HE ISN'T MYBROTHER

Perbincangan Malam Tiga Laki-laki



Perbincangan Malam Tiga Laki-laki

0"Sialan lo berengsek! Kepala gue sakit tahu," keluh Regan saat mendapati tangan besi Bossnya sudah membuat keningnya memanas.     

Delon hanya berdecak tak peduli mendengar celotehan Regan. Ini sudah jam berapa, tapi kebiasaan lama Regan selalu tidak bisa berubah. Bagaimana jika istrinya mendengar suara cemprengnya dan membuat diriny menggagalkan pertemuan ini.     

"Lo masuk ajaa, nggak mau permisi sama yang punya. Dasar nggak sopan!" seru Regan yang memang sudah tertinggal jauh dari langkah Delon. Dirinya masih berada di tangga, sedangkan Delon sudah memasuki ruang kerjanya.     

Delon mengedarkan mata ke penjuru sudut ruangan untuk mencari keberadaan Max. Ia yakin lelaki itu masih berada di ruangan ini setelah olah raga yang dia lakukan.     

"Hallo, Tuan Delon. Kau sepertinya sedang mencariku. Cepcepcep... tidak menyangka kehadiran pertama kalinya bisa membuat seorang Tuan Delon datang ke sini lagi," ucapnya di sela langkah kaki panjang yang berjalan ke arah Delon.     

Delon tak bergeming. Ia mendudukkan diri dengan begitu saja tanpa memandang wajah Max yang kini mulai mendekat ke arahnya.     

"Max, mulutmu memang patut disumpal kain kotor!" sungut Regan yang sudah berada di ambang pintu segera untuk menyusul keberadaan Delon yang sudah berada di sana.     

Max terkekeh dengan tangan yang masuk ke dalam saku kimononya. Kini mereka bertiga sudah berkumpul bersama setelah bertahun-tahun lamanya. Ini benar-benar kejadian yang langka. Tak pernah terbersit di pikiran mereka bertiga bahwa masa kecil terulang saat merek telah memiliki keluarga masing-masing. Terkecuali, Max.     

Lelaki itu mengikuti gaya barat dalam menikmati kehidupan tanpa mau berkomitmen yang akan membuat hidupnya semakin kacau.     

"Katakan kapan Antoni menghubungi. Karena dia sudah tidak ada lagi di Indonesia. Aku sudah mencari dia di mana-mana, tapi nyatanya dia menghilangkan jejak." Suara Delon memulai pertemuan penting mereka malam ini. Meski setelah menikmati peristiwa panjang dari istrinya dan istri Regan.     

Max rogoh benda pipih yang berada di dalam sakunya. lelaki itu mulai menselancarkan jemarinya pada layar ponselnya yang terlihat menyinari wajah tampan itu dari bawah.     

"Ini pertemuanku di Inggris ...." Lelaki itu menyodorkan foto dirinya yang melakukan pertemuan dengan Antoni. Namun, ada yang berbeda dari tampilan seorang Antoni.     

"Dia tidak mengenaliku. Beruntung aku dulu tidak satu sekolah dengan kalian. Tapi sialnya, anak buahku terkena bujuk rayu Antoni. Dan menyebabkan beberapa senjata telah berada di tangan lelaki busuk itu," tanggap Max yang begitu kesal jika mengingat jenis beberapa senjata yang dibawa oleh Antoni.     

Delon mengambil alih ponsel Max yang tadinya tergeletak di atas meja. Tak hanya Delon. Lelaki berkacamata itu juga ikut memeringkan tubuh untuk melakukan analisa.     

"Antoni berubah. Dia sesuai dengan dugaanku, mengubah seluruh biodatanya dengan begitu cerdik. Hingga aku tidak mengenalinya," sahut Regan dengan mata yang masih mengamati foto yang berada di dalam ponsel itu.     

Delon pun sama. Ia sepemikiran dengan asisten pribadinya. Antoni telah merubah segalanya semenjak ia mengatakan Anita masih hidup. Bahkan memiliki kembaran.     

Tapi, apa mungkin kedatangan Antoni juga untuk mencari tahu keberadaan Anita sekarang di mana? Apa Antoni sudah mempercayai bukti yang telah Delon katakan, dulu?     

"Siapa nama yang dia perkenalkan padamu?" tanya Delon tanpa mengalihkan aktivitasnya.     

Max menyalakan cerutu yang ada di ujung bibirnya. Terapit dengan begitu ahli.     

