HE ISN'T MYBROTHER

Ini Semua Karena Dua Malaikat kehidupan Mereka



Ini Semua Karena Dua Malaikat kehidupan Mereka

0"Nathan ... Mama hanya bisa mendengarmu, Sayang. Katakan apa yang kamu inginkan. Mama akan mendengarnya."     

Delon mengusap lembut kepala putranya yang tanpa ia sadari bocah laki-laki kecil itu sudah membasahi bola mata hitamnya. Hati orang tua mana yang tak merasa sedih. Hati Delon terasa tercabik-cabik. Hanya setetes air mata Nathan saja membuat hatinya begitu sakit.     

"Tapi, Mama tidak mau bangun, Pa. Nathan sudah tidak lagi jadi anak nakal. Nefa juga sudah tidak pernah menangis lagi," balas Nathan sembari menunjuk ke arah adiknya yang sedang memeluk kaki Rachel.     

Gadis kecil itu sudah terbangun saat dirinya menjawab pertanyaan Nathan. Dan tangis gadis kecil itu membuat Nathan ikut menangis juga lebih keras.     

"Mama akan segera bangun, Sayang. Mama sedang sakit dan tidak mungkin untuk bangun sekarang," tanggap lelaki tampan itu dengan senyum sumringahnya. Ia pun mendudukkan tubuhnya di kursi di samping tempat tidur rawat Rachel.     

Nefa mengangguk sembari mendudukkan tubuh kecilnya di sana. "Nefa suka masak-masakan Mama. Mama boleh ikut kok dan lihat Nefa nggak lagi menangis," sahutnya bernada kecil serak.     

Delon memegang tangan istrinya sembari mengarahkan pada bibir tebalnya. Mencium dengan penuh rasa sayang. Menanti keajaiban itu benar-benar datang.     

"Sayang, maaf aku baru membawa kedua anak kita ke sini. Kau pasti tahu apa ketakutanku. Aku sangat mencintaimu dan berharap kamu bisa kembali lagi di sini, menjaga mere—"     

Delon memutuskan kalimatnya saat merasakan gerakan jemari lurus Rachel. Lelaki tampan itu terperangah. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Tubuh istrinya ikut melonjak seakan ada aliran listrik yang menerjang di tubuh itu.     

Nathan dan Nefa semakin menangis mendapati tubuh mama mereka tidak lagi terdiam seperti tadi. Dengan cepat Delon melepaskan tautan tangannya dan istrinya. Ia menggendong kembali kedua anaknya.     

"Papa, mama kenapa?" tanya Nefa di sela sesengguknya. Delon hanya bisa mencium kening putrinya dengan lembut. Tubuh Delon pun bergetar tak kuasa melihat apa yang terjadi pada tubuh Rachel.     

"DONI!" teriak Delon keras saat tangannya juga beberapa kali menekan tombol darurat pemanggil dokter. Tapi, sampai sekarang tidak ada dokter yang berada di sini.     

Pintu kamar rawat terbuka cepat. Seseorang yang bernama Doni masuk dengan langkah kaki cepat.     

"Panggil dokter! CEPAT!" perintah Delon tanpa bantahan. Belum juga Doni mengangguk suara langkah kaki yang berlari ke arah mereka membuat lelaki berpakaian hitam mundur dan memberi jalan.     

"Maaf, kami terlambat Tuan Delon. Kami sedang mendapatkan operasi darurat," kata seorang wanita paruh baya berbalut jubah putih.     

"Aku tak peduli alasanmu. Cepat periksa istriku!" Suara dingin penuh kekhawatiran itu membuat ketiga orang berpakaian putih di sana cepat bertindak.     

Lalu dari orang dari mereka memohon untuk Delon keluar agar memberi keleluasan dokter memeriksa pasiennya.     

"Tuan Delon, Anda bisa menunggu di luar. Dokter akan segera memberi tahu tentang keadaan Nyonya Rachel," ucap suster penuh pengertian. Ia sungguh tak tega melihat kedua anak kecil di depannya menangis. Tapi bagaimanapyn tangisan itu bisa saja mengganggu konsentrasi pemeriksaan dokter.     

Delon menoleh ke arah kedua anaknya yang masih tak bisa menaham ketakutan mereka. Lelaki tampan itu hanya mengangguk, memutar tubuh berjalan perlahan ke arah pintu keluar tanpa mengatakan apa pun.     

"Sayang tenanglah. Mama tidak apa-apa. Dokter sedang memeriksa mama," kata Delon yang sedang mencoba mengayun-ayun kedua anaknya untuk tidak lagi menangis.     

