HE ISN'T MYBROTHER

Mulut Lemes Rachel



Mulut Lemes Rachel

0"Lo emang malu-maluin, Chel! Mana citra Lo sebagai primadona kampus, ha? Gue ngga habis pikir Lo bisa kayak gitu," ejek Monica dengan nada menekan mengikuti wajah cemberut Rachel yang memilih menghindari ejekkan tajam Monica.     

Mami Sarah hanya menggeleng melihat kelakuhan keduanya yang tak henti-hentinya membuat garis di bibirnya tercetak jelas.     

"Itu dramanya di sana. Ngapain Lo lihatin gue. Gue ngga mempan sama ceramah Lo!" balas Rachel dengan wajah yang masih menampilkan semburat merah jambu pada kedua pipi putih itu.     

Monica masih sibuk melihat wajah Rachel yang bergerak ke kanan lalu ke kiri seakan mencari tepat untuk menenggelamkan wajah merah itu yang sudah begitu malu hingga ke ubun-ubun.     

"Chel, Lo masih mau telpon suami Lo ngga?" ujar Monica sekali lagi membuat banyak sofa melayang pada wajah Monica.     

"Sebeeel!" Rachel meninggalkan ruang keluarga itu seraya menghentakkan kaki seperti anak kecil. Membuat seluruh orang di sana tertawa terbahak setelah Rachel sudah tidak terlihat.     

Hahahaha.     

"Lo, sih, Mon. Resse, banget. Udah tahu mood ibu hamil sensitifan masih aja Lo ingetin Rachel yang guling-guling," sahut Sellyn yang tiba-tiba menghentikan tawanya mendengar sahutan dari arah yang sedikit jauh.     

"Gue dengeer, yaaa!" teriak Rachel yang membuat ketiga orang di sana semakin terbahak.     

Mereka mengingat betul saat Rachel memaksa Nino untuk menelponkan Delon yang sedang dalam keadaan yang tidak kondusif untuk menelpon.     

Tapi, Rachel terus saja merengek untuk ditelponkan Delon. Akhirnya Nino terpaksa menuruti Rachel saat melihat perempuan itu merengek ditambah aksi gila Rachel yang berguling-guling di atas lantai.     

Nino semakin dibuat frustasi dengan permintaan yang juga mbuat dirinya takut saat di sana sedang baku hantam bagaimana? Tapi, saat telpon itu sudah tersambung. Nino bersyukur Antoni bergerak begitu lambat. Sehingga ibu hamil itu sudah bisa menuruti calon anaknya yang ingin mendengar suara ayahnya.     

Namun, tidak hanya itu saja. Delon ternyata dipaksa untuk pulang hanya untuk memeluk Rachel yang begitu mengantuk 'katanya' dan hanya bisa tertidur jika dipeluk Delon. Namun, nyatanya sudah dua jam berlalu. Nino tanpa sadar melihat Rachel yang sudah tertidur lelap di balik selimut tebal di kamar tamunya.     

'Ibu hamil yang aneh. Mulut sama tubuh ngga sesuai,' batin Nino mendesah kesal.     

"Kok Lo balik ke sini?" tanya Sellyn dengan ditambah gelombang tebal di keningnya melihat Rachel kembali ke ruang keluarga seraya membawa sebuah amplop coklat di tangannya.     

Tubuh ramping dengan rambut cempolan itu mengayun langkahnya ke arah sisi tempat sofa wanita paruh baya yang masih kosong. Rachel trauma duduk lagi di samping Monica. Mulut Monica sekarang begitu tajam.     

"Tan ... eh, mami Saraah," ucap Rachel yang masih belum terbiasa memanggil Sarah dengan 'mami' sesuai dengan perimintaan wanita paruh baya itu.     

Mami Sarah membuka lebar tangannya untuk menerima pelukan Rachel yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri. Seperti dengan Sellyn dan Monica.     

"Apa sayangnya mami, hmm?" jawab wanita paruh baya itu dengan mengecup pucuk kepala Rachel.     

"Bagaimana cucu mami ini?" Lanjutnya seraya mengelus lembut perut Rachel yang sedikit buncit.     

"Baik, Omaa," balas Rachel yang menirukan suara seperti anak kecil sontak membuat wanita paruh baya itu semakin gemas dengan Rachel. Ia memeluk erat tubuh lemah itu dalam dekapan hangat Sarah.     

