HE ISN'T MYBROTHER

Mau Ke mana Dia? (Delon)



Mau Ke mana Dia? (Delon)

0Delon menghela napas panjangnya melihat istrinya yang sedaritadi tadi tidak mau pergi darinya. Apalagi meeting yang begitu penting harus lelaki itu hentikan. Karena sentuhan yang dilakukan perempuan itu membuat tubuh Delon panas dingin. Tidak lucu jika Delon mengeluarkan suara itu di depan Regan.     

"Kak kita mua ke mana?"     

"Kenapa masih tanya?" balas Delon ketus seraya menyebar pandangan seluruh jalan untuk mencari makanan keinginan Rachel di jam rawan seperti ini. Jam dua ketika mereka sedang saling bercinta.     

Jam dini hari tidak selalu menjadi waktu kedua pasangan itu untuk tidur seperti pasangan normal lainnya. Karena biasanya Rachel yang merangkak sendiri di atas tubuhnya dan membuat semua malam Delon begitu mengejutkan.     

Bukan hal itu yang membuat Delon begitu kesal. Ia begitu kesal saat Rachel meminta berhenti di tengah jalan saat dirinya hampir melakukan pelepasan. Tiba-tiba perempuan itu bergerak menuju ke tempat tidur memasukkan tubuhnya di dalam selut tebal di sana.     

Dan satu kalimat ampuhnya keluardan sukses membuat kedua manik mata Delon terbelak.     

"Kak mau sate sama soto. Bukan aku yang mau, tapi anakmu ini ..." rengek Rachel tanpa memperdulikan perasaan Delon yang sudah panas dingin karena belum mendapatkan hal itu. Ini sudah kedua kalinya Rachel menghentikan permainan mereka di tengah jalan.     

"Sekarang?" Rachel mengangguk dengan manja. Tapi, Delon sudah tidak lagi merespon. Lelaki itu memilih melepasnya sendiri di kamar mandi. Rasanya Delon ingin memasukkan perempuan itu ke kantong plastik agar matanya tidak melihat apapun.     

Ini semua pasti karena efek dari istrinya yang menonton acara masak-memasak yang sedang tren di salah satu media online tersebut. Dan, sekarang dirinya harus tersiksa dengan rengeka panjang yang terasa mengikat otak Delon.     

Lelaki itu pikir jika tidak menuruti sekali ini saja. Pastinya tidak masalah. Ia juga tidak begitu percaya akan mitos bahawa anaknya akan 'ileran' saat lahir. Bukankah semua bayi seperti itu? Delon sangat malas membelah jalanan seperti malam-malam sebelumnya. Entah kenapa dirinya masih begitu kes dengan istrinya itu.     

"Uh... akhirnya." Tidak membutuhkan waktu lama. Delon sudah membersihkan segala. Sekarang tubuhnya juga sudah segar, tapi keputusannya untuk malas tetap berlanjut. Ia berniat untuk tidak menuruti Rachel.     

Krek     

Suara pintu terbuka membuat calon ibu muda itu membalikkan tubuhnya menatap berbinar pada seseorang yang kini begitu tampan dengan rambut hitam basahnya.     

"Kak, kamu sudah selesai?" Pertanyaan Rachel hanya dijawab Delon dengan mengangguk saja. Lalu, masuk ke dalam selimut memunggungi istrinya yang masih menatap berbinar di sana.     

"Kak, aku ma—"     

"Aku lelah, Chel. Besok saja. Dia pasti tahu papanya sedang lelah malam ini," sahut Delon cepat seraya memejamkan mata benar-bemar tidak memperdulikan perasaan Rachel yang nampak murung dengan jawaban Delon.     

"Hem. Selamat tidur." Rachel pun mencoba mengerti keadaana suaminya yang mungkin memang lelah karena selalu saja Rachel meminta di jam rawan seperti saat ini.     

Tetapi, satu ujung jari lentik perempuan itu sudah berada di di dalam mulut dengan menggigit kecil di ujung kuku putih itu. Ia sudah mulai memejamkan mata seperti apa yang sedang Delon lakukan. Punggung mereka saling menatap kencang. Tidak ada suara yang mengantar perjalanan mereka untuk tidur.     

Sedangkan Rachel sudah tidak bisa lagi menahan keinginannya. Ia ingin 'sate dan soto' malam ini. Ini bukan pagi, ini masih dini hari. Tapi, di mana Rachel bisa mendapatkan makanan enak itu? Sedangkan lidahnya sudah bergerak-gerak di dalam mulut untuk segera mencicipi kedua makanan tersebut.     

