HE ISN'T MYBROTHER

Tamu yang Tidak Diundang



Tamu yang Tidak Diundang

0"Kenapa tidak mengatakan pada kami?"     

"Apa Papa benar-benar tidak mau mengenal kami?"     

Pertanyaam itu membuat Dinu mengangkat kepala. Kedua bola mata hitam legamnya berkaca-kaca. Lidahnya begitu kelu untuk menjawab pertanyaan dari menantunya.     

Andai Dinu bisa memilih, ia lebih baik pergi bersama mendiang Istrinya daripada harus berhutang nyawa dengan wanita yang hampir ia cintai.     

"Papa hanya ingin menyerahkan ini. Setelah itu Papa akan pergi. Papa tidak akan lagi mengganggu kalian. Dan juga Marina ... Papa sangat menyesali akan hal tersebut," ucap Dinu perlahan bangkit dari duduknya. Ia sudah merencanakan untuk hidup di sebuah pedesaan. Mengatur kembali kehidupan dirinya mulai dari awal.     

Dinu menyerahkan map merah, di dalam sana sudah ada nama perusahaan dan segala aset atas nama putra kandungnya yang tadi ia ambil dari kantor pengacara lelaki paruh baya tersebut.     

Bardi datang dengan sedikit berlari untuk membantu lelaki paruh baya itu berdiri tegak. "Kita berangkat sekarang ya!" kata Dinu pada Bardi yang membalas dengan anggukkan.     

Dinu kembali menoleh ke arah Rachel dan Delon. "Kalian jaga diri. Temui Papa jika kalian mempunyai waktu senggang. Papa akan senang jika kalian bisa datang setelah Papa nanti mengirimi alamat," tambah Dinu.     

Rachel menggeleng melihat tubuh renta itu berjalan menjauh darinya. Perempuan cantik tersebut menarik kain kemeja lengan tangan Suaminya.     

"Kak, ayolah ... jangan sampai kamu menyesal.untuk kedua kalinya," lirih Rachel mendongak menatap memohon pada Delon yang sedang menatap perempuan juga dengan dalam.     

Di sini lain Dinu yang berjalan dibantu oleh Bardi hanya bisa mengulas senyum di bibir tuanya, mendapati semua telah berakhir sesuai dengan harapannya. Meski ia masih belum mendengar permintaan maaf dirinya diterima oleh sang putra.     

Namun, itu semua tidak memudarkan rasa syukur yang selalu Dinu ucapkan di setiap langkahnya. Bertemu dengan Delon adalah sesuatu hal yang tak pernah terbayang olehnya. Mungkin inilah rencana Tuhan dan keinginan Istrinya untuk meminta dirinya suatu hari nanti menceritakan bagaimana anak mereka saat ini.     

"Jangan pergi!" teriak seseorang yang membuat Dinu menurunkan kembali kaki kanananya yang sudah naik ke dalam mobil. Kepala tua itu menoleh ke arah pusat suara. Bardi pun juga begitu, ia tidak menyangka sosok yang sedang berlari ke arah mereka menerbitkan senyum.     

"Bardi ..." panggil Dinu yangasih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ini seakan mimpi yang tak bisa ia gambarkan. Terasa semu, namun apa yang ia sentuh begitu terasa.     

"Benar, Tuan Besar. Saya turut bahagia melihat persatuan Tuan Besar dan Tuan Muda," jawab Bardi.     

Delon yang berlari begitu kencang akhirnya sampai di depan tubuh lelaki paruh baya tersebut. Dirinya bersyukur tidak terlambat untuk mencegah kepergian Papanya.     

"Kumohon jangan pergi." Ulang Delon yang langsung memeluk tubuh tua itu dengan erat. Perasaan hangat itu kembali lagi. Ia merasakan Dinu yang begitu tulus memeluknya dan mencintai dirinya selama ini.     

Rachel telah menceritakan seluruh cerita di mana Dinu begitu tersiksa batin untuk bisa melindungi keluarga kecil Delon. Lelaki paruh baya itu hanya tidak ingin ancaman Rian akan terjadi dan menyakiti Nathan dan Nefa, begitupula dengan Rachel.     

Lelaki paruh baya itu harus merelakan seluruh harta dan status yang seharusnya menjadi hak dari sang putra jatuh kepada Rian yang digunakan untuk menguasai hartanya.     