"Steven. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah Hongkong person. Jadi, tidak ada anak buahku yang curiga padanya. Lihat saja, lekukan mata dan kulitnya yang begitu mirip," sahut Max di sela mulutnya mengebulkan asap dari mulut yang terbuka.     

Regan kembali menamatkan wajah Antoni yang memang begitu berbeda. "Sepertinya dia memang melakukan operasi perubahan wajah. Padahal dulu hanya tangannya saja yang tertembak," sambungnya.     

Delon masih mengingat terakhir kali Antoni mengatakan jika akan menari keberadaan Anita jika memang masih hidup. Dan selama itu, dia tidak akan mengganggu kehidupan dirinya dan Rachel. Tepat! Apa yang dikatakan Antoni. Hingga saat ini lelaki itu masih memberi ketenangan bagi dirinya.     

Namun, jika Antoni tidak menemukan keberadaan Anita dan kembaran perempuan itu sesuai dengan apa yang dikatakan Delon. Antoni berjanji akan membunuh seluruh orang-orang yang dicintainya.     

Maka dari itu Delon selalu berjaga jika kemungkinan itu terjadi. Anita dapat mengelabuhi mata Antoni akan keberadaannya yang terlihat masih terasa begitu tabu.     

"Apa kau juga sudah menemukan keberadaan kembaran Anita?" tanya Delon sembari membuang begitu saja ponsel keluaran terbaru itu ke dalam pelukan Max. Hingga lalaki bertato itu gelagapan untuk menangkap.     

"Huhhffh... beruntung aku bisa menangkapmu," gumam Max dengan mata menatap berbinar pada benda berharganya tersebut. "Seratus jalang pun tak akan bisa menggantikan keberadaanmu," sambungnya.     

Regan yang menatap kelakuhan Max hanya bisa berdecih. Ia tidak menyangka, dibalik kekarnya otot di berbagai sudut anggota tubuh dan hiasan tato macan itu ternyata Max sangat seperti seorang perempuan.     

"Guee jijik sama Lo!" seloroh lelaki berkaca mata itu dengan tubuh yang ia tarik ke belakang sengaja.     

"Bodo amaaat!" sahut Max yang tak peduli.     

Regan menoleh ke arah Bossnya untuk memberi jawaban atas perintah yang sudah ia lakukan beberapa Minggu lalu. Dan baru ada hasilnya kemarin. Ia lupa untuk melaporkan karena Fira yang selalu ingin ia gendong karena putri kecilnya sedang demam tinggi.     

"Gue lupa. Terus ada berkas yang janggal dan baru gue lihat tadi. Besok semua berkas akan ada di meja Lo." Regan sudah mengembalikan panggilannya dengan nada yang non formalnya kembali. "Gue juga udah ada kabar tentang keberadaan Anin. Tapi, Anita belum." Lanjutnya.     

Delon masih terdiam untuk menanti laporan yang akan ia dengar. Kedua matanya masih saja enggan terpejam atau merasa kantuk. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan istri dan anaknya menjadi taruhan dalam pencarian Antoni.     

"Gue tahu Anin sedang berada di Singapura. Dia sedang melakukan binis di sana. Tapi, gue yakin Anin akan sangat sulit ditembus seperti dulu," jelas Regan dengan nada serius. Sedangkan Max menautkan kedua alisnya mendengar nama Anin.     

"Anin? Apa perempuan itu cantik?" Pertanyaan Max sukses membuat tubuh kekar itu dilempar bantal sofa panjang yang sedang mereka duduki saat ini.     

Lelaki kekar itu melirih kesakitan saat wajahnya lah uang mendapat sasaran dari kegilaan Regan.     

"Kenapa Lo? Ada urusan apa sama gue? Main lempar-lempar aja," desah kesal Max. Lalu, membalas dengan melempar kembali bantal tersebut.     

Tapi, belum sampai di wajah Regan. Tangan panjang Delon sudah menangkapnya. Lalu, membuang begitu saja. "Lanjutkan," perintah Delon dingin dengan tatapan elangnya mengarah pada Max dan Regan.     

"Rute perjalanan bisnis itu akan sampai di Indonesia. Sepertinya Anin mulai merambah bisnis perdagangan Asia. Dan saat itu tiba. Gue sudah mempeunyai rencana. Karena gue nggak bisa berkutik kalau dia ada di negara orang." Regan menatap serius pada Bossnya. Diikuti Max yang ikut penasaran.     

"Apa maksud kalian Anin Samuel?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.