HE ISN'T MYBROTHER

Tawaran Dosen Kembali



Tawaran Dosen Kembali

0Delon bingung harus bagaimana mendapati keputusan mendadak seperti ini. Jika, dirinya tidak datang dalam meeting penting itu sama dirinya tidak menghormati para pemegang saham yang begitu gila akan hormat.     

"Tapi, gue juga nggak bisa nolak permintaan papa! Aagggh... gue harus gimana?"     

"Ada apa, Kak? Kamu kenapa?" Pertanyaan itu membuat tangan yang sedang menyugar rambut hitam, terlepas begitu saja. Kepala Delon menoleh ke arah wajah cantik yang kini terlihat bingung dengan ekspresi wajahnya.     

Delon melebarkan kedua tangannya untuk menyambut istri tercintanya. Rachel langsung berlari cepat ke arah pelukan dada bidang suaminya yang terbuka.     

Tidak menunggu lama tubuh ramping itu sudah berada di pelukan Delon. Tangan Rachel melingkar erat di pinggang kekar lelaki tampan tersebut. Delon pun tak kalah erat memeluk tubuh istrinya seraya memberi kecupan hangat pucuk kepalanya.     

"Kenapa, Kak? Ada masalah apa? Apa terlalu dia datang lagi?" berondong pertanyaan Rachel membuat Delon semakin erat memeluk tubuh kecil itu dengan gemas.     

Delon tahu siapa yang dimaksud Rachel. Tapi, sudah lima tahun lamanya Anton tidak mengabari keberadaannya. Dan, hal tersebut selalu saja membuat cemas Rachel setiap saat. Perempuan itu takut jika sewaktu-waktu Anton datang dan mengulangi pertempuran yang dulu.     

Karena bukti yang dia berikan kepada Antoni tentang keberadaan Anita. Diam-diam anak buah Anita melenyapkannya dan sampai saat ini Antoni juga menghilang bak ditelan bumi. Maka dari itu Delon harus selalu waspada dengan datangnya Antoni yang masih menganggapnya sebagai pembohong tentang keberadaan Anita.     

"Tidak ada, Sayang. Dia belum menghubungiku. Ini tentang kondisi paman Tio," Delon membantah pemikiran istrinya. Mendengar tentang keluarga terdekatnya, Rachel bergegas mengangkat kepala.     

"Ada apa dengan paman Tio? Apa jantungnya sakit lagi?" tanya Rachel yang seakan sudah tahu mengenai kondisi terkini kesehatan Tio yang selalu saja menurun.     

Delon mengangguk mengiyakan sangkaan sang istri. "Aku kasihan pada paman dan tante. Jenny terlalu bodoh hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia lebih memilih bunuh diri dibandingkan menyerahkan diri untuk di penjara. Sekarang paman Tio hanya memiliki Tante Sesil saja," ucap Rachel dengan nada sendunya.     

Rachel masih mengingat saat Rere melaporkan atas perintah Jenny untuk menyelakai Rachel dan pembunuhan kepada seorang lelaki sewaan di sebuah kelap malam.     

Jenny menjadi buronan polisi hingga dua bulan setelah itu dengan bodohnya masuk ke dalam kamar Rachel dan berniat ingin melukaiperut besarnya.     

Beruntung Delon yang berada di kamar mandi langsung keluar dan menggagalkan niatan jahat Jenny. Tapi, bukan Jenny namanya jika hanya sekali serangan dia langsung menyerah.     

Jenny masih menginginkan dirinya untuk terluka. Dia pun memulai menghindari gerakkan Delon dan akhirnya pisau tersebut menancap di perut Delon hingga membuat lelaki itu harus koma dua minggu lamanya.     

Dan setelah itu Jenny memilih untuk menusuk jantungnya sendiri saat mengira Delon telah mati. Kematian perempuan itu membuat luka yang cukup dalam untuk Tio dan Sesil. Sesil yang sudah sembuh dari struknya memilih memusatkan pikiran di sebuah butik yang sudah lama dia dirikan.     

Sedangkan Tio memilih menyibukkan diri dengan urusan perusahaan dan kembali berkutat dengan urusan dosen yang mengemban jabatan sebagai seorang profesor. Di sisi lain urusan pekerjaan Tio serahkan kepada asiten pribadinya. Meski, harus ia handle beberapa hal yang penting.     

Dan lihat sekarang, jantung Tio kembali bereaksi saat menghadapi berbagai tugas yang membuat hatinya tenang dan tidak lagi memikirkan kematian Jenny yang sudah berlalu lima tahun lalu. Tapi, justru membuat kesehatannya memburuk.     

