HE ISN'T MYBROTHER

Penolakan Yang Begitu Menyakitkan



Penolakan Yang Begitu Menyakitkan

0"Heyy, Nino ... kenapa kamu ngalamin?"     

"Apa dia adik iparmu?" Kiara memiringkan kepala ke arah Monica untuk melihat wajah itu dengan dekat guna menghapalkan.     

Monica membuang wajahnya ke arah mana pun asal tidak melihat perempuan itu dan tatapannya. Bukan ia tidak percaya diri dengan kecantikannya. Tapi, Monica enggan ditatap seperti itu.     

Jika dilihat-lihat pun Monica juga tidak kalah cantik dan modis dari suster itu. Tapi, jika melihat kedekatannya dengan Nino, ia memang sedikit tidak percaya diri untuk di samping lelaki tersebut.     

"Lepas," bisik Monica yang merasa pelukan Nino masih begitu erat di perut ratanya.     

Kiara menaikkan satu alis melihat pergerakkan yang dilakukan Monica. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan mereka berdua? batin Kiara yang sedikit merasa aneh dengan Nino sedaritadi diam saja.     

"Oke." Nino melepaskan pelukannya pada tubuh Monica dengan kasar.     

Monica menghela napas beratnya, mencoba pergi dari samping Nino dan Kiara. Tapi, belum juga sempurna berbalik. Nino mencekal pergelangan tangannya. Lalu, menarik hingga tubuh ramping itu kembali pada pelukan Nino.     

"Pacar gue. Dia bukan adik ipar gue." Nino menatap lekat ke arah Kiara, lalu mengarahkan pandangan ke arah Monica yang menatapnya juga.     

"Kenalin, Sayang. Dia Kiara teman SMAku. Dan ... Kiara kenalin Monica, pacar gue," sambung Nino.     

Kiara terkesiap mendengar perkataan Nino. Tapi, sebisa mungkin Kiara tidak ingin menunjukkan kekesalannya. Padahal dirinya lebih cantik. Tapi, kenapa Nino malah memilih perempuan itu.     

"Hallo, aku Kiara. Teman SMA Nino sekaligus mantan pacarnya. Tapi, tenang saja itu hanya dulu." Kiara membalas jabatan tangan Monica dengan tawa tidak suka.     

"Aku Monica. Senang bertemu denganmu. Aku senang selera pacarku meningkat, bukan?" balas Monica dengan seringai tajamnya.     

Kiara menggeram mendengar balasan Monica. Apa maksudnya selera Nino sudah meningkat? Dia menghina kecantikan Kiara saat ini? Bahkan, sudah banyak lelaki yang jatuh di ranjang Kiara dengan kecantikannya saat ini. Begitu pula dengan Nino. Pasti Kiara bisa mendepatkan Nino juga.     

"Aaa... iya, kupikir juga begitu. Tapi, sepertinya Nino akan lebih tahu seleranya lagi." Kiara tak ingin kalah. Dia akan merebut Nino dari Monica. Mereka hanya pacaran, jika lelaki itu sudah mendapatkan kemampuan ranjangnya. Kiara pastikan, Nino akan meninggalkan Monica.     

Cup     

Nino mencium pipi putih Monica, memasukkan tangannya untuk memeluk pinggang perempuan cantik itu.     

"Seleraku adalah Monica. Tunggu saja undangan pernikahan kami. Kami akan melangsungkannya sesegera mungkin ..."     

"Gue udah lelah jadi pengembara. Gue udah menemukan rumah gue. Monica," sambung Nino yang bermanja di curuk Monica.     

Monica mengusap lembut kepala belakang Nino dengan lembut. Ia meraskan tangan lelaki itu semakin erat saja memeluknya. Padahal hanya satu tangan saja. Seakan tidak akan membiarkan dirinya lari lagi.     

Kiara mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ia tidak terima satu langkah ke depannya langsung dipatahkan oleh Nino dengan begitu saja sebelum berperang. Brengsek!     

"Nino, kamu tidak benar-benar ingin menikah 'kan? Aku tahu dirimu seperti apa. Jangan membuang masa mudaku untuk menikah, bersenang-senanglah terlebih dulu," sahut Kiara dengan tertawa getir. Ia ingin mempengaruhi pikiran Nino untuk kembali mengingat perbuatan bejatnya selama ini.     

Nino bukanlah lelaki suci. Dia adalah penikmat pangkal paha wanita. Dan Kiara begitu tahu tipe wanita seperti apa yang disukai Nino. Wanita seperti dirinya yang mampu bergoyang hebat dan mendesah menggoda di telinga Nino.     

