HE ISN'T MYBROTHER

Ada yang Lebih Cantik Dari Kamu



Ada yang Lebih Cantik Dari Kamu

0"Papa mama berdirilah. Apa Rachel menyakiti kalian?" tanya Rachel dengan menahan air matanya untuk turun. Tapi, tetap tidak bisa. Ia tidak bisa menahan air mata itu untuk jatuh membasahi wajahnya yang sudah berubah memerah.     

Jeno menggeleng dengan kepala yang masih tertunduk. "Kalian menderita karena papa. Sebesar apa pun yang papa rasakan, itu tak akan bisa sebanding dengan luka yang kalian rasakan ..."     

"Mamamu yang membuat papa seperti ini. Andai papa bisa membalas kebaikan kalian dengan—"     

"Jangan katakan apapun, Pa. Rachel tahu ini memang tidak mudah diterima ... ketahuilah kami mencintai papa dan mama sepanjang napas kamu berhembus," Rachel menyahut dengan cepat.     

Hatinya sudah begitu tenang dengan kedamaian saat ini. Ia berharap keluarganya akan seperti ini dengan kedatangan keluarga baru di antara mereka.     

"Terima kasih, Sayang. Papa sangat menyesal." Jeno memeluk tubuh kecil itu dengan lembut. Ia menyadari tubuh putrinya yang tidak seperti dulu, maka lelaki paruh baya itu hanya bisa meluapkan rasa bahagianya.     

Mama Martha mendekati Rachel memeluk tak kalah lembut meluapkan rasa sayangnya kepada sang putri yang sudah begitu lama tidak bisa serumah dengan tawa yang selalu merek lakukan bersama. Mereka hanya bisa meluapkan rasa rindu dengan berdiam-diam bertemu tanpa sepengetahuan Jeno.     

Sedangkan yang paling dua wanita berbeda generasi itu tunggu adalah kedua lelaki yang juga berebeda generasi itu saling berpelukkan kembali seperti dulu. Bisa dibayangkan bagaimana harunya suasana malam ini.     

Jeno menepuk-nepuk punggung Delon dengan begitu gentle seakan kenangan dulu terukir kembali. Saat Jeno begitu bangga atas pencapaian yang dilakukan putra angkatnya. Dan kali ini, lelaki paruh baya itu begitu bangga kepada Delon karena telah mampu menjaga putri tanpa kekurangan apapun.     

"Terima kasih, Delon ... papa sangat beruntung memiliki menantu sepertimu. Ini seperti mimpi, dan papa terbangun dengan kenyataan yang lebih indah," ucapnya yang membuat Delon mengangguk dalam pelukan itu.     

"Maafkan aku mencuri putrimu, Pa. Tapi, aku sudah menggantinya dengan dua cucumu nanti." Delon ikut menangis haru saat mengingat kedua anaknya tumbuh sehat di dalam perut istrinya dan ditambah dengan perubahan Jeno yang sama sekali tidak memandang apa yang masih dirahasiakan Delon selama ini.     

Jeno melepaskan pelukan itu dengan menyeka kasar wajah tuanya. "Apa yang kau maksud, Lon? Cucu papa ada dua?" Delon mengangguk menjawab pertanyaan mertuanya. "Mama ... kitaa ...." Lelaki paruh baya itu menoleh ke arah istrinya.     

Martha pun tak kuasa bertambah haru saat mendapati putrinya tengah mengandung anak kembar. Berkah telah diturunkan berjuta-juta kali diturunkan dalam kehidupan keluarga mereka.     

"Hallo, dua cucu nenek dan kakek!"     

***     

Setelah malam itu Rachel semakin menambah keakrabannya dengan kedua orang tuanya dan juga Delon. Terkadang suaminya harus bekerja berhari-hari dan tidak bisa pulang. Dan Regan mengantarkan dirinya ke rumah utama. Perhatian mereka berdua begitu terlalu membuat Rachel kadang tertawa geli.     

Pagi ini Rachel harus berangkat ke kampus dan mengantarkan makanan kepada papa Jeno di perusahaan.     

Berkali-berkali Rachel dibuat menggelengkan kepala melihat kelakuhan Delon yang tak pernah lepas dari perut buncitnya. Satu kali suap, pasti lelaki tampan itu selalu mencium kedua anaknya yang belum juga bisa diajak bicara. Rachel selalu dibuat tertawa geli dengan apa yang dilakukan suaminya.     