'Aku pengen makanan itu. Kalau Kak Delon capek, biar aku yang menuruti permintaan anakku sendiri. Mungkin dia capek, tidak mau memiliki anak,' batin Rachel yang sudah merasa kesal dengan keinginan dan suami yang begitu tidak memperdulikan dirinya.     

Tubuh itu perlahan bergerak keluar. Ia juga menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh seraya melihat ponselnya di sana.     

Delon tidak menganggap semua kelakuhan Rachel suatu hal yang penting. Karena masuk ke kamar mandi bukankah suatu hal yang normal bagi semua orang?     

Delon tetap tidak mau membuka kelompak matanya. Biarkan saja Rachel begitu, ia juga lelah jika selalu melakukan pelepasan sendiri dan perempuan itu juga harus menyadari apa kesalahannya malam ini.     

Rachel sudah membersihkan tubuhnya. Sekarang ia sedang melihat room chatt kampusnya yang masih terlihat aktive. Perempuan itu harus meminta bantuan darinya. Ia tidak bisa mengandalkan kedua sahabatnya yang pasti sudah tertidur.     

Sellyn pasti sedang tertidur pulas dipelukan Regan. Sedangkan Monica sudah kembali ke rumahnya. Tentu kondisinya akan semakin sulit jika Rachel meminta bantuan Monica.     

"Kak Aster ... dia masih belum tidur?" gumam berbinar Rachel saat jemarinya mulai bergerak untuk menghubungi lelaki tampan itu yang selalu menjadi best couple seoarng Rachel jika berada di kampus. Kecantikan dan ketampanan mereka berdua membuat Aster dan Rachel dinobatkan menjadi 'Raja dan Ratu.'     

Pesan terakhir dari Aster membuat Rachel begitu senang bahkan ia sedikit melonjak-lonjak kegirangan seperyi sedang diberi sekotak perhiasan mahal. Tapi, arti dari ngidam yang dirasakan Rachel sungguh berarti. Jika, kesempatan Delon tidak dimanfaatkan oleh lelaki itu sendiri.     

Maka jangan salahkan Rachel meminta lelaki lain untuk mengantar dirinya menuruti permintaan sang anak.     

Seorang lelaki dapat meninggalkan perempuan hanya karena kecantikannya yang memudar sedangkan seorang anak tidak akan pernah tega meninggalkan ibu kandungnya meski dia harus pergi ke ujung dunia sekali pun.     

"Baiklah, apa suami Lo ngizinin?" Rachel dengan segap membalas pesan itu dengan 'iya' permpuan itu sudah tidak peduli dengan kebohongannya kali ini.     

"Iya, bolehin. Karena dia lagi kecapekan, Kak. Gue bakal ganti hari Lo ini dengan sesuatu yang buat Lo nggak nyesel nemenin gue. Gue bakal bantu ngerjain tugas-tugas Lo, gue janji." Rachel tahu jika Aster serinv kesusahan dalam mengerjakan beberapa tugas penting.     

Maka dari itu mungkin penawaran ini akan terlihat begitu menggiurkan untuk cowok tampan itu.     

"Oke. Lo bisa aja, Chel. Yaudah Lo siap-siap dulu, nanti kabarin gue mau dijemput di mana," balas Aster dengan begitu hangat. Rachel seakan begitu senang memiliki teman yang begitu pengertian seperti Aster. Meski mereka berdua berbeda angkatan, tapi cowok itu selalu bisa memperlakukan Rachel dengan dengan begitu lembut.     

Setelah membalas pesan terakhir. Rachel hanya membalas singkat dan langsung bergegas keluar kamar mandi. Dengan langlah cepat Rachel mengambil jaket untuk merangkap tubuh rampingnya agar tidak kedingan nanti.     

Rachel tidak menatap kaca. Ia biarkan saja rambutnya terkuncir kuda dengan memperlihatkan leher jenjangnya yang begitu putih san menggiurkan di pantulan mata para lelaki.     

Perempuan itu juga hanya sekilas menatap suaminya yang masih dengan gayan yang sama. Tidak peduli. Hanya dua kalimat itu yang mengiringi Rachel untuk membuka pintu kamar mereka. Dan jelas apa yang dilakukan perempuan itu menimbulkan suara.     

"Mau ke mana dia?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.