Dokter masih berkutat dalam memeriksa Rachel di dalam. Sedangkan seluruh anak buah Delon menunduk ketakutan. Mereka tidak berani untuk mengangkat kepala di saat boss mereka sedang bersedih.     

"Nefa sudah, mama tidak apa-apa di dalam. Ibu dokter sedang memeriksa, Sayang," ucap Delon yang sedaritadi tidak bisa menenangkan putri maupun putranya.     

Ini sudah dua puluh menit berlalu. Tapi, pintu itu juga masih saja belum terbuka. Delon rasanya ingin mendobrak dan bertanya dengan lantang. Tapi, melihat keadaan kedua anaknya membuat tubuhnya tak berdaya.     

Mendadak suara seseorang terdengar di telinga Delon yang sedang kalut. Dan membuat tubuhnya membeku di tempat.     

"Tuan Delon, Anda sudah diperbolehkan masuk. Nyonya Rachel sudah bangun dengan keadaan masih lemas. Selamat, Tuan."     

Lelaki itu sudah tidak lagi melihat wajahnya seperti apa. Ia segera berjalan cepat melewati suster yang berada di belakang punggungnya tadi.     

Delon menghentikan langkahnya saat di ambang pintu. Ia menatap lekat pada dua bola coklat yang juga sedang memandangnya dengan sendu.     

Tangan masih penuh dengan selang infus itu terangkat untuk mongkode Delon mendekat.     

"Mama ...."     

"Mama ...."     

Nathan dan Nefa saling memanggil Rachel dengan suara sesenggukan mereka. Tidak biasanya Nathan akan terus menangis selama ini. Bahkan Delon pun tak bisa menanganinya.     

"Silahkan, Tuan Delon. Selamat atas kesadaran Nyonya Rachel." Ulang pengucapan selamat dari mulut dokter tersebut yang membuat Delon hanya bisa membalas dengan anggukan.     

Lelaki tampan itu mencium kedua dalam kedua pipi Nathan dan Nefa. Mengayun langkah ke arah Rachel yang sedang tersenyum ke arahnya.     

"K-ak ..." panggil Rachel dengan terbata.     

Delon menurunkan kedua anaknya di samping tubuh Rachel. Lelaki itu membungkukkan tubuh, menatap lekat istrinya tanpa berkedip.     

"A-pa .. Aku sudah di sini, terima kasih," ucap Rachel kembali saat kedua pasang mata hitam legam penuh ketenangan itu menatapnya lagi.     

Cup     

Delon mencium seluruh inci wajah cantik itu hingga berakhir di bibir pucat istrinya. "Aku sangat merindukanmu, Sayang."     

Delon memeluk tubuh ringkih itu dengan erat. Ia meluapkan rasa kerinduan dan puing-puing pecahan hatinya sudah kembali lagi menyatu kembali.     

"Aauwh...." Suara lirihan itu membuat Delon dengan cepat melepaskan pelukannya. Ia melupakan keadaan tubuh yang belum benar-benar sembuh.     

"Maaf, Sayang aku lupa," kata Delon dengan nada bersalahnya. Delon mengurai pelukannya, memindahkan kedua anaknya untuk mendekat ke arah Rachel.     

"Nathan ... Nefa. Anak kesayangan, Mama." Rachel membelai kepala Nefa, berganti Nathan.     

Sedangkan Delon berada di depan dokter yang ikut mengulas senyum melihat kebahagian keluarga kecil itu.     

"Bagaimana istri saya bisa sadar hanya karena kedatangan kedua anak saya yang baru pertama kali datang?"     

Dokter tersebut semakin mengulas senyum ramahnya. Ia sudah pernah menangani kasus seperti ini. Memang tidak banyak. Namun semua ini karena adanya mukzizat Tuhan.     

"Itu bisa terjadi, Tuan Delon. Orang koma memang tidak bisa merespons dari panca inderanya, dan berbagai balasan atas rasa sakit, seluruh kesadaran membuat respon otak dalam keadaan menurun ..."     

"Namun bisa merespon kehadiran dengan pengalaman spiritual. Sentuhan dan segala kata yang diucap membuat otak Nyonya Rachel kembali berfungsi dan membawa Nyonya kembali pada kita. Selamat Tuan Delon sekali lagi," tambah sang Dokter.     

Delon hanya bisa membalas dengan anggukkan. Lidahnya bergitu Kelu untuk berucap lagi. Kini tatapannya kembali bertemu dengan Rachel.     

"Sayang apa kamu hanya merindukan kedua anakmu itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.