellyn dan Monica juga tidak terlalu cemas dengan kondisi Rachel yang sedang hamil muda.     

Delon dan Rachel saling bersendau gurau di sepanjang jalan hingga sampai di mobil mereka. Hari ini pak Yono memang sedang libur, maka dari itu Rachel tidak berantusias menanya di mana lelaki paruh baya tersebut.     

"Kak, nanti mampir beli es crea—"     

"Selamat siang, Kak Rachel. Apa benar Kakak Kak Rachel?" Suara anak kecil tiba-tiba mengehentikan langkah Rachel yang sudah memasukkan satu kaki ke dalam mobil.     

Dan saat mendengar suara itu Rachel menurunkan kembali kakinya, diikuti Delon yang memandang lekat tubuh kecil itu di hadapan sang istri.     

"Siapa kau? Datang dari mana?" tanya berondong Delon tanpa menyorotkan pandangan ramah di sana. Delon hanya ingin mengintrogasi siapa pun yang mencoba mengenal Rachel.     

"Kak, jangan seperti itu." Rachel melempar tatapan ke arah tatapan tajam lelaki itu yang kini memudar berganti perasaan takut dari sang istri     

"Siang, katakan ada apa kamu mencariku? Aku Rachel," kata Rachel dengan mengulas senyum cantik di wajah berseri itu menunjuk ke arah dirinya.     

Anak kecil itu menyerahkan Busquet bunga mawar merah kesukaan Rachel.     

Rachel memang tahu buquet bunga merah itu sedaritadi di peluk bocah kecil itu. Tapi, ia tidak menyangka jika buquet bunga tersebut untuk dirinya. Padahal mereka tidak saling bertemu satu sama lain. Kenapa harus memberinya?     

Apa Rachel memang pernah bertemu dengan bocah di depannya kenapa senyum cerahnya tidak bisa lepas dari bibir kecil itu. Sedangkan Delon sudah menurunkan tubuh jangkungnya untuk menyetarakan tingginya dengan Rachel dan bocah laki-laki itu.     

"Kenapa kau memberi istriku bunga? Apa yang membuatmu melakukan itu?" Delon masih mencecar pertanyaan seraya melirik keberadaan buquet bunga mawar tersebut yang sudah beralih tangan di tangan sang istri.     

'Aku semakin curiga saja dengan gelagat bocah laki-laki ini,' gumam batin Delon yang tak henti-hentinya menatap. Seakan ingin segera mengetahui jawaban atas apa yang sedang berputar dalam otaknya.     

"Hei, kamu tidak apa-apa? Apa aku menyekitimu? Kenapa kamu masih saja diam?" Suara Rachel membuat kepala kecil itu menoleh ke arah sang pemilik suara lembut itu.     

"Kakak, harus menjaga dedek ya. Kata kakak yang menyuruhku, katanya di perut Kak Rachel sedang ada dedek bayinya."     

Bocah kecil laki-laki itu menunjuk ke arah sebuah mobil berwarna putih dengan seorang lelaki berpostur tinggi tak lupa dengan kaca mata hitam mendarat di tulang tegas hidung mancung lelaki tampan itu yang sedang menyandarkan tubuh proporsional itu menatap ke arah mereka.     

Delon mengeratkan deretan giginya saat melihat siapa lelaki yang mengirimi Rachel buquet bunga mawar itu. Memang tidak sulit untuk mencari tahu informasih tentang Rachel. Apalagi untuk orang sehebat dia.     

"Kak Rachel harus selalu jaga dedek bayinya ya?"     

"Lalu, apa lagi yang dia katakan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.