HE ISN'T MYBROTHER

Hentikan Anita!



Hentikan Anita!

0Kondiai medan sungguh menyulitkan untuk mobil mewah semacam milik Delon. Berbagai ranting sang pohon kecil sedikit menyulitkan lelaki itu untuk bisa segera berada di mana anak buahnya yang sudah menunggu.     

Setelah perjalanan memakan waktu satu jam dengan kecepatan penuh, akhirnya Delon bisa menghentikan mobil dengan selamat. Meski ada beberapa goresan di badan mobil mewah tersebut.     

"Tuan Delon," sapa salah anak buah Delon dengan hormat.     

Sedangkan Delon hanya membalas dengan anggukkan. Kakinya mulai terayun melewati berbagai akar liar yang muncul tiba-tiba di berbagai jalan yang lelaki itu lewati.     

"Bagaimana?" tanya Delon yang ingin mengetahui bagaimana kelanjutan dari pengejaran wanita bertopeng itu. Ia memang sudah memegang identitas sementara. Tapi, ia masih harus memastikan kembali.     

"Beberapa dari kami terjebak di dasar jurang, Tuan Delon. Kami telah tertipu dengan tipuan yang dibuat wanita itu. Namun masih ada yang mengejar wanita itu yang dipimpin oleh tuan Max," jelasnya sembari menunjukkan jalan di mana Regan dan beberapa anak buah Delon masih berusaha menyelamatkan dengan alat manual karena melihat kondisi hutan yang tidak memungkinkan memakai helikopter.     

Delon berlari seiring dengan langkah buahnya memimpin. Ia sungguh salut kepada anak buahnya yang berhasil memasuki hutan serimbun Ini.     

Tidak berapa lama, suara dari anak buah Delon membuat lelaki itu sedikit menodongak untuk melihat ke arah depannya.     

"Tuan Delon, di sana!"     

Delon mengarahkan pandangan pada sosok punggung yang begitu ia kenali sedang menarik tangan dari beberapa anak buahnya hingga sampai di atas kembali.     

Lelaki tampan itu pun semakin memacu langkah dengan cepat untuk membantu tubuh Regan yang sepertinya sudah sangat kelelahan.     

Hap!     

Delon menangkap tangan anak buahnya, bersamaan dengan tangan Regan yang akhirnya bisa sedikit bernapas lega karena bantuan dari tarikan Bossnya.     

"Apa ada yang terluka?" tanya Delon yang membuat lelaki berkaca mata itu menoleh. "Ke mana wanita itu berlari?" tambahnya.     

Regan mengedarkan anak buah yang berada di bawahnya. Ia ingin memastikan apakah seluruh dari mereka benar sudah selamat atau masih ada yang tertinggal.     

"Sepertinya tidak ada, Boss ..."     

"Heey, kalian! Apa ada yang masih tertinggal? Hitung jumlah anggota. Jangan sampai ada yang tertinggal atau kalian yang kugantung hidup-hidup di sini," tambah Regan dan membuat para anak buahnya dengan sigap menghitung jumlah orang yang sudah berada di atas.     

Satu     

Dua     

Lima ... sepuluh.     

"Lapor, Pak Regan. Seluruh anggota sudah sesuai dan tidak ada yang tertinggal," jelas salah satu dari mereka yang kini berhadapan dengan Regan dan Delon.     

Regan mengangguk, lalu mengkode untuk segera kembali ke dalam barisan. "Lain kali jangan ceroboh! Jangan sampai tertipu dengan trik kuno seperti ini. Kalian paham?"     

"Paham, Pak!" jawab mereka dengan kompak.     

Regan dan Delon berjalan lebih dulu daripada mereka. Lelaki berkaca mata itu kembali menceritakan apa saja yang ia hadapi dan di mana wanita yang mereka sudah kantongi identitasnya berlari.     

"Kita harus terhubung lebih dulu dengan Nino. Wanita itu benar-benar licik. Bahkan rela mengorbankan anak buahnya hanya untuk menyelamatkan hidupnya saja," ujar Regan sembari menyentuh alat kecil yang berada di telinga. Suara berisik sinyal masih saja memenuhi gendang telinganya.     

"Ada dendam apa wanita sama Lo?" tanya Regan seraya meletakkan satu tangan lainnya di atas pinggang.     

