HE ISN'T MYBROTHER

Monica Dengan Cowok Lain?



Monica Dengan Cowok Lain?

0Delon semakin melupakan jika dirinya adalah seorang manusia. Seluruh luka yang ada di tubuh Rere kali ini bukti dari kekejaman lelaki tampan itu.     

"Sudah, Lon! Lo bener mau dia mati?" sergah Regan yang sudah menahan tubuh Boss sekaligus sahabatnya.itununtuk berhenti. Lelaki berkaca mata bening itu melirik ke arah Rere yang sudah terluka parah disekujur tubuhunya. Namun, senyum perempuan itu masih saja kekeh untuk mengundang jiwa keiblisan Delon memuncak.     

"Han–cur! Rachel ja–lang!"     

"Apa kau bilang? Aku akan pastikan mulutmu itu tidak akan bisa kau gunakan lagi!" pekik Delon yang memberontak di dalam pertahanan Regan.     

Namun, sekuat tenaga Regan juga menahannya, meski kekuatan yang lelaki itu miliki tak sebesar kekuatan Delon. Dan akhirnya bala bantuan pun datang. Niko dan tiga anak buah Delon pun ikut untuk untuk menahan tubuh Boss mereka.     

"Lon, sadar! Lo udah buat dia babak belur ... sekarang Lo harus sabar. Kita harus bawa dia ke Rachel hidup-hidup. Jangan buat dia mati." Lanjut Regan yang akhirnya melemahkan kekuatan dari pemilik tubuh kekar itu. Pandangan tajam itu menyebar ke arah anak buahnya yang sedang tertunduk di dekat Delon.     

"Lalu, kenapa kalian masih di sini?" sentak Delon yang langsung membuat mereka semua berlari ke belakang. Di mana tempat semula mereka berada.     

Hanya tinggal Nino yang berada di sana. Puda itu menunjuk ke arah dirinya sendiri meminta perintah dari sang Boss.     

"Balik! Siapa yang nyuruh Lo ke sini," tambah lelaki berkuasa tersebut dengan nada ketus.     

Ninoo berdecih kesal mendapati pengusiran itu. "Lo emang butuhnya safebelt, Boss! Lo pikir badan Lo imut?" gerutu pemuda itu melenggang pergi dan kembali duduk di atas sofa panjang kantor Delon lagi.     

Delon sama sekali tidak memandang Rere adalah seorang perempuan. Kebencian itu datang dan berkumpul begitu saja di dalam setiap pukulannya. Beruntung hari ini Rere tidak benar-benar tamat riwayatnya di tangan Delon.     

Sekarang perempuan itu terlihat pingsan karena berbagai serangan yang diberikan Delon. Regan menggelngkan kepala melihat betapa malangnya perempuan muda di depannya.     

"Cari tahu apa kelemahannya. Aku akan menunggu malam ini," perintah Delon yang langsung mengkode beberapa anak buahnya untuk membawa Rere pergi.     

Beberapa anak buah Delon pun mengangguk, dan menjawab dengan sopan. "Baik, Tuan Delon."     

Salah satu di antara mereka pun langsung yang mengangkat tubuh ramping itu untuk keluar dari ruangan Delon. Kini tersisa anak buah Regan yang sudah siap menerima tugas lainnya.     

Mereka semua selalu berantusias jika mendapatkan tugas dari Delon. Karena jika berhasil selalu ada bonus besar menanti mereka. Maka dari itu tidak ada anak buah Delon maupun Regan yang berkhianat kepada kedua tuannya tersebut.     

"Kalian dengar apa yang diperintahkan Boss?" tanya Regan yang sekarang berdiri tegap dengan dua tangan masuk ke dalam kedua saku celana panjangnya.     

Mereka berlima mengangguk mengiyakan dengan kompak.     

"Sekarang cek lagi apartemen perempuan itu. Cari dengan teliti data yang ada di kmputernya. Kalian gak menghancurkannya bukan?" tanya kembali Regan yang mendapat gelengan dari mereka semua.     

"Kami menukar laptop dan komputer perempuan itu dengan perangkat yang sudah rusak, Pak Regan. Sesuai dengan perintah Anda," jawab salah satu dari mereka yang mendapat anggukan lelaki berkaca mata tersebut.     

Regan menoleh ke arah Delon yang seketika mendapat jawaban tangan terangkat di udara yang menandakan kelima anak buah Regan sudah boleh pergi.     

