HE ISN'T MYBROTHER

Apa Aku Mempunyai Hutang Kepada Mereka?



Apa Aku Mempunyai Hutang Kepada Mereka?

0"Ayolah, Sayang. Kita hanya sehari ini saja. Apa kamu tidak lelah? Kamu belum tidur dari jam dua tadi."     

"Ayo, Sayang. Aku ingin cepat tidur. Ini semua memang gara-gara Pak Yono! Aku akan me—"     

"Pak Yono cari hotel terdekat!" perintah Rachel yang membuat lengkungan garis di bibir Delon begitu kentara di sana. Akhirnya liburan tiba. Delon memang lelaki licik jika berdekatan dengan istrinya.     

"Baik, Nyonya Rachel." Bola mata lelaki paruh baya itu langsung mengamati ke arah luar untuk mencari apa yang diperintahkan Rachel padanya.     

"Udah? Kenapa harus ngancam kayak gitu sih? Kamu tahu nggak kalau Ajeng masih sekolah. Kalau kamu potong gaji Pak Yono, kasihanan dong!" Rachel membingkai wajah suaminya menatap penuh arti. Delon hanya mengangguk mendengar ocehan sang istri.     

Delon memang tidak benar-benar akan memotong gaji Pak Yono karena menurutnya kerjanya selalu memuaskan. Adegan tadi hanya pemanis agar istrinya mau mengiyakan ajakannya. Dan, benar! Rachel memang istrinya yang terbaik!     

"Sayang jangan ngomel terus. Kamu lapar nggak? Kamu belum sarapan lho," ucapa Delon yang membuat Rachel sadar bahwa perutnya sudah berbunyi sedaritadi. Tapi, tidak perempuan itu pedulikan. Karena menurutnya, Rachel akan masak setelah sampai di apartemennya.     

Dan berhubung suami tampannya itu mengajaknya untuk sarapan pagi, maka ia harus mengiyakan. Sebelum anaknya protes di dalam sana.     

Aku mau maka     

"Aku sangat lapar, Kak. Aku ingin langsung makan." Delon terkekeh dengan jawaban Rachel. Ia pikir harus melakukan sebuah drama membujuk atau apapun yang membuat istrinya ingin makan.     

Kalau seperti ini Delon begitu bahagia karena Rachel tidak lagi memilih waktu makan untuk menyeimbangkan berat badan perempuan itu.     

"Makan sepuas kamu, Sayang ..." Rachel sudah ingin berteriak kencang seraya mencium seluruh inci wajah suaminya hingga basah dan tak lagi tersisa bekas bibirnya.     

"Tapi, harus tetap sayuran dan daging. Hahaha!" Delon tertawa terbahak saat melihat Rachel yang langsung mencebikkan bibirnya mendengar jawaban darinya.     

"Kenapa, Sayang? Kan memang seperti itu ... kata dokter apa? Tidak boleh makan sembarangan. Aku selalu membawa susu ibu hamil juga di dalam mobil. Apa kamu tidak ingin memberi suamimu sebuah ciuman?"     

Rachel menoleh ke arah samping. Kedua bola matanya membulat saat melihat wajah Delon yang sudah diarahkan begitu dekat dengan bibir yang sudah berharap menerima kecupan bibir dari istrinya.     

Namun, tidak berapa lama suara Pak Yono membuat Delon menggeram. Karena lagi-lagi dirinya gagal mendapatkan hadiah dari Rachel.     

Delon sudah mengultimatum! Hari ini misinya tidak boleh gagal lagi. Delon sudah terlalu sabar menghadapi takdir yang selalu memihak kepada istrinya. Padahal dirinyalah yang berjuang sekaligus di sini.     

Berjuang demi cinta Rachel.     

Berjuang demi restu Jeno ...     

Dan berjuang demi kelahiran calon anak mereka berdua.     

"Tuan Delon. Kita sudah sampai di hotel perbatasan. Apa kita berhenti di sini?" tanya Pak Yono apa adanya karena memang tidak mengetahui kondisi di antara kedua majikannya.     

"Heem! Berhenti, kita menginap di sini. Besok pulang! Jangan lupa belikan aku dan istriku baju," perintah ketus Delon membuat Pak Yono bergidik.     

Lelaki itu merasa sudah melakukan tugasnya dengan benar. Tapi, kenapa Tuannya itu justru marah padanya? Alah jalurnya salah lagi?     

Hahaha     

Rachel menahan tawanya agar tidak keluar dan membuat suaminya malu.     