"Melupakan seseorang yang menjadi hal terpenting untuk kita itu tidak mudah, Sayang. Apalagi Jenny adalah putri tunggal paman Tio. Mereka tidak akan mudah melupakan kenangan saat menanti kehadiran Jenny, dan pada saat melihat gadis kecil mereka mampu berjalan dengan kakinya sendiri," balas Delon dengan memejamkan mata. Mengusap lembut kepala Rachel.     

Rachel mengangguk mengiyakan perkataan Delon. Hal itulah yang mambuat Rachel.merasa sedih dengan keputusan gila Jenny.     

"Apa yang papa katakan padamu, Kak? Apa kita diminta untuk ke sana? Kalau begitu aku akan segera menyiapkan susu Nathan dan Nefa. Mereka sedang tidur sangat lelap. Mungkin kelelahan bermain tadi siang," ujar Rachel yang sudah melepaskan pelukannya. Ingin bergegas menyiapkan perlengkapan kedua bayinya.     

Tapi, Delon dengan cepat menahan pinggang ramping Rachel untuk bergerak.     

"Ka—"     

"Sebentar, Sayang. Aku mau bilang sesuatu. Papa bilang kita nggak perlu ke sana karena ini sudah sangat malam. Dan kita tidak mungkin membawa Nathan dan Nefa ke sana," sahut Delon yang didengar dengan teliti oleh Rachel.     

"Tapi, sekarang aku bingung. Papa minta kau menggantikan paman untuk menjadi dosen lagi, Sayang. Sedangkan besok para pemegang saham ingin mengadakan meeting," sambung lelaki tampan itu dengan suara serak. Mengecup beberapa kali puncak kepala Rachel melampiaskan rasa bingungnya.     

Rachel yang mendengar perkataan Delon itu pun sontak langsung membulatkan mata lebar. Pelukan itu terurai dan juga membuat Delon bingung dengan perubahan sang istri.     

"Apa lagi ini. Kenapa harus kamu? Kenapa tidak orang lain," ucap Rachel tidak terima. Ia tidak mungkin membiarkan Delon kembali dikrumuni oleh para mahasiswi genit.     

Kalau Delon memilih menjadi dosen dengan sebuah topeng di wajahnya. Pasti Rachel akan senang hati melepaskan suaminya untuk berinteraksi di kampus kembali.     

"Aku tidak bisa menolak, Sayang. Lihat kondisi paman Tio sperti apa? Pasti kamu tidak rela aku melihatmu bersama dengan pemuda itu kan?"     

Rachel menautkan kedua alisnya mendengar sosok yang sudah lama tidak dibahas lelaki tampan tersebut.     

"Jangan dibahas nanti kita bertengkar lagi. Kamu mandi sana. Kamu bau, Kak!" Rachel menutup hidungnya untuk berkilah bahwa tubuh kekar itu bau keringat.     

Padahal tubuh kekar itu hanya tercium aroma mint yang begitu maskulin. Sebenarnya Rachel masih ingin memeluk Delon. Tapi, ia yakin nantinya lelaki tampan itu akan kesusahan tidur.     

"Tidak-tidak! Aku tidak mau mandi. Aku ingin membahas foto yang dikirim pemuda itu." Delon menarik tangan istrinya ke arah pinggiran ranjang. Lalu, memperlihatkan isi pesan di ponsel Rachel.     

"Lihat, dia ... dia sengaja selalu berada di sampingmu terus, Sayang. Sepertinya memang ada baiknya aku menjadi dosen lagi. Benar bukan?"     

Rachel mengambil alih ponselnya. Lalu, menapa lekat ke arah foto yang dimaksud Delon.     

"Apa yang disengaja, Kak. Ini foto biasa. Ada lima orang di sana. Dan di sampingku juga ada Monica juga," bela Rachel yang tidak setuju dengan pemikiran sang suami.     

Delon berganti mengambil ponsel istrinya. Kini benda pipih itu berada di tangan kekarnya. "Kenapa di setiap foto empat ini, dia selalu ada di sampingmu? Lihat senyumnyanya. Apa kamu tidak merasa aneh?"     

"Aneh? Seperti apa? Menurutku wajar, Kak. Dia juga tahu aku sudah mempunyai dua anak. Nggak mungkin 'kan dia suka ibu dua anak kayak aku ?" Delon membuang mengembalikan ponsel Rachel begitu saja. Lalu, mendirikan tubuhnya.     

"Kamu yang tahu jawabannya. Terserah!" Delon melenggang kesal ke dalam kamar mandi.     

"Kak, lihat dulu ini ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.