Sarah tahu bagaimana susahnya hamil saat usia muda. Dirinya juga menikah dengan ayah kedua putranya di usia dua puluh tahun. Tapi, nasibnya sedikit beruntung daripada jalan hidup Rachel. Keluarganya begitu menyayangi dirinya yang sedang hamil dengan mood tak beraturan seperti Rachel saat ini.     

Sarah dulu dijodohkan dan mau tidak mau harus ia lakukan. Beruntungnya Sarah dijodohkan kepada seorang lelaki yang begitu bertanggung jawab dan penuh cinta. Meski mereka cukup berbeda umur sepuluh tahun. Namun, itulah yang membuat Sarah selalu mencintai suaminya hingga kecelakaan maut itu membuat raga mereka berpisah.     

Dan kesedihan itu membuat Sarah hampir saja berniat bunuh diri, tapi saat melihat kedua anaknya menangisi tubuh lemahnya di atas tempat tidur, Sarah berjanji akan berjuang demi cinta yang abadi di hati dan untuk kedua anaknya.     

'Kamu tidak boleh menderita, Rachel. Kamu perempuan hebat mengalahkan mami. Mami bahkan tidak bisa membayangkan orang tua yang menolak putrinya dan berpikir untuk membuat putrinya keguguran,' batin Sarah saat mengusap lembut pucuk kepala Rachel.     

Maka dari itu Sarah berusaha mungkin membuat dirinya sebagai orang tua pengganti bagi Rachel. Biarkan luka yang digoreskan orang tua kandung Rachel sedikit demi sedikit yang menutupnya dengan kasih sayangnya, meskipun luka itu tidak akan pernah bisa tertutup dengan sempurna.     

"Mami, apa Sellyn kalau hamil juga dipeluk Mami?" tanya Rachel dengan menggerakkan kepala ke atas.     

Wanita paruh baya itu mengangguk. "Tentu,Sayang. Semua mami peluk. Monica juga sebentar lagi menjadi saudaramu. Nino sudah mengajak mami melamar Monica ke orang tuanya ..."     

"Kalau semua hamil?" celetuk Rachel membuat Sarah tertawa ringan.     

"Ya, dipeluk semua. Tangan mami masih panjang kok. Lihat ini ...." Wanita paruh baya itu membentangkan kedua tangannya yang diangguki oleh Rachel benar percaya.     

Rachel hanya sedih dan cemburu jika wanita paruh baya itu memeluk Sellyn atau pun Monica. Ia rindu pelukan hangat seperti mami Sarah memeluk tubuhnya seraya menenangkan dirinya jika hari esok akan lebih baik.     

Tapi, setelah mendengar jawaban mami Sarah yang akan memeluk mereka bertiga. Rachel begitu tenang. Seakan rasa cemburu itu menguar entah ke mana.     

Wanita paruh baya itu menoleh ke arah menantunya yang mengulum senyum saat pantulan bola hitam legam itu menagkap sebuah adegan yang lagi-lagi tidak bisa ditahan untuk tidak tertawa.     

"Sellyn, Sayang ..." panggil lembut mami Sarah.     

Sellyn yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh dengan menormalkan wajah anehnya tadi.     

"Iya, Mami?" Selly membalas dengan lembut dan sopan juga.     

"Apa kamu sedang menunda kehamilan,Sayang?" tanyanya kembali yang membuat Sellyn terkesiap mendengar pertanyaan sensitif tersebut.     

Sellyn menggeleng dengan malu-malu. Sesungguhnya dirinya dan Regan selalu mengerjakan 'itu' sebanyak mungkin agar Sellyn cepat hamil. Rasanya begitu menggelikan jika wanita paruh baya itu mengetahui kegilaan yang Sellyn dan Regan lakukan jika sudah berada di kamar berdua.     

"Jangan ditanya, Mam," sahut Rachel yang sedang mengusap lembut perutnya sendiri.     

Mami Sarah langsung mengernyitkan keningnya mendengar sahutan Rachel yang tiba-tiba.     

"Lihat itu muka ... sama muka kak Regan." Rachel menunjuk ke arah wajah Sellyn dan bongkar foto besar yang berisikan gambar wajah Regan sendirian.     

Perkataan Rachel semakin membuat Mami Sarah dan Sellyn bingung apalagi Monica yang tidak tahu apa-apa.     

"Mereka berdua berwajah mesum, Mami. Pasti mami akan dapat cucu cepat. Di partemen aja mereka jerit-jerit gitu," jelas Rachel tanpa rasa berdosanya dan seketika membuat wajah Sellyn memerah bersemu dicampur kesal.     

'Racheel, gue pengen remes-remes mulut Lo!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.