HE ISN'T MYBROTHER

Tawaran Lagi?



Tawaran Lagi?

0Nathan tidak peduli dengan ucapan adiknya. Kenyataannya dirinya memanh selalu mengalah dengan Nefa yang suka menangis. Kini bocah laki-laki itu sudah berada di kamarnya. Sedangkan Nefa masih saja ingin dipeluk Delon.     

"Kenapa?" tanya Rachel dengan nada berbisik. Kini tubuh perempuan dua puluh lima tahun itu sudah nampak cantik. Dengan setelan baju rumahan yang selalu pas di tubuh rampingnya.     

"Biasa," jawab Delon singkat dengan tangan yang sedang menepuk-nepuk lembut punggung kecil putrinya.     

Rachel mengangguk-angguk paham saat mendengar penjelasan dari suaminya. Ia baru ingat tujuan awalnya. Perempuan itu mulai bergerak ingin menuju ke arah meja rias. Rachel ingin memberi penyejukkan pada wajah putihnya yang sedaritadi berhadapan dengan pemanggang roti.     

"Eeitss... mau ke mana?" Rachel menghentikan langkah kakinya saat Delon mencekal tangannya dengan kedua bola mata menelisik menatap dirinya.     

Rachel menunjuk ke arah meja rias dengan dagunya. "Udah lepasin," protes perempuan cantik tersebut. Tapi, Delon justru membalas dengan senyum tampannya. Dan hal seperti itu membuat Rachel semakin cemas saja melihat kelakuhan aneh Delon.     

"Aku harus mempercantik diri suamiku. Nanti kalau kamu lagi-lagi ketahuan keluar dengan perempuan lain. Nanti, aku yang disalahin tetangga. Dikira aku nggak bisa ngurus wajahku," ucap Rachel mencoba mempengaruhi suaminya untuk melepaskan tangannya.     

Namun, lelaki tampan itu justru menarik tubuh Rachel untuk mendekat dengan tubuhnya. Meski, mereka terhalang oleh tubuh kecil Nefa yang sudah terlelap tidur saat telinga Delon jelas menangkap racauan kecil Nefa.     

"Aku tidak suka perempuan lain. Adik kandungku hanya mau bergerak jika ada pawangnya. Dan pawangnya sudah berada di depanku ..."     

"Kita belum menyelesaikan masalah darurat tadi, Sayang. Nefa sudah tidur. Dia tidak akan terbangun," sambung Delon saat tangannya sudah menyentuh pipi Rachel l, mengusap lembut di sana.     

Lelaki tampan itu perlahan mendekatkan wajahnya ke arah wajah cantik istrinya. Tatapan mereka berdua sudah berkabut dengan satu tangan Delon masih mengusap lembut punggung putrinya.     

Entah siapa yang memulai duluan. Namun, bibir mereka sudah menyatu dengan lembut. Delon memberi pagutan di setiap lapisa bibir merah tipis milih istrinya. Lidah mereka menari dengan begitu panas. Suara decapan dan lenguhan Rachel membuat Delon semakin panas ingin melanjutkan ke arah yang lebih nikmat.     

Tangan Rachel sudah berada di belakang kepala suaminya mermas lembut rambut hitam itu untuk menyalurkan kerinduannya juga atas sentuhan lelaki tampan itu.     

Delon mengunci pinggang istrinya dengan tangan besar yang melilit indah di pinggang rampingnya. Saat Delon semakin menarik tubuh Rachel untuk melekat pada tubuhnya. Tiba-tiba Nefa menangis karena terkena tangan istrinya.     

"Hikss... papaa!" Isak tangis itu membuat Rachel dan Delon melepaskan pakasa tautan bibir mereka. Rachel menguap bibirnya yang basah karena Saliva suaminya. Dengan cepat perempuan cantik itu mengambil alih tubuh sang putri.     

"Kamu bersih-bersih dulu, Kak. Biar aku yang nenangin Nefa," ucap Rachel berganti menepuk-nepuk punggung putrinya dengan gerakkan tubuh mengayun. Dan perlahan tangis itu mulai mereda.     

Cup     

Rachel meninggalkan kecupan manisnya di bibir tebal suaminya yang terlihat murung karena dua kali selalu gagal karena anak-anak mereka.     

"Cepat tidurkan, Sayang. Dan segera ke sini. Aku sangat gemas dengan mereka berdua selalu saja mengganggu," gerutu Delon seperti anak kecil yang sedang mengadu mainannya selalu direbut temannya.     

Rachel tertawa ringan menanggapi suaminya lalu mengangguk. "Kamu mandi dulu. Aku mau keluar lihat Nathan juga. Kasihan sedaritadi selalu mengalah demi adiknya," balas Rachel. Kedua kakinya pun melenggang meninggalkan Delon yang perlahan sedang melepas kemejanya. Kemudian meletakkan tubuh kekar itu di pinggir tempat tidur.     

