HE ISN'T MYBROTHER

Antoni Datang dan Menyesal



Antoni Datang dan Menyesal

0Delon menoleh untuk mengetahui siapa yang memanggilnya di hari libur seperti ini. Ia sedikit terkejut mendapati wanita yang baru kemarin mereka melakukan menjalin kerja sama.     

"Nona Karen? Kenapa Anda di sini?" tanyanya lagi sembari menyebar pandangan ke arah gedung perusahaan.     

Tidak mungkin wanita di depannya sedang melakukan kerjasama di kantornya bukan?     

Wanita itu tertawa ringan tanpa memperhatikan Rachel yang menatap dirinya dengan lekat.     

"Saya sedang bertemu dengan teman di sekitaran caffe di sini, Tuan Delon. Lalu Tuan sedang apa di sini?" tanya kembali wanita cantik itu.     

Delon mengangguk sembari melatakkan lembut tangannya di atas pucuk kepala Rachel. "Mengambil berkas dokumen yang tertinggal," jawabnya dengan nada dingin.     

Karen mengangguk, lalu pandangannya teralih pada tangan Delon yang berada di kepala seorang perempuan di sampingnya.     

"Siapakah yang berada di samping, Tuan Delon?" tanyanya kembali. Ia ingin tahu siapa perempuan cantik itu yang sepertinya tak bisa berjalan. Tapi, dilihat dari wajahnya seperti keponakan dari lelaki tampan tersebut.     

Delon mengalihkan pandangan ke arah Rachel, lalu menerbitkan sent saat melihat pandangan perempuan cantik itu juga menatap dirinya.     

"Perkenalkan, dia Istriku Rachel Mauren," ucap Delon membuat jantung wanita itu berhenti berdetak seketika. Dadanya begitu sesak saat pemikirannya jauh berbeda dengan kenyataan yang ia dengar di luaran sana.     

Rachel mengangguk ditambah dengan senyum simpulnya saat menyapa Karena. Ia tahu jika wanita di depannya telah menaruh perasaan pada suaminya.     

"Hallo, Nyonya Rachel. Saya sungguh terkejut, karena wajah Anda terlalu muda untuk menjadi seorang Istri. Maafkan saya... perkenalkan saya Karen," balasnya sembari memberi jabatan tangan.     

Perempuan cantik itu menerima dengan tulus meski ia tahu keterkejutan itu bukanlah alasan yang dia ucapkan.     

"Hai, Nona Karen terima kasih telah mempercayai perusahaan Suamiku untuk bekerja sama," jawab Rachel.     

Rachel dan Karen saling berbalas senyum meski mereka sama-sama memendam perasaan kesal.     

Delon beralih untuk mendorong kursi rodanya mengingat hari sudah semakin panas di luar. "Saya dan Istri saya harus segera masuk ke dalam. Kami permisi, Nona Karen."     

Karen mengangguk tanpa membalas ucapan Delon, ia masih memandang punggung kekar itu yang sesekali membungkuk ke depan sepertinya sedang berbicara pada perempuan lumpah itu.     

"Kenapa lelaki setampan tuan Delon memiliki Istri seperti itu. Sangat memalukan untuk dibawa-bawa," gumam Karen sembari menggeleng samar mendapati perasaanya telah tertolak dengan telak.     

Sedangkan Delon tak henti-hentinya bercerita apa pun demi membuat Istrinya tidak bosan karena menemani dirinya datang ke perusahaan.     

"Apa kamu tahu, Sayang. Sekarang nilai Nefa sudah semakin meningkat, sepertinya dia juga akan menyusul Nathan naik kelas. Itu semua karenamu ..."     

"Gadis kecil itu sangat susah saat disuruh belajar, tapi saat kamu marah-marah Nafa langsung mau belajar. Tapi, dia sangat genit dengan lelaki tampan, pasti itu semua karena menurunimu," sambung Delon panjang lebar.     

Rachel menepuk lengan tangan Delon. Ia tidak terima dibilang genit, meski kenyataannya begitu.     

"Aku 'kan pilih, Kak. Semua lelaki yang genit padaku, bukan aku ..." balas Rachel dengan sedikit tertawa ringan.     

"Tapi, apa kamu tadi tidak tertarik dengan wanita tadi?" Lanjutnya membuat Delon mengernyitkan kening.     

TING     

Bunyi Lift begitu nyaring terdengar. Delon pun kembali mendorong kursi roda Rachel untuk menyusuri lorong kantor lantainya yang begitu sepi.     

