HE ISN'T MYBROTHER

Permintaan Maaf Jeno



Permintaan Maaf Jeno

0Jarum jam masih menunjukkan di angka lima pagi. Tapi, perempuan cantik dengan perut membuncit ya itu sudah sibuk di dapur di temani oleh asisten rumah tangga Delon—Bibi Olla.     

Garis melengkung selalu tercetak jelas di sana. Setiap pagi. Entah kenapa Rachel selalu saja bangun pagi meskipun ia baru saja bergempur-gempur ria bersama suaminya. Tapi, tetap saja tidak meruntuhkan semangatnya untuk memasakkan suami dan papanya.     

Benar, Jeno. Hubungannya dengan papanya kini sudah membaik sejak malam itu.     

Rachel masih begitu mengingat dua bulan lalu setelah dirinya dan Delon pulang dari hotel dengan kebahagian yang luar biasa mendapati calon anak mereka tidak hanya satu. Tapi, mereka ada berdua di dalam sana.     

Tiba-tiba saat Rachel dan Delon ingin mendekat ke arah apartemennya, mereka melihat ada dua orang yang sudah berdiri di depan pintu. Sontak membuat Rachel terkesiap dan reflek mundur dengan langkah yang tanpa Rachel sadari.     

"Sayang," panggil lirih Delon menggegam tangan Rachel dengan erat seakan memberi kekuatan untuk menghadapi masalah yang sudah berada di hadapan mereka.     

Jeno menatap lekat mata coklat putrinya dengan dalam. Seakan lelaki paruh baya itu berada di dalam sana untuk megambil dan membawa kembali kepercayaan sang putri.     

"Kenapa kalian ke sini? Bukankah—"     

"Rachel ... papa ..."     

"Minta maaf atas segalanya," sambung lelaki paruh baya itu yang sudah perlahan memajukan langkahnya ke arah sang putri.     

Tapi, Jeno harus menelan pil pahit. Rachel memilih menghindar ke arah pelukan suaminya. Rachel takut dengan lelaki paruh baya itu yang dulu seringa ia panggil 'papa' dalam keadaan apapun.     

Namun, kenyataannya hatinya memang tidak membenci sosok yang sekarang menatapnya dengan sendu. Tapi, ia takut dengan perkataan lelaki paruh baya itu yang selalu menginginkan bayinya tiada. Tidak ada seorang ibu pun yang tega mencabut nyawa buah hatinya sendiri.     

"Pa ..." panggil Martha yang seakan terlalu kasihan melihat suaminya begitu merasa bersalah karena telah membuat trauma sendiri pada hati putri mereka.     

Jeno mengkode dengan tangan yang melambai ke udara tanpa mengatakan apapun. Yang artinya 'dia baik-baik saja dan akan menghadapinya sendiri.'     

Martha meneguk ludahnya melihat kesungguhan suaminya. Akhirnya detik-detik yang selalu dirindukan Martha datang. Ia juga begitu menyesali harus mengikutkan perpisahan yang sangat dibenci Tuhan untuk menyambungkan tali ikatakan anak dan ayah itu     

Wanita paruh baya itu sungguh berharap semoga Tuhan akan memberinya ampunan atas hal sakral yang sudah memberi keajaiban pada sang suami.     

"Maaf? Mana mungkin papa mau meminta maaf. Menjauhlah dariku! Jangan mendekat!" teriak Rachel dengan keras. Seakan benar-benar tidak menginginkan kehadiran Jeno di sini.     

Permintaan maaf itu juga tak bisa Rachel percaya setelah semua yang terjadi. Rencana pengguran dan mengenalkan seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenal Rachel sungguh itu sangat membekas di hatinya hingga saat ini.     

Dan pantas saja kata 'maaf' itu tak bisa Rachel telan dengan begitu saja.     

"Papa sungguh meminta maaf kepadamu dan Delon ... apa tidak tahu harus melakukan apa untuk mengungkapkan ini semua. Papa hanya ingin kamu dan Delon memberi papa maaf," ucap Jeno dengan penuh kelemahan.     

Bahkan tubuh besar itu telah terjatuh di depan mereka berdua dengan bertumpu pada kedua lutut tuanya.     

Sebenarnya Jeno sudah tidak lagi marah dengan Delon setelah Dinu membawakan bukti bahawa bukan Dinulah yang menyebabkan kehancuran perusahaan Jeno. Dan sejak itulah ia yakin jika Delon dan Dinu memang orang baik. Tidak pernah mengkhianati Jeno selama ini.     

