HE ISN'T MYBROTHER

Ada Apa Di Luar?



Ada Apa Di Luar?

0Antoni mulai merenungkan segalanya. Termasuk apa yang dikatakan asisten pribadinya. Ia sesungguhnya masih begitu menyimpan erat kenangannya bersama dengan Delon.     

Tapi, rasa benci dan dendam itu lebih mendominasi untuk membalaskan perkataan yang Antoni yang ia dengar dari mulut Anita untuk terakhir kalinya.     

"Aku sangat membenci Delon, An. Dia yang membuatku seperti ini." Kalimat itu selalu saja menggaung dalam pikiran Antoni saat kedua mata itu terbuka maupun terpejam.     

Suara Serak dan napas tercekat itu mendominasi kebencian di hati Antoni daripada persahabatan yang sudah terjalin sudah beberapa tahun lalu.     

Lalu, bagaimana jika apa yang dikatakan asisten pribadinya memang benar? Antoni bingung harus melakukan apa. Jika, itu semua benar ... pasti dirinya begitu berdosa di hadapan Delon. Dan pasti lelaki itu tidak akan pernah memaafkan dirinya karena setelah semua yang telah Antoni lakukan pada kehidupan Delon selama ini.     

"Apa yang harus kulakukan? Sesungguhnya aku juga begitu penasaran ... apa aku juga ikut mencari keberadaan Anita."     

"Apa benar itu adalah Anita? Apa benar dia selama ini telah membohongiku? Lantas apa yang membuatnya bertahun-tahun memenjara hatiku dengan kebenciannya pada Delon?" Pertanyaan itu terucap lirih disela mata Antoni yang memejam. Remasan tangan pada sepray sudah semakin memudar lemah.     

Di balik pintu kamar mewah itu ada seseorang yang diam-diam memperhatikan setiap gerakkan tubuh lelaki yang terlentang pada tempat tidur dengan begitu pasrah. Mungkin karena obat bius luka jahit pada bahunya, Antoni bisa terlelap dengan begitu cepat.     

"Aku sudah berada di sampingmu bertahun-tahun, Tuan Antoni. Kau memang orang baik. Aku mengakui itu. Keiblisan dan kejahatan timbul karena luka di masa lalu ... jika nona Anita memang benar masih hidup. Kuharap, persahabatanmu kembali membaik," ucap asisten pribadi Anton yang juga ikut prihatin akan keadaan lemaha Tuannya di sana.     

Hidup Antoni begitu tersiksa di setiap tahun. Ia hanya menyewa wanita bayaran dan wanita seksi di perusahaannya yang mau melampiaskan hasrat Antoni sebagai seorang penggila kenikmatan pangkal paha.     

Di setiap pelepasan hanya nama Anita yang terucap dalam bibir Antoni. Setiap wanita yang malukan kegiatan bercinta dengan lelaki tampan itu hanya bisa diam dan menikmati. Karena kekuasaan Antoni yang begitu tinggi membuat mereka pasrah dalam memberikan pelayanan.     

Tapi, mereka juga heran. Kenapa di setiap mereka selesai melakukan kegiatan panas itu. Antoni selalu mengucapkan 'maaf' setelah itu sikap iblisnya kembali lagi.     

Entah apa yang membuat seorang Antoni mampu mengucapkan kata itu. Kata yang tidak hanya sekali dua kali mereka dengar. Melainkan setiap mereka melakukan sebuah pertemuan.     

"Anitaa ... aku sangat mencintaimu." Dalam mata terpejam, lelaki itu masih bisa mengungkapkan perasaannya dengan begitu tulus.     

***     

Mentari pagi bersinar begitu terang tanpa ada cahaya yang menusuk. Hanya kehangatan yang menyelimuti pagi ini. Sangat membuat siapa pun betah di atas tempat tidur menikmati apa yang sekarang mereka peluk.     

"Kak, jangan menggangguku! Rambutmu itu seperti duri landak. Aku tidak suka," gerutu Rachel dengan mata terpejamnya merasakan sebuah hidung yang menyusup kedepan payudaranya yang terpapang bebas tanpa sehelai benang apapun.     

Delon mengenyit saat mendengar kalimat konyol istrinya dengan mata yang memejam juga. Menikmati sentuhan hidung mancung yang menyentil beberapa kali di ujung sensitif payudara Rachel.     

Begitu menggemaskan, simpul senyum itu mengembang dengan tangan tak henti-hentinya mengusap lembut perut sang istri.     

"Sayang kamu tidak ingin makan sesuatu? Apa ngidammu sudah berakhir?" tanya Delon yang sudah kembali mengembalikan tubuhnya berada di samping istrinya.     