"Kalian sudah boleh pergi. Malam ini kalian harus bisa menemukan kelemahan perempuan itu. Kalian tahu bukan aku tidak menerima kegagalan?" tanggap lelaki berkaca mata itu dengan tatapan tajam seperti biasa.     

"Baik, Pak Regan. Kami pergi permisi." Mereka pun sesikit membungkukkan tubuh di depan Regan dan Delon. Lalu, perlahan mereka menghilang dari pintu besar kantor Delon.     

Sekaang tinggal mereka bertiga. Delon kembali memusatkan jemarinya di atas layar ponselnya. Ia melihat berbagai foto Rachel yang sengaja di post oleh mertuanya untuk mengobati kerinduan Delon pada perempuan cantik itu.     

Sesungguhnya Delon ingin sekali menatap wajah cantik itu. Tidak! Tidak hanya menatap saja. Delon juga ingin mencium seluruh inci wajah istri cantiknya. Tapi, saat ini belum waktunya. Delon belum bisa menemui Rachel sampai dia bisa menyeret Rere di depan Rachel.     

Sedangkan Nino mengepalkan tangannya saat melihat teman kampusnya mengirimi dirinya foto Monica yang sedang duduk bersama dengan seorang cowok. Mereka berdua terlihat begitu akrab. Bahkan, senyum mantan kekasihnya itu mengembang tanpa pakasaan menghiasai wajah cantiknya.     

"Bajingan! Siapa dia?" geram Nino yang mengundang perhatian Regan untuk berbalik.     

"Kenapa Lo? Lo mau ketemu Molly lagi?" tanya Regan menggoda Nino.     

Entah kenapa Regan yakin jika Nino tidak tidur dengan perempuan itu. Sebejat-bejatnya Nino, lelaki itu tidak akan pernah melakukan di luar kesadarannya. Apalagi sampai menggunakan obat bius.     

"Mulut Lo emang sama dengan Mario!" tanggap Nino yang langsung memasukkan memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celana jeansnya.     

"Bisa, gue keluar dulu! Ini urusan hati! Byeee!" teriaknya lagi yang sudah berlari pergi cepat.     

Delon hanya berdehem menanggapi izin dari Nino. Sekarang punggung panjang Regan, ia hempaskan begitu saja di atas sofa panjang.     

"Susaah kalau udah urusan hati!"     

Nino berlari kencang tanpa peduli setiap mata memandangnya dengan penuh arti. Ia hanya ingin segera datang menemui Monica Dann memberi pelajaran kepada lelaki itu. Lelaki yang sudah seenaknya menggantikan dirinya di samping Monica.     

"Lihat, apa yang akan gue lakukan ke Lo! Dasar lelaki busuk!" kelakar Nino yang sudah memasuki mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan penuh. Beruntung jalanan malam ini begitu lengang.     

Di caffe catteria. Monica sedang menunggu kopi keduanya. Ia benar-benar merasa begitu mengantuk untuk diajak menongkrong di caffe baru di itu.     

"Ayolah buka mata Lo, Mon! Lo gak asik tahu!" sungutnya seraya meletakkan kopi pesanan perempuan cantik itu.     

Monica mengangkat kedua kelopak matanya untuk mencoba menuruti permintaan lelaki di depannya. Bibir tipis itu menyeruput perlahan kopi hangat itu yang selalu sesuai dengan kesukaan Monica. Tidak manis atau kemanisan. Rasanya sungguh pas.     

"Gue kurang tidur karena harus jaga sahabat gue. Dia mendapat musibah. Gue nggak bisa tidur tenang kalau dia masih di sana," balas Monica yang dibalas dengan tatapan lekat dari lelaki itu.     

Monica yang menyadari tatapannya membuat dirinya perlahan meletakan kembali garis kecil kecil itu. Lalu, berdehem untuk membuyarkan lamunannya.     

"Jangan kelamaan mandangin gue. Gue takut Lo naksir gue," guyon perempuan itu dengan terkekeh. Sehingga membuat garis senyum di bibir lelaki itu ikut melengkung.     

"Emang udah naksir. Susah kalau udah begini. Kenapa Lo nggak cepat iyain perjodohan kita sih, Mon? Lo masih nunggu cowok itu?"     

Monica menguatkan kedua alisnya mendengar perkataan lelaki di depannya. "Dani, dia punya nam—"     

BUGH!     

"Brengsek!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.