"Sayang ... jangan menangis," ujar Delon saat mendapati istrinya sudah membasahi wajah cantik itu dengan air matanya.     

"Papa tahu kesalahan papa begitu besar padamu dan calon cucu papa. Tapi, hanya ini yang dapat papa lakukan ... meminta maaf pada kalian semua." Jeno menangkupkan kedua buku tangannya di atas kepala. Memohon pada kedua anaknya untuk bisa memberinya kesempatan kedua.     

Tidak lama Martha pun ikut bersimpuh bersama dengan suaminya di hadapan Rachel dan Delon. Ia akan bersumpah demi suaminya yang sudah berubah.     

"Mungkin kalian tidak akan mempercayai setiap kata yang keluar dari papa kalian itu. Tapi, mama di sini akan ikut bersumpah demi kejujuran papa kalian untuk meminta maaf."     

Delon menggeleng kepala dengan samar, ia tidak tahu akan secepat ini terjadi. Ia pikir Jeno akan terus menganggapnya musuh dan pengkhianat sampai dia menyadari dirinya bukan selemah yang dipikir lelaki paruh baya itu.     

"Mama ... papa bangunlah. Bukan seperti itu maksud Rachel. Jangan bersimpuh, ayo bangunkan papa, Sayang ..." ujar Delon yang seakan menginginkan istrinya untuk mendekat dan membawa lelaki paruh baya itu masuk ke dalam apartemen.     

Tapi, lagi-lagi istrinya memilih untuk mencengkram kuat bajunya dengan menggeleng membalas perintah dirinya.     

"Sayang, lihat papa sudah meminta maaf padamu. Pasti anak kita juga akan menurut sesuai dengan kebaikan hati mamanya, bukan?"     

"Setiap orang perlu kesempatan kedua. Apa kamu tidak ingin memberi papa?" tambah Delon yang membuat perempuan itu menoleh ke arahnya dengan tatapan sendu.     

Rachel melonggarkan pelukannya. Lalu, mendorong kuat tubuh Delon untuk menjauh dari tubuhnya.     

"Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu, Kak? Apa kamu tahu luka yang ada dalam pergelangan tanganku dulu karena papa. Papa memaksaku untuk menggurkan kandungan ini demi perusahaan ..."     

"Perlakuan papa yang seperti itu harus kumaafkan? Berkali-kali papa menyakitiku, menyakitimu, dan calon anak-anak kita ... tapi, kenapa kamu pikir aku harus memberi papa kesempatan kedua?" geram Rachel mendapati suaminya sekarang lebih membela Jeno yang jelas-jelas tidak menganghap keberadaan Delon menjadi suaminya.     

Suasana malam itu begitu tegang hanya ada suara tangis tertahan dan teriakan kekesalan yang tak pernah bisa Rachel tahan.     

Dan sekarang semua itu berkumpul di sini. Di saat semua telah terungkap, Jeno menyesali dengan segala perbuatannya. Dan Rachel berhak untuk mengungkap rasa kesal dalam hatinya yang sudah lama perempuan itu tahan berbulan-bulan lalu.     

Delon menyeka kedua pipi Rachel dengan lembut dan penuh perasaan. Semua pantas Rachel lampiaskan saat ini. Lelaki itu membawa kepala istrinya untuk ia kecup dengan penuh perasaan.     

"Aku tentu sangat kesal dengan penolakan papa dulu. Papa mengancamku dengan berbagai hal. Bahkan dia ingin membuatku mati tanpa kamu ketahui ...." Manik mata perempuan yang ada di depan Delon itu membulat dengan sempurna saat mendengar perkataan Delon. Rasa kesalnya semakin bertambah untuk memantapkan maaf itu tak akan keluar dari mulutnya.     

Delon membelai rambut istrinya. "Tapi, berkali-kali ancaman itu hanya keluar dari mulut saja. Papa tidak pernah mau menyentuhku. Karena apa ... papa masih menyayangi kita. Terutama kamu. Papa hanya kecewa dengan apa yang sudah kuperbuat. Dan aku tahu itu," sambung Delon yang mendapat pelukan erat dari Rachel.     

"Dekati dan peluk mereka, Sayang ..." bisik Delon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.