"Aku terlalu bodoh untuk bisa menjadi anakmu. Bahkan aku selalu berpikir jika hanya aku yang tersiksa di dalam lingkaran ini ... ternyata tidak! Papalah yang lebih menderita dariku. Maafkan aku, Pa," ucap Delon dengan nada bergetar. Dirinya tak kuasa untuk tidak menangis.     

Tangisan rasa bersalah terasa begitu besar. Jika, ia tahu Dinu berkorban sebesar ini padanya. Ia tidak akan pernah memperlakukan Dinu sekasar itu. Delon benar-benar ingin mengulang waktu dan memperbaiki segalanya.     

"Delon, tidak apa-apa ... semua telah terjadi. Karema kita tidak pernah tahu apa yang terjadi setelah ini. Papa sangat senang mendengar kamu memanggi 'papa' lagi ..."     

"Apa kamu tahu seberapa antusiasnya Papa dan Mama menunggumu bisa memanggil di antara kami? Dan hal tersebut kembal terulang. Papa selalu ingin mendengar panggilan itu darimu," sambung lelaki paruh baya itu dengan tubuh bergetar.     

Suara dengan nada bergetar itu adalah tanda di mana Dinu sangat menghargai setiap momen yang terjadi dan sama sekali tidak melupakan satu hal yang terjadi pada hidupnya.     

"Papa akan mendengarnya. Delon akan terus memanggil 'papa' setiap hari hingga Papa lelah mendengarnya ... tinggallah bersama kami, Pa. Kedua cucu Papa pasti akan sangat senang jika dikunjungi Opanya," tanggao Delon yang juga sedang membujuk lelaki paruh baya tersebut untuk hidup bersama dirinya dan Rachel.     

Setelah tertangkapnya Jeno, Rachel sering merasa sendiri. Terkadang ia mengetahui Istrinya sedang melamun, kemudian memanggil nama Jeno dan Martha. Hal tersebut membuat hari Delon sedih.     

Dirinya juga tidak ingin lagi berjauhan dengan Dinu di usia lelaki paruh baya itu yang sudah tidak muda lagi. Delon ingin merawat Dinu sebagai pengganti dari kesalahannha dulu.     

Dinu mengendurkan pelukannya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia tidak ingin merepotkan Delon dengan keluarga barunya.     

"Papa tidak mau membuatmu susah dengan adanya Papa di dalam hidupmu dan keluarga kecilmu, Delon. Rian pasti tidak akan pernah diam jika mengetahui Papa telah menipunya," kata lelaki paruh baya itu dengan nada sendu.     

Meski dirinya sudah memberikan seluruh hartanya. Namun sesungguhnya harta yang paling terpenting adalah perusahaan utama dan beberapa cabang. Itu semua memang telah Dinu berikan pada Delon sejak lama. Dan Rian tidak berhak mendapatkan hak dari putra kandungnya.     

Delon menggeleng. Lelaki tampan itu memberikan tatapan yakin pada Dinu untuk memberikan keyakinan bahwa apa yang dikatakan Dinu tidak benar.     

"Tanpa perusahaan itu, Delon tidak pernah akan mengizinkan Papa pergi dari hidup Delon. Semua pengorbanan yang telah Papa berikan pada Delon sudah mengatakan semuanya," balas Delon yang belum bisa membuat bibir itu mengiyakan. "Ayo hidup bersama Delon dan Rachel, Pa." Lanjut membujuk.     

Bardi ikut mengusap punggung tua itu untuk meminta mengiyakan permintaan dari Delon.     

"Tuan Besar, Anda harus bersama dengan Tuan Muda. Karena kebahagian Tuan Besa bukan di suatu desa yang jauh dari Tuan Muda. Kebahagian Tuan Besar ada di sini, bersama dengan Putra Anda." Bardi berucap membuat bibir tua Dinu bergetar. Ia tak bisa lagi mengatakan kata selain 'baiklah.'     

Delon dan Bardi saling memberikan senyum. Dinu memegang pundak kekar Delon erat.     

"Jangan pernah bosan mendengar cerewetnya cucu Papa," tambah Delon yang membuat seluruh orang di sana tertawa.     

Saat mereka sedang asik tertawa ada suara yang membuat mereka memutar kepala. Mereka terkejut dengan kedatangan tamu yang sama sekali tidak pernah mereka undang.     

"Apa kalian merasa bahagia sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.