HE ISN'T MYBROTHER

Aster Masih Menyimpan Tempat Spesial Untuk Rachel



Aster Masih Menyimpan Tempat Spesial Untuk Rachel

0Rachel memilih menunggu Aster di depan rumah mewah mami Sarah. Seluruh orang sudah terlelap tidur. Hanya aada sekuriti yang berjaga dua orang di sekitar rumah mami Sarah.     

Perempuan itu lebih aman menunggu jemputan Aster di sana. Karena dia memang tidak berniat selingkuh atau apapun. Ia hanya ingin menuruti kemauan anaknya. Kalau suaminya tidak ingin menuruti keinginannya, maka Rachellah yang akan membuat keinganan itu terjadi.     

"Bu Rachel kenapa keluar sendiri. Ini sudah ...." Lelaki berjaket hitam yang menutupi tubuh besarnya itu melihat ke arah jam dinding yang terpasang di pos jaga mereka.     

Jarum jam menunjukkan waktu malam ini mengarah pada angka dua tepat ditemani dengan angin malam yang begitu terasa mencubit-cubit kulit.     

"Jam dua malam, Bu Rachel. Ke mana pak Delon? Kenapa pak Delon tidak menemani Bu Rachel. Nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana, bukannya Bu Rachel masih hamil?" Lanjutnya membuat kedua manik perempuan itu terbuka lebar.     

Kalimat 'masih hamil' itu terdengar begitu absurd. Bahkan teman satu posnya juga terbahak mendengar kalimat lelaki paruh baya yang sedang berdiri di samping tubuh Rachel.     

Lelaki itu terlihat menggaruk kepala tidak mengerti kenapa Rachel dan temannya itu terlihat terkejut dengan perkataannya. Memang apa yang salah dengannya? Ini kan memang waktu malam. Lalu, apa lagi yang salah? Pikirnya yang semakin menatap bingung.     

"Saya masih hamil, Pak Trisno. Tersangkanya juga masih belum hilang di dalam rumah. Kalau mau ditangkap saya juga tidak masalah," balas Rachel yang akhirnya lelaki itu tahu di mana letak kesalahan perkataannya yang membuat teman dan perempuan cantik itu nampak terkejut padanya.     

Pak Tris sudah lama menjaga rumah Regan. Bahkan saat Rachel sudah kembali ke Indonesia dan melajutkan sekolahnya lagi di sini. Pak Tris juga baru bekerja di rumah ini. Maka dari itu Rachel juga nampak tak terkejut dengan kelakuhan 'lucu' lelaki paruh baya itu. Setidaknya lelaki paruh baya itu juga mengetahui bagaimana perjalanan cinta Rachel dan Delon.     

"Ma–maaf, Bu Rachel. Saya suka begini, tidak jelas. Lalu, Bu Rachel mau ke mana? Apa sedang membutuhkan sesuatu? Biar saya saja yang akan membelikannya," tawar Pak Trisno menatap kasihan pada Rachel yang harus menuruti ngidam semalam ini.     

Pak Trisno juga tidak tega jika perempuan muda itu berjalan sendiri. Menginginkan jalanan ibu kota begitu rawan jika dalam waktu seperti ini. Apalagi perempuan itu sedang hamil, itu akan semakin membuat keadaan menjadi semakin was-was.     

Rachel terlihat menggeleng dengan memasukkan kedua punggung tangannya yang terbuka itu ke dalam dua saku jaket abu-abu yang kini nampak terlihat serasi dengan warna kulit Pete.puan itu yang putih bersih.     

"Tidak perlu, Pak Tris. Suami saya saja tidak peduli dengan anaknya. Tapi, Pak Tris malah peduli, itu sungguh membuat saya sedih." Rachel tertawa getir di tempat. "Saya sedang menunggu teman saya, Pak. Tenang saja tidak masalah. Anak saya ingi memakan soto dan sate. Malam seperti ini pasti akan selut menemukan kedua makanan itu. Saya tidak mungkin merepotkan Pan Triss," jelas Rachel panjang lebar yang membuat lelaki paruh baya itu nampak bersalah.     

"Tapi, Bu Rachel tetap berhati-hati, ya! Ini sudah begitu larut malam. Sebentar lagi akan subuh, dan udara pasti akan sangat dingin Bu Rachel," tambahnya yang diangguki Rachel dengan mengulas senyum simpulnya.     

"Okee! Terima kasih, Pak Triss!"     

Tidak berapa lama sebuah mobil putih datang dengan dengan memperlambat laju mobilnya di depan rumah besar Regan.     