Delon mengendikkan bahu. Karena nyatanya dirinya memang tidak tahu, dendam apa yang sedang wanita itu balaskan padanya.     

Apa hanya karena masalah masa lalu dulu? Sepertinya sangat tidak masuk akal sampai wanita itu membalas dendam setelah bertahun-tahun lamanya mereka tidak lagi bertemu.     

"Aku nggak tahu. Aku hanya ingin membuat wanita itu mengemis maaf di bawah kaki Rachel. Dan membuat kakinya juga lumpuh. Rasa sakit harus dibalas dengan lebih menyakitkan!" jawab lelaki tampan itu dengan tatapan berkilatnya.     

"Lo emang harus beg—"     

Belum juga Regan menanggapi apa yang dikatakan Bossnya. Alat komunikasi di antara dirinya dan Nino kini mulai tersambung. Suara adiknya juga mulai terdengar jelas di telinga.     

"To-tolong gue!" ucap terbata dari alat komunikasi itu.     

Regan mulai melebarkan mata mendengar suara rintahan seperti menahan sakit. Lelaki itu mulai bergerak untuk pindah dari posisi awal agar bisa mendengar suara Nino.     

"Ada apa? Katakan Lo di mana?" tanya lelaki berkaca mata itu yang sudah gusar. Ia tidak bisa mendengar adiknya menahan kesakitan. Meski mereka tak pernah sejalur dalam beberapa hal. Namun Regan begitu menyayangi adik satu-satunya itu.     

"Ba-barat. To-tolong g-ue ...." Suara Nino menghilang. Sekarang hanya terdengar suara berisik semut yang berkerumun semakin jelas.     

"Ninoo! Ninoo, Lo jangan hilang dulu!" teriak Regan yang mencoba untuk tersambung dengan adiknya lagi. Tapi, teriakkan itu sudah tidak lagi berguna.     

"Ada apa?" tanya Delon menelisik. Dari ekspresi yang ditunjukkan asisten pribadinya ia yakin ini semua tidak berakhir baik.     

"Nino sepertinya terkena serangan dari wanita itu. Kita harus bergerak ke arah barat!" jawab Regan yang langsung bergerak ke arah di mana Nino menunjukkan dan diikuti Delon serta seluruh anak buah.     

Delon meremas kedua buku tangan, rahang tegas itu mengeras kuat menahan dendam yang semakin memuncak untuk bisa membunuh wanita itu. Ia tidak akan memaafkan jika terjadi apa pun terhadap Nino.     

Mereka semua terus berlari di belakang tubuh Delon dan Regan yang seperti tidak mempunyai lelah di sela kecepatan lari kaki mereka berdua. Rintangan di depan mereka tak menjadi halangan bagi mereka semua untuk sampai di mana Nino merintih kesakitan.     

Perjalanan mereka menempuh waktu dua jam lebih dengan kecepatan lari di atas rata-rata. Delon menjulurkan tangan kanannya ke belakang saat ia mengerti seseorang sedang mengintai tubuh Regan dari balik semak.     

DOR ...!     

"AAAGH!" teriak seseorang itu. Dan seketika rombongan Delon terhenti di tempat. Bekas asap dari peluru panas itu terlihat begitu nyata.     

Regan mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia tidak menyangka mata Delon begitu jeli melihat musuh meski di dalam semak belukar seperti di dalam hutan ini.     

"Delon!" teriak seseorang yang membuat pemilik nama itu memutar kepala.     

Delon dan Regan yang sedang mengatur napas, kedua mata mereka berdua semakin dibuat terbelalak melihat Max yang sedang bertarung senjata pada seorang wanita bertopeng.     

"Astagaa! Bisa-bisanya manggil orang di situasi berbahaya kayak gitu," gumam Regan sembari menepuk keningnya.     

Sedangkan Delon tak peduli dengan apa yang digunakan Regan. Lelaki itu memilih segera berlari ke arah Max dan anak buahnya yang sedang beradu pukul dan beberapa tembakan terdengar jelas di telinga mereka. Terutama di telinga Delon.     

DOR!     

Delon mengarahkan tembakan pada kaki wanita itu hingga tersungkur di tanah. Padahal jarak di antara mereka begitu jauh namun tembakkan Delon begitu tepat. Inilah yang disukai Regan dan seluruh anak buah Delon.     

"Hentikan Anita!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.