Napas panjang terhela saat wajah tampan itu mendongak ke langit-langit. Dengan satu tangan menyentuh adik kandungnya yang sudah merindukan rumah aslinya.     

"Gara-gara bulan sialan itu kamu jadi harus puasa di luar rumah," gumam Delon dengan tubuh kekar sudah terbuka tersentuh dinginnya penyegar ruangan kamar dirinya dan Rachel.     

Saat kedua matanya memejam membayangkan wajah cantik Rachel yang sedaritadi membuat hasratnya menggebu. Mendadak lamunan lelaki tampan itu terganggu oleh suara dering pesan masuk ponsel Rachel.     

Delon mengalihkan pandangan ke arah pusat suara tersebut. Kini tangannya terulur untuk melihat siapa yang berani mengirim pesan di saat malam seperti ini.     

Kedua alis Delon bertemu saat melihat sebuah nama yang memang tidak dua tahun terakhir ini setelah nama Aster menjadi daftar hitam seorang Delon.     

"Ada apa lagi bocah sok tampan ini?" sungut kesal Delon saat jemarinya sudah bergerak untuk membuka pesan yang dikirim khusus ke dalam room chat istrinya.     

'From Rendra     

Chel, ada beberapa materi yang harus Lo pelajari buat penjelasan nanti di depan para mahasiswa baru. Lo tenang aja gue juga ikut. Lo nggak sendirian. ' Seperti itulah pesan yang terkirim di pesan Rachel.     

Rendra lagi Rendra lagi. Kenapa pemuda ini selalu mengambil kesempatan di saat istrinya tidak mendapatkan tugas apapun di dalam organisasi yang diambil Rachel.     

"Sepertinya pemuda ini memang harus diberi pelajaran. Sudah tahu Rachel sudah menikah dan mempunyai anak. Tapi, tetap saja dia tidak menyerah mendekati istr—"     

Kalimat Delon terputus saat mendengar ponselnya sekarang yang bergetar di dalam saku celana panjangnya. Dan seketika itu pula saat Delon belum sempat membalas pesan Rendra, empat foto dikirim pemuda itu ke dalam pesan istrinya.     

"Hallo?" Delon sudah menyapa terlebih dulu saat mendapati yang menelpon dari papa mertuanya sendiri.     

"Boy, ini papa!" ucapnya disebrang sana.     

"Iya, Pa. Ada apa?" tanya Delon yang seakan tahu sedang terjadi sesuatu pada lelaki paruh baya di sana.     

Sedangkan kedua mata hitam lelaki itu berkilat seketika saat melihat empat foto itu memperlihatkan Rendra yang sengaja begitu dekat dengan posisi berdiri Rachel.     

"Tolong gantikan lagi pamanmu Tio. Lelaki tua itu lagi-lagi bermasalah dengan jantungnya. Mungkin hanya seminggu. Papa belum bisa mendapatkan dosen pengganti di waktu mepet seperti ini. Sedangkan ujian semester sudah dekat," ucap Jeno yang terdengar sangat gusar.     

Delon terkejut saat dirinya kembali diminta menjadi dosen saat sudah bertahun-tahun lamanya dirinya melupakan profesi masa mudanya.     

"Nanti Delon ke rumah paman, Pa. Rachel sedang menidurkan Nefa. Tapi, kami akan segera ke sana sebentar lagi," balas Delon tak kalah cemas. Ini sudah ketiga kalinya jantung Tio bermasalah. Dan mungkin puncaknya sekarang.     

Jeno dengan cepat menolak kehadiran Delon untuk datang ke rumah Tio. Mengingat kedua kedua cucunya yang tak mungkin bisa ditinggal oleh keduanya.     

"Tidak perlu. Kalian bisa datang besok. Ini sudah malam, kasihan cucu-cucu papa. Kamu besok datanglah. Papa juga tidak tahu mau pamanmu ini seperti apa. Sudah tua, tapi masih saja mau menghabiskan waktu untuk mengajar," gerutu Jeno yang membuat Delon mengusap tengkuknya bingung.     

Delon bingung harus menjawab apa tentang permintaan menjadi dosen kembali. Sedangkan, dirinya besok ada meeting penting di perusahaan. Ia benar-benar tidak bisa menjadi dosen di kampus istrinya.     

"Tapi, Pa ... Delon—"     

"Kamu harus bisa, Boy! Hanya seminggu."     

"Bukan seperti itu. Delon haru ...." Delon melirik ke arah ponselnya yang terdengar suara familiar.     

"Astaaagaa! Kenapa harus sekarang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.