HE ISN'T MYBROTHER

Menjadi Kaki Pengganti



Menjadi Kaki Pengganti

0Kedua bola mata Nino membulat seketika saat melihat apa yang berada di pantulan matanya. Lelaki itu meneguk ludah kasar saat pandangan tajam menatap dirinya seperti seorang penguntit.     

"So-sorry, Bro! Kita mah sama-sama punya. Tidak masalah juga saling lihat, aku kira kau hanya sedang kesusahan menarik celana. Eh, ternyata ...."     

Nino memutus kalimatnya saat hujan buatan menyirami tubuhnya.     

"PERGI!" teriak Nathan seraya menutup bagian tubuhnya yang terbuka.     

Hahahaha!     

Nino tertawa terbahak saat melihat ekspresi lucu Tuan Mudanya yang sudah menunjukkan kemerahan di wajah putihnya.     

"Tuan Muda, jangan lupa disiram yaa! Jangan cuma duduk doaang!" tambah Lelaki itu.     

Pintu tertutup kembali. Bocah laki-laki itu langsung memandang ke arah bawah tubuhnya dengan meringis. Ia merasa sakit karena terjanggal celana sebagai penjanggal bagian lubang closet.     

"Aagghh... sialan! Dasar Om gilaa!" umpat Nathan yang berusaha untuk turun, namun kaki pendek itu belum juga bisa berhasil sampai di lantai kamar mandi.     

Nathan terus saja mengerang dengan tumpuan kedua tangan pada sisi closet tersebut. Ia masih berusaha untuk terlepas dari lubang itu atau justru tubuhnya yang akan tersentuh air menjijikkan baginya.     

Dan tidak membutuhkan waktu lama, Nathan berhasil mendirikan tubuh kecilnya di atas lantai dingin itu. Meski napasnya terengah.     

"Harusnya aku membawa alat bantu yang sering mama gunakan untukku dan Nefa. Toilet rumah sakit ini memang payah!" gerutu Nathan dengan perlahan memunguti kembali celana yang tersebar di lantai kering tersebut.     

Dengan cekatan seluruh kain itu telah terpasang dengan rapi di tubuh Nathan. Senyum terulas dengan begitu lembut. Kini tangan kecil itu mendorong pintu di depan tubuhnya.     

"Om Nino, ayo!" ucap Nathan yang sudah berjalan ke arah pintu keluar.     

Namun bocah lelaki itu tiba-tiba menghentikan langkah sembari memutar kepala ke arah lelaki dewasa yang sedang memfokuskan pandang ke arah benda pipih yang berada digenggaman tangannya.     

"Om, katanya mau kembali ke kamar mama? Kenapa nggak cepetan?"     

Nino hanya membalas dengan melambai tangan ke arah Nathan. Pandangannya masih belum bisa teralihkan pada seseorang yang telah mengirimi dirinya posisi wanita bertopeng yang telah membuat kaki Rachel lumpuh.     

"Bentar, Tuan Muda. Aku sedang memeriksa sesuatu," balas Nino dengan nada masih enggan melepas pandang.     

Nathan sudah memasukkan kedua tangan kecilnya di dalam kedua saku. Sudut bibir itu terangkat jelas menatap wajah Nino.     

Nino benar-benar terbantu dengan adanya kiriman alamat keberadaan wanita bertopeng itu. Ia dengan cepat telah memerintahkan anak buahnya untuk mengurung wilyah tersebut.     

"Tuan Muda, sudah siap?" tanyanya saat benda pipih itu telah masuk ke dalam saku celananya. Kini pandangannya beralih pada bocah tampan di ambang pintu sedang mencebikkan bibir.     

"Eh, kenapa? Kelamaan ya?" Lelaki itu langsung menggendong Nathan. Dan berjalan kembali ke arah ruang rawat Rachel.     

Nathan hanya membalas dengan mengalungkan tangan di lengan kekarnya. Ia sudah kembali dalam mode anak berumur lima tahun yang menggemaskan. Ia tidak mau siapa pun mengetahui kemampuan dirinya.     

"Iya, Nathan lapar karena menunggu Om Nino lama," sahutnya merajuk.     

Sedangkan Nino hanya bisa menggaruk kepala dengan mengulas senyum bersalahnya. "Tadi ada urusan pekerjaan, Nathan. Maaf deh!"     

