HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Mengalami Kelumpuhan



Rachel Mengalami Kelumpuhan

0Delon melirik ke arah istrinya. Ia melihat Rachel terlihat begitu sedih. Bahkan dirinya bisa merasakan kesedihan yang begitu dalam dengan tatapan kosong ke arah kaca bening.     

Dokter tersebut mengendurkan ekpresi sumringahnya. Ia sekarang memperlihatkan tatapan sendu.     

"Maaf, Tuan Delon. Apa kita bisa bicara berdua?"     

Delon mengangguk lalu mengikuti Dokter tersebut keluar dari ruang rawat Rachel. Sedangkan Monica dan Nino saling pandang dengan penuh arti.     

Monica berdehem untuk menyegarkan suasana mencekam ini. Perempuan itu berjalan ke arah Rachel yang sedang memiringkan wajah. Bahkan ia melihat sahabatnya itu sedang menitihkan air mata.     

"Chel, Lo hebat. Gue mau peluk Lo dong," ucap Monica yang sekarang sedang menyeka kedua pipinya basahnya.     

Rachel menerbitnya senyum simpulnya. Suara serak itu membuat kedua tangan itu terbuka lebar menyambut pelukan sahabatnya.     

"Gue kangen Lo, Mon. Gue takut di sana. Gue takut gue nggak bisa ketemu kalian semua," ucap perempuan cantik itu dengan napas sesak. Hatinya berdenyut saat mengingat apa yang dikatakan dokter tadi.     

Monica mengusap-usap lembut punggung Rachel untuk menguatkan. Apa pun yang ia lihat pasti dampaknya tidaklah baik. Namun Monica percaya jika Rachel akan lebih kuat melebihi wanita pada umumnya.     

"Gue tahu Lo akan balik. Nggak mungkin Lo akan ninggalin kita-kita yang setiap hari selalu jagain Lo," tanggapnya yang membuat Rachel mengangguk dalam Isak tangis yang tak bisa ia tahan lagi.     

Nino yang sedang sedang menggendong anak raja iblis itu hanya bisa termenung di tempat dengan tatapan sendu yang ditunjukkan Nathan dan Nefa.     

"Om, Mama menangis lagi. Apa mama masih sakit?" tanya Nefa dengan nada sendu. Lelaki itu bingung harus mengatakan apa. Karena dirinya juga tidak tahu keadaan Rachel seperti apa.     

"Kita berdoa kepada Tuhan untuk menghilangkan rasa sakit Mama. Okay?" balas Nino dibalas bentuk 'ok' dari jemari Nathan dan Nefa.     

Di sisi lain. Delon sedang berupaya menguatkan hati untuk mendengar kelanjutan dari perkataan Dokter di depannya.     

"Ibu Rachel mengalami kelumpuhan, Tuan Delon. Meski ia bisa sadar tapi sebagaian anggota tubuhnya tidak bisa digunakan dengan sempurna." Ulangnya sekali lagi dengan hati-hati. Karena ia tahu hati seorang suami yang begitu mencintai istri seperti Delon begitu rapuh.     

Delon menurunkan pandangan. Ia masih tidak melihat letak kelumpuhan itu di mana. Karena seluruh hal yang ditunjukkan Rachel.semua dalam keadaan baik-baik saja.     

"Kedua kaki nyonya Rachel mengalami kelumpuhan parsial, Tuan. Nyonya Rachel masih merasakan kekuatan otot-otot di bagian kedua kaki meski sangat lemah. Kami sangat menyesali hal ini." Lanjutnya semakin membuat genggaman tangan Delon menguat. Ia tidak menyangka keadaan istrinya akan seperti ini.     

Delon hanya takut Rachel tidak bisa menerima kenyataan.     

"Apa yang bisa dilakukan untuk memulihkan kedua kaki istri saya? Saya akan membayar berapapun jika hasil itu akan membuat istri saya bisa berjalan," tanya lelaki tampan itu yang berharap celah itu bisa ia dapatkan.     

Dokter itu mengangguk. Dan begitu pula dengan hati lelaki itu menjadi lebih tenang. Setidaknya ada usaha untuk dirinya membuat keadaan menjadi membaik.     

"Apa ... katakan? Saya akan membayar berapapun." Ulang Delon dengan nada gusar. Ia sungguh tidak sabar untuk mendengar berita baik itu.     

"Kami akan mengusahakan untuk melakukan perawatan dengan sangat baik hati untuk nyonya Rachel. Nyonya Rachel bisa melakukan Fiseoterapi, Terapi Okupasi, Obat-obatan, Terapi Fisik, dan yang terakhir Alat Bantu Mobilitas. Kamu akan menyarankan semua perawatan itu kepada nyonya Rachel ..."     