"Aku tidak pernah tertarik dengan wanita itu, Sayang. Bukan hanya dia, aku bahkan tidak pernah tertarik kepada sumua wanita, kecuali kamu," jawab lelaki tampan itu membuat kedua pipi putih Rachel bersemu merah merona.     

"Dasar gombal. Jangan sampai aku mempergokimu jalan dengan wanita lain, akan kulempar dengan kursi rodaku," ancam perempuan cantik itu justru membuat gelak tawa Delon terpecah.     

Baru saja tawa itu terjadi, tiba-tiba lelaki tampan itu menghentikan tawanya saat mendengar suara Regan yang sedang meninggi kepada seseorang yang berada di dalam ruangannya.     

"Kak, di dalam ada siapa? Kenapa Kak Regan marah-marah?" tanya Rachel cemas, ia menggegam tangan suaminya yang sedang berada di atas bahu kecil Rachel.     

"Aku juga tidak tahu, Sayang."     

Delon sedikit mendorong lebih kencang daripada tadi. Ia juga penasaran siapa yang berada di sana. Karena tidak biasanya Regan semarah ini dengan seseorang.     

"Ada apa?" tanya Delon saat kedua pintu kokoh itu berhasil ia buka.     

Regan dan seorang lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah pusat suara. Dan sekarang ia tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat mereka berpisah dan tidak saling bertemu.     

"Kenapa kau di sini?" tambah Delon saat pertanyaan awal sudah ia ketahui penyebabnya tanpa Regan membuka mulut.     

Lelaki itu bangkit dari duduk sembari membenarkan letak kemeja yang sedikit berantakkan. Dia berjalan ke arah Delon dan Rachel yang ketakutan mengingat kembali ulasan menyeramkan lelaki itu yang semakin mengikis jarak di antara mereka.     

"Lon, gue di sini nggak bermaksud jahat. Seharusnya gue udah dateng satu tahun yang lalu. Tapi, perusahaan gue diserang oleh seseorang. Dan gue ke sini cuma mau minta maaf," tuturnya dengan suara sendu.     

Rachel dan Delon terperangah mendengar kalimat itu. Apa yang mereka lihat dan didengar seperti sebuah mimpi jika mengingat betapa bencinya lelaki di depan Rachel pada Delon.     

"Antoni, lo kalau punya rencana licik lainnya, sebaiknya lo jangan pernah bermimpi itu akan berhasil. Minta maaf lo cuma omong kosong!" sahut Regan yang justru lebih marah daripada Delon sebagai korban yang selalu disakiti Antoni.     

Antoni menghela napas panjang. Padahal dirinya sudah berkali-kali menjelaskan pada lelaki berkaca mata tersebut, jika dirinya telah berubah. Dirinya sudah menyadari segala dosa dan kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka.     

Delon mengulurkan tangan lurus ke depan untuk memerintahkan Regan berhenti berbicara.     

"Apa kau sudah melihat Anitha hidup?"     

Pertanyaan Delon diangguki Antoni lemah. Mendadak tubuh kekar itu jatuh di atas lantai. Kedua lututnya melemas saat mengingat Anitha yang begitu jahat terhadap cinta tulusnya.     

"Aku bahkan melihat dia sudah bersama dengan lelaki lain," tambah Antoni dengan kepala tertunduk di depan kursi roda Rachel.     

Delon mengangkat satu alisnyasaat mendengar lelaki lain. Setahu lelaki itu, Anitha masih dirawat di sebuah rumah sakit jiwa karena depresi yang dialaminya. Lalu kenapa bisa wanita itu bersama dengan lelaki lain?     

"Aku sudah mencoba untuk balas dendam. Tapi, hatiku tidak bisa ... ternyata cintakulah yang melindungi wanita itu. Aku harus apa?"     

Tubuh kekar itu bergetar. Rachel begitu tak tega melihat keputus asaan Antoni. Ia tahu bagaimana rasanya cinta tak terbalas dan justru melihat orang lainlah yang bersanding.     

"Tuan Antoni ..." panggil Rachel sembari menyentuh bahu kekar itu. Perlahan kepala Antoni terangkat seiring mendengar suara lembut itu memanggilnya.     

"Apa kau yakin itu Anita? Apa kau sudah tahu Anita memiliki saudara kembar?"     

Kedua bola mata Antoni terbuka lebar mendengar perkataan perempuan cantik didepannya.     

"Saudara kembar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.