HE ISN'T MYBROTHER

Marina Semakin Menunjukkan Taring



Marina Semakin Menunjukkan Taring

0Delon mengarahkan pandangan pada arah tunjuk yang ditunjukkan padanya. Ia semakin geram saja saat melihat dua orang itu berada di sana, di saat hatinya sedang bahagia.     

"Jangan pernah dekat dengan mereka. Kalian berdua masuk ke dalam mobil, jangan keluar sebelum Papa perintahkan. Kalian mengerti?" tanya tegas Delon pada kedua anaknya yang serentak mengangguk.     

Delon menggendong dua anaknya untuk masuk ke dalam mobil bersama dengan Rachel yang mungkin sudah melihat siapa yang sedang menunggu mereka di rumah mereka sendiri.     

Pintu belakang mobil terbuka membuat Rachel memutar tubuh. Hendak bertanya, tapi tiba-tiba urungkan melihat wajah murung Suaminya.     

"Kak, jangan terlalu kasar. Ingat mereka siapa," ucap Rachel yang awal hanya mendapat tatapan dalam, kemudian lelaki tampan itu mengangguk.     

"Kalian berdua di sini dengan mama. Tidak boleh keluar." Ulang Delon yang kembali diangguki Nathan dan Nefa.     

Rachel mengedipkan kedua kelopak mata yang dihiasi dengan bulu mata lentiknya ke arah Delon untuk mengkode jika lelaki itu sudah bisa meninggalkan mereka di dalam mobil.     

"Baiklah, Papa tidak akan lama."     

"Sayang, aku akan menyelesaikan dengan cepat." Lanjut Delon. Pintu mobil itu pun tertutup, langkah kaki berayun ke arah di mana dua orang sedang menatap lelaki tampan itu dengan penuh arti.     

Delon menatap tajam ke arah mereka yang perlahan sekarang semakin mengikis jarak. Kaki itu telah berpijak di depan Ayah kandungnya dan seorang wanita yang seluruh orang katakakan sebagai ibu sambung Delon.     

"Kenapa kalian ke sini? Bahkan aku tidak mengundang kalian." Delon berucap tanpa kehangatan sama sekali. Ia tidak suka kedua anaknya disentuh oleh tangan Marina.     

Dinu mengulurkan tangan untuk menyentuh bahu kekar Delon, tapi itu tidak berhasil karena lelaki itu sudah bergerak berlawanan dengan gerakkan tangan putranya.     

"Katakan ada apa? Kenapa kalian menjemput kedua anakku dari sekolahnya ... apa kalian ingin mencelakai mereka lagi?" imbuh Delon membuat Marina menundukkan kepala.     

Suara dingin dan tatapan mengintimidasi itu membuat Marina takut. Bahkan kedua lutut ha sudah melemas.     

"Papa tahu kau masih marah pada Mamam—"     

"Dia!" Delon menyahut dengan cepat, menunjuk tegas ke arah wanita paruh baya di samping Dinu. "Bukan Mamaku! Mamaku sudah berada di surga! Dia tidak pantas menyandang panggilan itu."     

Kalimat terakhir Delon membuat hati Dinu terasa dihujani beribu jarum yang siap menusuk di berbagai arah. Ia tahu jika kesalahan Marina begitu fatal dan melukai hati Delon, tapi setidaknya Istrinya sekarang sudah menyadari akan kesalahannya.     

"Delon tenanglah, jika kamu tidak mengakui Mama tirimu tidak apa-apa. Anggaplah Papa saya. Kamu mengerti bukan maksud Papa ke sini?"     

Delon terkekeh getir mendengarkan kalimat diucapkan Dinu. Pertanyaan yang dilontarkan lelaki paruh baya itu seakan merobek kembali luka yang hampir menutup, jika mereka berdua tidak ke sini.     

"Tenang kau bilang? Kedua anakku hampir menjumpai kematian dan aku harus bersabar dengan wanitamu?" Delon menjawab dengan nada meninggi. Ia tidak bisa menempati janjinya pada Rachel untuk tidak marah dan benci pada dua orang di depannya.     

Delon menggertak deretan gigi rapinya untuk tidak meyakini jika Marina berada di sana.     

"Aku sudah memiliki hubungan apa pun dengan kalian. Aku juga telah menandatangani apa yang telah Istri dan Anakmu minta. Lalu, apa lagi? Silahkan pergi dari sini ... pintuku tak pernah menerima kalian masuk," tambah Delon kembali.     