Dan tidak lama juga seorang lelaki muda yang begitu terlihat tampan di pantulan lampu mobil itu begitu mengejutkan Rachel karena merasa silau dan tepukkan kecil di bahu Rachel membuat perempuan itu menyipitkan mata.     

"Chel, Lo udah siap?" Suara itu membuat Rachel mengangguk tanpa memastikan wajah dari pemilik suara itu terlebih dulu karena. Terasa tidak terlalu jelas terkena biasa lampu mobil yang menyilaukan.     

Aster menuntun tubuh perempuan cantik itu untuk berjalan hati-hati karena mengingat kondisi kehamilan perempuan yang masih lelaki itu cintai hingga detik ini.     

"Ke mana pak Delon, Chel?" Pertanyaan pertama kali saat mereka sudah duduk satu mobil dengan segala persiapan keamanan dalam perjalannan mereka.     

Rachel mutar bola matanya ke seluruh arah saat perempuan itu sudah merasakan mobil itu bergetar halus. Nampaknya perjalanan akan segera dimulai.     

"Tidur. Dia sedang tidur. Gue lagi nggak mau bahas dia, Kak. Ayo pergi, gue janji bakal.ngirus tugas-tugas Lo. Karena Lo kebanyakan pemotretan, gue bakal jadi tangan kanan Lo. Tenang ajaa!" Rachel membalas dengan nada yang malas pada awal, lalu perlahan bersemangat saat menjelaskan balas budi yang akan perempuan itu lakukan.     

Aster memberi senyum simpul, menoleh ke arah perempuan cantik itu yang selalu saja bisa membuat seorang Aster bahagia hanya karena hal kecil seperti ini.     

Lelaki tampan itu mengusap lembut pucuk kepala Rachel gemas. "Baiklah. Sekretaris gue! Gue kayak gini nggak kayak sedang bawa lari istri kan?"     

Rachel terkekeh kecil mendengar perkataan Aster. "Mungkin aja. Lo emang baik hati, Kak. Gue bakal tebak perempuan yang nanti jadi istri Lo pasti beruntung banget," balas Rachel yang membuat Aster mengangguk saja.     

Aster tidak tahu harus menjawab apa untuk perkataan Rachel. Sesungguhnya hatinya masih tidak bisa terbuka untuk perempuan mana pun. Hanya Rachellah perempuan yang berhasil membuat seorang Aster tergila-gila seperti ini hingga mengiyakan tawaran menjadi seorang model untuk melepaskan ingatannya pada Rachel.     

Tapi, sejauh apapun Aster berlari untuk melupakan Rachel. Ia tetap saja akan berporos kepada perempuan cantik yang sekarang duduk di sampingnya.     

Aster memang begitu sakit hati saat mengetahui pernikahan dan kehamilan yang sekarang mengikat Rachel. Namun, hal itu tidak membuat Aster membenci perempuan itu, ia malah semakin ingin melindungi Rachel sekuat tenaga Aster untuk bisa melihat senyum itu tumbuh merekah untuknya.     

"Apa yang Kak Aster lakukan tadi? Kenapa belum tidur?" tanya Rachel yang seketika mengingatkan lelaki muda tampan itu akan aktivitas pemotretan yang sedang ia jalani. Dan sekarang Aster tinggalkan begitu saja demi permintaan Rachel.     

Mungkin saja creew dan manjernya sedang mwngumpati dirinya saat ini.     

"Nggak ada cuma main game," sahut Aster bohong. Dan iaelihat Rachel yang masih mengulas senyum cantik itu seraya mengangguk-angguk.     

Rachel begitu bersyukur tidak menganggu waktu Aster. Ia tidak tahu berapa.kurang ajar dirinya mengganggu waktu lelaki yang sering sekali Rachel tolak dan ia perlakukan tidak sebaik lelaki itu memperlakukan Rachel selama ini. Perasaan bersalah itu menghantui perempuan itu sekarang.     

"Kak, maafin sikap gue selama ini ya? Gue pikir—"     

"Nggak usah dibahas. Gue seneng kalau Lo bahagia, Chel. Jadi, nggak usah membahas hal yang terjadi kemarin. Misi kita sekarang buat si baby, di mana kita bisa membuat the baby kenyang," sahut Aster dengan tertawa ringan dibalas Rachel dengan tertawa juga seraya mengusap perutnya.     

"Lihat, Omnya baik 'kan, Sayang? Jangan lupakan malam ini, okay?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.