Nathan mengerucutkan bibir. "Nathan akan bilang ke papa biar gaji Om dipotong semua. Udah ngintip Nathan pup. Ditambah lagi bikin Nathan lapar," sahutnya dengan nada mengancam.     

Lelaki itu membulatkan mata sempurna saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Nathan. Bisa bahaya jika Nathan mengadu pada Delon. Bisa-bisa kejadian satu bulan lalu benar-benar akan membunuh dirinya di tempat.     

"Tuan Muda tampan, jangan begitu dong. Ini bukan masalah gaji. Tapi nyawa dan kelangsungan generasiku nanti akan punah jika papamu yang menjelma menjadi raja iblis itu murka. Maka, harapanku akan pupus menikmati surga dunia."     

Nino masih saja berharap untuk meminta pengampunan oleh Nathan. Ia sudah bisa merasakan bagaiman mulut manis itu menyengsarakan hidupnya. Apalagi Nefa yang berkedok menjadi fans sejati dari wajah tampan Nino.     

"Tidak mau! Om Nino tidak proporsional!" balas Nathan dengan lidah kecil yang sulit untuk berucap jelas.     

Nino menghela napas panjang sembari menggeleng kepala. Ia merasa bingung, kenapa lidah kecil itu selalu saja dipercaya oleh Delon. Padahal berkata beberapa kalimat saja tidak sesuai PUEBI.     

"Profesional, Tuan Muda. Mungkin Tuan Muda sedang sangat lapar. Mari makan dan tutup mulut. Okay?"     

Sedangkan di sisi lain ruang rawat Rachel yang tergolong memang mewah telah penuhbdengn kerabat terdekat yang tak kuasa menahan bahagia saat mendengar berita perempuan itu telah tersadar.     

Bahkan meja kaca yang berada tepat di depan sofa panjang di sana juga telah penuh dengan hantaran buah yang mereka bawa untuk Rachel.     

"Kamu sangat sehat, Chel. Apa ada yang sakit?" tanya Sesil saat mengangkat satu persatu tangan perempuan cantik itu dengan hati-hati.     

Rachel menggeleng dengan senyum canggungnya. Ia merasa orang-orang di sini terlalu berlebihan dengan keadaan tubuh Rachel.     

"Jangan begitu, Mbak. Putriku sedang dalam penyembuhan. Nanti kalau tangannya tiba-tiba putus gimana?" sahut Jeno dengan terkekeh. Kedua bahu tua itu bergetar saat mendapati tatapan kesal dari kakak iparnya menatap dirinya.     

"Kamu pikir Rachel manekin?" balas Sesil sembari mengusap lembut pipi putih perempuan muda itu.     

Rachel hanya bisa terdiam. Dengan sesekali membalas dengan senyum yang baru ia toreh kembali. Ia tidak tahu harus mengatakan bagaimana, jika kedua kakinya tak bisa lagi bergerak. Bahkan dirinya tak bisa merasakan apa pun di bawah sana.     

Delon menurunkan pandangan pada istrinya yang tiba-tiba menunduk dengan pandangan sendu. Tangan besar itu mengusap lembut kepala belakang Rachel.     

"Mereka semua sudah tahu, Sayang. Kamu tidak perlu cemas," bisik Delon lirih yang langsung dibalas dengan tolehan kepala Rachel ke arah wajah lelaki tampan itu yang kini sedang menunduk ke arahnya.     

Delon tahu arti tatapan penuh arti dari Rachel. "Aku yang memberitahu. Aku tidak mau siapa pun tahu dari orang lain. Mereka keluarga kita, mereka juga pantas mendengar berita penting ini dari mulut kita," sambung lelaki tampan itu yakin.     

Rachel masih tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Ia memang masih menyesali apa yang telah terjadi padanya. Bohong jika dirinya telah menerima segala yang terjadi. Namun selama Rachel bersama dengan Delon, ia yakin dirinya akan bisa melewati masa sulit itu.     

Delon mengulas senyum tampan saat mendapati jemari Rachel menggegam tangannya erat. Seakan menyalurkan segala kecemasan yang sekarang perempuan itu rasakan.     

"Suami tampanmu ini akan menjadi kaki bagi istri tercintanya. Kita sudah banyak melihat film romantis begitu banyak juga ..."     

"Jadi aku akan lebih ahli dari mereka saat memberi perlakuan romantis untuk Nyonyaku." Lanjut Delon semakin ingin menambah keyakinan hati istrinya jika perempuan itu tak akan sendiri menghadapi seluruh kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.