"Tertawalah, Sayang. Sebelum aku membuatmu mendesah dan tak akan kubiarkan kejadian tadi malam.terulang lagi," ujar Delon membuat Rachel meneguk ludahnya tanpa halangan.     

Jika lelaki itu sudah mengatakan seperti itu pasti alasannya tadi mengantuk adalah bohong. Dasar Delon!     

"Kamu membohongiku, yaa? Dasar suami pembohongg!" teriak Rachel yang langsung menggelitik pinggang suaminya karena sudah merasa gemas dengan rengekkan tadi.     

Delon terkekeh geli seraya menangkap tangan Rachel dan menariknya di dalam dekapannya. "I love you, Sayang," ucap Delon dengan napas terengah disambung dengan napas Rachel yang juga sama.     

"I hate you, Kak." Mereka berdua tertawa bersama. Delon merasa hidupnya lengkap hanya dengan melihat senyum Rachel saja. Andai semua begitu mudah ia dapat, pasti kebahagian Rachel akan bertambah berkali-kali lipat.     

Namun, kenyataannya Anton dan Anita masih saja menjadi ancaman untuk dirinya. Delon takut mereka membuat Rachel dalam bahaya. Apalagi di dalam diri istrinya tidak lagi sendiri. Di sana ada buah cinta mereka yang selalu mereka nantikan sejak dulu.     

"Kamu jangan pernah jauh-jauh dariku, Sayang. Aku takut Antoni masih menyerang kita, meski tubuhnya masih lemah di tempat tidur." Peringatan Delon langsung diangguki perempuan cantik itu.     

Rachel masih mengingat bayang-bayang peluru berwarna perunggu itu begitu cepat melesat menembus tubuh mobil. Dan jika peluruh itu benar-benar mengenai tubuh manusia. Rachel pastikan peluru tersebut akan merobek organ dalam manusia.     

"Aku juga takut, Kak. Kenapa mereka jahat sih? Padahal aku melihat mata Antoni ada celah baik di sana. Aku sedih sahabatmu bisa berubah hanya karena perempuan itu," lirih Rachel yang langsung meluk tubuh Delon dengan begitu erat. Ia lebih takut kehilangan Delon daripada dirinya yang akan kehilangan nyawa.     

Rachel tidak tahu harus melanjutkan kehidupan ini seperti apa jika Delon benar-benar pergi darinya. Tak akan ada mentari secerah hari ini.     

"Kita akan cari tahu jawabannya setelah aku menangkap Anita dan saudara kembarnya, Sayang. Kamu tenanglah." Delon mengecup lembut pucuk kepala istrinya untuk menenangkan. Lelaki itu tahu jika Rachel sedang mencemaskan dirinya.     

'Aku akan baik-baik saja, Sayang. Aku akan iku membesarkan anak kita berdu,' batin Delon.     

Tidak berapa lama mobil mereka telah sampai di depan hotel yang begitu mewah. Rachel sempat ragu untuk masuk, tapi karena bujukan Delon akhirnya Rachel mengiyakan permintaan lelaki itu dengan berpegangan erat.     

"Kita makan dulu, ya Sayang ..."     

"Pak Yono carilah meja, silahkan makan," sambung Delon yang membuat lelaki paruh baya itu mengangguk cepat. Karena perutnya juga begitu lapar karena belum menikmati sarapan pagi.     

"Terima kasih, Tuan Delon. Saya permisi," ucap Pak Yono yang sudah mengembalikan tubhunya menjadi tegak, lalu menyebar pandangan untuk mencari meja kosong.     

Rachel mengetuk-ngetukkan jemarinya karena merasa jenuh. Hotel semewah ini, tapi penyiapan makanannya begitu lama. Calon anaknya sudah meronta-ronta di dalam ingin segera dimasuki makanan.     

"Sabar, Sayang. Mama juga lapar," kata Rachel yang mencoba menenangkan calon anaknya di dalam perut seraya mengusapnya lembut.     

Delon terkekeh melihat kelakuhan istrinya yang menggemaskan. Mereka berdua seperti pasangan baru selesai melakukan lari pagi dengan jaket yang senada. Dan yang paling Delon kagumi dari istrinya adalah wajah cantik itu sama sekali tidak nampak terlihat jika perempuan itu belum mandi pagi.     

Masih terlihat sangat cantik dan menimbulkan banyak perhatian dari beberpa pengunjung yang menatap istrinya memuja.     

"Sayang sembunyikan wajahmu. Lihat, banyak para lelaki yang melihatmu."     

"Apa, sembunyikan? Lihat, Kak! Aku tidak menunjukkan tubuhku yang terbuka, kenapa mereka melihatku? Apa aku mempunyai hutang di masa lalu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.