Lelaki itu memeringkan tubuhnya membelai lembut pucuk kepala Rachel yang sama sekali tidak merespon pertanyaannya. Ekspresi wajah itu selalu saja nampak cantik dan seksi.     

Tubuh bagian bawah Delon mulai bereaksi kembali. Tapi, dengan cepat Delon menyingkirkan pikiran mesumnya di pagi hari. Biasanya, ia akan langsung masuk saja. Namun, sekarang sudah ada calon anak mereka, Delon juga harus berhati-hati agar tidak menyakiti kedua hal terpenting dalam hidupnya tersebut.     

Delon sudah cukup mendapatkan pelepasan berkali-kali dari Rachel. Dan menurutnya hal itu sudah membuat calon anaknya mengenali siapa penyumbang sepenuhnya dari pembentukan dirinya.     

Lelaki itu terkekeh saat melihat bibir Rachel mengerucut manja seraya menatap lekat mata hitamnya. Wajah bantal itu berseri-seri menyambut Delon.     

"Kenapa bibir ini ... hmm? Kamu mau aku gigit?" Sekarang Rachellah yang terbahak mendengar apa yang ia dengar.     

"Lihat bibirku sudah semakin membengkak. Tapi, sepertinya aku bertambah sexy kan, Kak?" Rachel mengaca pada pantulan manik hitam legam suaminya. Perempuan itu tidak sadar sedang menggali lubangnya sendiri.     

"Aku benar-benar seperti artis di luar negeri kan, Kak? Apa menurutmu juga begitu? Kamu kan pernah hidup di sana. Apa kamu pikir aku sud—"     

"Eummhhhpp ...!" Rachel melotot saat buku tangan suaminya mendarat pada permukaan bibirnya, membukam suara itu dengan tiba-tiba.     

"Kata siapa kamu mirip dengan mereka? Kamu tidak pernah mirip dengan mereka sama sekali. Hidup mereka terlalu bebas ..."     

"Memberi kenikmatan pada lelaki yang baru mereka kenal. Tentu, itu kebiasaan yang tidak baik! Apa kamu paham, Istriku?" Suara Delon begitu serius. Rachel hanya mengangguk untuk tidak mencari masalah dengan Delon.     

Rachel takut dengan tatapan itu. Tatapan yang membuat nyalinya langsung menciut.     

Delon perlahan mulai melepas bungkaman tangannya pada mulut Rachel. Ia merasa bersalah dengan nada tegasnya. Rachel dengan cepat masuk ke dalam pelukan dada bidang itu, memeluk dengan begitu erat.     

"Maaf," kata Rachel lirih yang dibalas dengan kecupan berkali-kali di ujung kepala perempuan cantik itu.     

Delon tidak mau menyamakan Rachel dengan kehidupan barat. Mereka terlalu bebas untuk bercinta. Dan selalu menganggap semua hal adalah biasa dilakukan. Karena nyatanya Rachel terlahir di Asia. Hidup dengan budaya timur, Delon selalu menekankan Rachel untuk memakai sesuatu yang tidak terbuka.     

"Contoh hal baik dari mereka. Kecerdasannya. Meskipun mama Martha terlahir bukan di Indonesia, kamu tetaplah anak Nusantara. Tidak perlu menyamakan bentuk tubuhmu dengan mereka. Jelas, kamu lebih sexy dari siapa pun."     

Rachel terkekeh dengan jawaban tua Delon. Tapi, apa yang dikatakan suaminya benar. Selama ini Jeno juga melarangnya seperti Delon.     

"Kak, cium lagi, mau ...." Rachel menengadahkan kepala dengan mengerucutkan bibirnya manja sekali lagi. "Tapi, jangan digigit. Aku ngga mau," sambungnya lagi dengan masih membentuk wajah yang menggemaskan.     

"Aku tidak pernah mengigit, Sayang. Kamu tidak mengingat aku manusia, bukan vampire tampan?"     

"Kamu kelamaan." Rachel menarik tengkuk suaminya dengan kembali menggulat bibir itu semakin dalam. Sesuai dengan permintaan perempuan itu tadi tanpa gigitan. Bibirnya sudah terlalu membengkak.     

Suara decapan kembali terdengar dengan begitu merdu memenuhi ruangan itu. Tidak ada yang mau melepas lumatan panas pasangan suami istri itu. Tapi, teriakan dari luar membuat Delon dan Rachel menahan gerakkan bibir mereka di tempat.     

"DASAR ANAK KURANG AJAR! BAGAIMANA KAMU BISA MELAKUKAN ITU!"     

"Kak, ada apa? Itu suara mami Sarah kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.