Kiara pastikan Nino akan lebih menggeram hebat di bawahnya.     

Nino tertawa terbahak mendengar perkataan Kiara. Dan hal tersebut membuat Kiara berdecak senang. Ia pikir pikiran Nino sudah terbuka karena dirinya yang menyadarkan kesukaan lelaki itu yang memang tidak jauh dari kenikmatan semalam. Lalu, buat apa menikah? Pernikahan sama saja dengan menikmati desahan wanita di luaran, bukan?     

"Karena dia hamil anak gue. Dan gue juga udah ngga suka mereka ... atau wanita lainnya. Gue emang bukan lelaki suci, Kiara. Tapi, gue dapat dia yang lebih suci. Dia yang ngga pernah disentuh lelaki lain ... gue jijik sama tubuh yang udah disentuh lelaki lain," sahut Nino dengan kalimatnya yang menohok. Hingga membuat Kiara tanpa sadar memundurkan langkahnya.     

Nino memang bodoh, hal seperti ini saja tidak bisa terbaca oleh sedaritadi. Kiara adalah penyebab Monica menjauhinya sedaritadi. Ia kini tahu, muslihat Kiara yang ingin mendekati dirinya. Ia sekarang memang begitu jijik dengan wanita yang sudah disentuh lelaki lain.     

Dan Kiara adalah wanita itu. Wanita yang telah menaikki ranjang banyak lelaki. Nino bahkan sama sekali tak berselera hanya untuk melihat wajah operasi itu.     

"Dia hamil, Nino?" tanya Kiara yang menunjuk ke arah Monica.     

Monica menyeringai senyumnya. Meskipun, Nino berbohong. Tapi, Monica suka saat seluruh kata-kata yang keluar itu bagaikan ribuan pedang menusuk ke tubuh Kiara.     

"Gue bukan lelaki bajingan. Gue tentu harus tanggung jawab." Nino mengelus perut Monica seraya mencium pipi putih itu dengan penuh cinta.     

Kiara lemas. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Matanya berkaca-kaca, tubuh ramping itu juga ikut bergetar. Nino adalah cinta pertamanya.     

Kenapa nasib Kiara stragis ini? Ia hanya ingin bersama-sama lagi dengan Nino. Bahkan Kiara rela pergi luar negeri hanya untuk mengubah wajah dan menambah bentuk payudaranya. Kenapa Nino tidak bisa melihat semua pengorbannya?     

"Satu hal lagi. Gue pikir Lo murni teman gue. Tapi, ternyata Lo punya maksud lain. Tapi, ngga apa-apa. Gue akan memperjelas sekarang ..."     

"Gue ngga akan berpaling ke cewek mana pun. Termasuk Lo! Gue bukan cowok penikmat wajah operasian. Lo mau butain mata gue, sama seluruh badan Lo ini? Jangan harap." Lanjut Nino dengan bernada tajam.     

Nino mempunyai keahlian sendiri melihat asli atau tidak sesuatu yang sudah tertangkap pada lensa kedua mata hitam legamnya.     

Salah, jika Kiara berpikir dirinya .enyukai sesuatu yang palsu. Banyak para wanita bayarannya memiliki bentuk tubuh palsu, Nino tak segan-segan menendang hingga meringis kesakitan. Ia tidak peduli sudah seberapa tegang miliknya.     

"Kamu jahat, Nino. Aku melakukan semua ini hanya ingin mencarimu. Aku ingin kamu memandangku. Aku juga ingin memilikimu, tapi kamu dulu meninggalkanku demi kakak kelas yang lebih seksi dan cantik ..."     

"Jadi apa aku salah melakukan ini hanya karenamu?" sambung Kiara yang sudah menangis terisak. Ia menggegam pinggiran papan laporan pasien. Beruntung rumah sakit sedang ramai. Maka suara pertengkaran mereka teredam oleh para pengunjung.     

Nino menyunggingkan senyumnya. Ia tidak merasa kasihan dengan tangis Kiara. Bahkan seluruh perkataan perempuan itu tidak pernah masuk ke dalam telinganya.     

"Salah, Lo harusnya cari yang lebih baik dari gue. Lo harusnya berubah ke arah yang baik bukan untuk gue. Tapi, seseorang yang nunggu Lo."     

"Stop melakukan hal yang ngga berguna, Kiara. Gue udah punya masa depan gue, Lo juga harus cari kebahagian Lo. Tanpa harus merusak hubungan siapa pun." Nino mengandeng tangan Monica untuk pergi.     

"Nino, jangan pergi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.