"Namun hasilnya akan sangat lama, Tuan Delon. Karena kami mendapati gerakan otot itu dari jemari kaki nyonya Rachel hampir tak terbaca. Kami menyarankan agar Tuan Delon selalu ada di saat nyonya melakukan terapi penyembuhan," sambungnya dengan panjang lebar.     

Delon mengangguk. Ia tidak masalah dengan segala perawatan yang akan dilakukan Rachel. Meski waktu yang dibutuhkan akan sangat lama ia pun tak peduli. Selama Rachel masih berada di sampingnya, ia sudah sangat bersyukur.     

"Tidak masalah. Saya akan selalu mendampinginya," jawab Delon penuh dengan keyakinan penuh.     

Dokter tersebut pun itu mengangguk sembari mengulas senyum ramahnya.     

Di dalam ruang rawat Rachel. Sang pasien sedang terdiam dengan kepala memirinh saat menceritakan beberapa berita dan pelakaran di kampus. Sekaligus pelajaran terakhir yang dilakukan Delon sebagai masa cuti lelaki itu.     

"Jadi apa Lo tahu, apa yang terjadi pas suami Lo ngumumin akan cuti meski baru ngajar beberapa hari?" tanya Monica yang dibalas gelengan kepala Rachel dengan mulut sibuk mengunyah buah apel yang dibelahkan Monica.     

Monica mencodongkan tubuh untuk semakin memperlihatkan wajahnya seriusnya.     

"Seluruh mahasiswa tingkat satu bikin poster untuk pak Delon balik ngajar lagi. Gila nggak tuh? Posternya nggak main-main, Chel. Besar bangettt!"     

Monica merentangkan tangannya begitu lebar untuk memberi gambaran bahasa poster itu memang begitu besar.     

"Wajar aja. Mereka 'kan nggak tahu yang mereka pasang laki siapa. Terus ada apa lagi?" sahut Rachel ringan. Perepuan itu mencoba melupakan akan kesedihannya. Ia tidak mau kedua anaknya ikut bersedih.     

"Lo nggak marah?" tambah Monica kembali seakan tengah bertanya pada sosok Rachel yang dulu. Rachel yang tak pernah mengizinkan seorang pun memuja milik perempuan itu.     

"Marah. Tapi, mau gimana lagi. Udah terlanjur kan?"     

"Ohya, satu lagi. Kak Aster nanyain Lo. Dia bingung mau ngubungi Lo tapi ponsel Lo mati. Tenang gue nggak bilang ke dia tentang kondisi Lo," kata Monica yang kembali diangguki Rachel dengan senyum cerah di sana.     

Tidak lama suara ketukan sepatu mengayun ke arah mereka. Dan lagi-lagi Monica harus menikmati momen romantis dari pasangan di depannya. Meski dirinya sudah memiliki suami. Namun melihat kemesraan Delon pada Rachel sungguh mbuat hati seluruh perempuan pasti akan memberontak.     

"Sayang, sedang apa?"     

Rachel memukul dada bidang suaminya sembari menutup bibirnya. Tatapan intens itu tidak mengarah pada perempuan di depannya yang terlihat meleleh karena kelakuhan Delon padanya.     

Tapan Rachel pada kedua anaknya yang sepertinya tidak melihat Delon mencium bibirnya.     

"Kenapa, Sayang? Apa cinta kita terhalang restu lagi?" tanya Delon dengan nada terkekeh melihat ekpresi lucu istrinya.     

Rachel mendengus mendengar perkataan suaminya. "Jangan begitu, Kak. Nanti kalau anak-anak sampai tahu tidak bagus. Kamu ih," gerutu perempuan cantik itu yang semakin tak bisa membuat Delon menahan tawa.     

"Haduuhh! Bener-bener deh bikin hati cenat-cenut. Gue mau Dateng ke suami gue aja. Bisa cium-cium juga," kata Monica yang bergerak meninggalkan kedua pasangan itu saling memandang dengan melempar senyum.     

Rachel menepuk sisi ranjang. "Duduk sini, Kak."     

Delon mengikuti apa yang dikatakan istrinya. Kini tubuh itu telah berada dalam posisi memiring dengan wajah menghadap Rachel.     

"Kenapa, Sayang. Kamu ingin aku gigit? Tapi apa kita sudah boleh bercium—"     

Rachel menutup bibir lelaki di depannya dengan wajah memerah semu. Meski dirinya sudah memiliki dua anak. Rasa malu itu masih terus ada saat Delon selalu saja melakukan apa pun tanpa berpikir.     

"Bukan itu ... apa dokter sudah mengatakan? Apa aku akan benar lumpuh, Kak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.