Perdebatan yang mereka lakukan disaksikan oleh beberapa pelayan yang sedang bekerja di luar halaman rumah depan. Kemarahan besar dari Tuan mereka tak pernah terjadi selama ini. Dan baru pertama kali ini mereka melihat seorang Delon sedang memerankan karakter antagonis.     

Dinu mengusap wajah tuanya dengan kasar. Ia hanya ingin menyatukan kembali Marina dan Delon menjadi satu keluarga lengkap yang tak pernah terjadi selama ini. Tapi, karena ulah keserakahan Rian yang mempengaruhi pikiran Isrtrinya selalu saja menuruti apa yang dikatakan Rian.     

"Pa, sudahlah. Kita memabg tidak bisa tinggal dalam satu atap, kenapa Papa selalj saja memaksa sih?" Suara Marina akhirnya terdengar. Wanita itu sudah tidak tahan dengan cacian yang dilontarkan Delon padanya.     

Dirinya memang berniat ingin menuruti apa yang dikatakan Dinu karena melihat keadaan lelaki muda yang berada di depannya tidaklah semiskin yang ia kira selama ini. Ia takut jika Marina akan merendah untuk meminta maaf, Delon akan kembali mengambil harta yang telah menjadi milik dirinya dan Rian.     

Ternyata setelah ia mencari informasi setelah satu tahun mereka tidak bertemu, Delon bertambah sukses saja meski tidak mendapati harga dari Suaminya.     

"Aku tidak pernah menyuruh kalian ke sini. Jangan pernah menyentuh keluargaku. Atau kalian akan kehilangan putra kesayangan kalian!" ancam Delon membuat Dinu terdiam sejenak. Ingin rasanya ia memukul tubuh itu dan bersendau gurau seperti dulu.     

Namun, nampaknya itu akan sangat sudah dilakukan setelah perbuatan Marina.     

"Kau minta maaf sekarang! Kau selalu menghindari untuk bisa bertemu dengan Delon. Sebelum kita pergi kau harus bisa mendapatkan maaf darinya," ucap Dinu bernada dingin ke arah Marina yang sedang meremas lengan kemejanya.     

Delon mengulas dagu melihat drama yang dilakukan kedua orang di depannya. Ia sangat tahu bagaimana Papa kandungnya yang mencintai Marina. Segala perbuatan salah saja masih bisa dimaafkan.     

Sangat menjijikkan!     

"Pergi dari sini sekaang atau kalian diusir oleh pengawalku?"     

Perkataan Delon membuat Dinu menatap tajam ke arah Marina yang masih enggan membuka mulut kembali.     

"Baiklah, kami akan segera pergi. Tidak perlu pengawalmu bertindak, itu akan menyusahkan mereka ..."     

"Satu hal lagi, Delon. Papa tidak pernah berniat membagi kasih sayang dengan berbeda. Papa akan mengembalikan hakmu sebentar lagi," sambung Dinu membuat Marina melebarkan mata sempurna.     

Jika, Dinu sudah mengatakan hal tersebut. Maka, harta yang ia dapat dan Rian akan berkurang. Rian juga tak bisa menempati perusahaan yang seharusnya menjadi hak anak kandung Dinu.     

Tidak bisa! Marina tidak bisa membiarkan itu terjadi. Dirinya dan Rian harus menjadi prioritas utama dari segi apa pun.     

"Jangan sembarangan, Pa! Itu semua sudah menjadi milik Mama dan Rian. Mana mungkin bisa berpindah tangan?" sahut Marina tidak setuju.     

Marina sudah merasakan bagaimana ara menikmati hidup dengan membuang-buang harta Dinu hanya untuk membeli berbagai berlian dan tas branded.     

Plak!     

Satu tamparan melayang pada pipi putih Marina.     

Dinu tidak pernah suka ditentang oleh siapa pun. Termasuk Marina yang selalu saja menguji kesabaran dirinya. Termasuk seluruh keangkuhan yang Rian ancamkan pada Delon, Istrinya, dan juga kedua cucu Dinu.     

Marina menyentuh pipi putihnya yang sudah berubah memanas. Ia tidak menyangka Dinu bisa berbuat sekasar ini padanya.     

"Papa sekarang berubah, hanya karena anak itu! Papa lupa siapa yang menolong Papa dulu? Bahkan orang-orang dia tidak bisa menemukan Papa! Hanya Mama dan Rianlah yang membuat nyawamu bisa berdiri di sini!"     

"Lalu apa yang kami terima, hah?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.