"Anak-anak papa di sana makan apa? Apa susunya cukup untuk berdua ... apa mama harus minum tiga gelas susu?" tanya Delon yang langsung menempelkan telinganya di sana.     

Rachel membulatkan matanya mendengar perkataan suaminya. Bagaimana bisa ia minum susu sebanyak itu. Bisa kembung perut Rachel.     

"Kak, ayo makan dulu. Kamu makan aja belum selesai kenapa harus menyapa mereka dulu. Pasti mereka sudah makan sama aku. Kamu yang belum makan," gerutu Rachel yang merasakan suaminya masih saja memberi kecupan pada perut buncitnya.     

"Katanya mereka ingin susu yang banyak, Sayang. Besok aku akan membeli susu hamil yang banyak buat kamu dan anak-anak kita," balas lelaki itu di luar pembahasan yang sedang Rachel katakan.     

"Aawwhh..." Delon terdengar meringis disela mulutnya yang tengah mengunyah makannya.     

Rachel mencubit suaminya yang bisa-bisa berkata seperti itu. Jika, Delon sudah mengatakan akan membeli sesuatu, dan pasti dia akan membuat Rachel pusing. Delon tidak membeli apapun dalam jumlah yang sedikit, katanya takut kehabisan.     

'Nanti, kedua anakku tidak bisa minum susu karena dibeli oranh lain.' Alasan seperti apa itu? Huh... Rachel bahkan tidak membayangkan ibu hamil di luaran sana pasti sedang kebingungan mencari susu hamil karena Delon.     

"Rasaain! Kamu lihat di dapur, susu hamil masih berapa banyak? Tapi, kamu bilang kedua anakmu itu kurang susu?" beber Rachel yang membuat lelaki tampan itu memasukkan suapan dalam mulutnya dengan cepat.     

"Kan tadi aku dibisikkin, Sayang. Mereka yang bilang sama aku. Aku kan cuma nyampain ke kamu ... itu salahin mereka." Delon mengulas senyum tampannya dengan tampang tanpa rasa berdosa.     

"Anak belum lahir aja disalahin. Aku nggak tahu kalau sampai mereka udah keluar nanti."     

Bibi Olla hanya mengulum tawanya melihat adegan manis yang ia lihat setiap hari. Pertengkaran manis itu pasti akan berakhir dengan manis juga. Ia bahkan tak menyangka ada pernikahan muda yang seperti milik kedua majikannya itu.     

Setelah pertengkaran kecil itu selesai, dengan hati-hati Delon menuntun tangan istrinya untuk menuruni anak tangga apartemen. Setelah itu Rachel mengaitkan kedua tangannya pada lengan kekar Delon untuk segera masuk ke mobil.     

"Kak, aku bisa sama pak Yono. Kenapa kakak ikut aku sih?" tanya Rachel saat lelaki tampan itu sedang sibuk memakaikan safebelt di tubuhnya.     

Delon menghentikan langkahnya untuk kembali ke bangkunya. Ia menatap lekat manik mata coklat madu istrinya.     

"Aku jelas cemas. Aku akan memasrahkan kepada pak Yono kalau aku benar-benar sedang sibuk," balas lelaki tampan itu seraya mengecup kening Rachel dengan lembut dan dan dalam.     

"Jadi, jangan protes! Wajahku masih tampan, Sayang. Tenanglah, kamu tidak akan bosan menatapku setiap menit, benar?" sambung Delon yang lagi dan lagi membuat wajah istrinya bersemu merah.     

"Apa?" jawab Rachel yang semakin membuat Delon gemas.     

"Itu ada perempuan cantik lewat." Delon menunjuk ke arah jalanan lengang dan sontak membuat Rachel mengikuti arah tunjuk lelaki itu dengan kesal.     

"Manaa? Katanya aku yang paling cantik, tapi kenapa kamu mini perempuan lain? Memang secantik apa dia?" tambah perempuan cantik itu dengan nada merajuk. Ia begitu kesal mendengar Delon mengatakan hal seperti itu. Padahal setiap hari telinganya tidak pernah lepas dari pujian dari sang suami.     

"Kamu memang paling cantik, Sayang. Tapi, ada yang lebih cantik lagi. Masak kamu tidak lihat di sana? Itu lihat ... dia cantik bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.