HE ISN'T MYBROTHER

Masih Tentang Karen



Masih Tentang Karen

0Delon masih berdiri tepat di depan kliennya. Ia merasa dirinya memang sama sekali tidak mengingkari perjanjian mereka seperti apa yang telah wanita itu katakan.     

Karena saat ini bukanlah waktunya untuk membahas pekerjaan lagi. Waktu sudah menunjukkan di mana semua pekerja harus pulang, dan jika masih memiliki pekerjaan yang belum terselesaikan bisa dibawa pulang.     

Bukankah seperti itu? Tapi, kenapa wanita di depan Delon saat ini masih kekeh ingin membahas proyek kerja sama mereka?     

"Nona Keren, jangan pernah membuat saya marah. Andalah yang menyalahi aturan. Anda bisa bisa melihat sekarang pukul berapa." Delon meletakkan buku tangannya di atas bahu kecil istrinya.     

Delon tahu Rachel sedang merasa bersalah mendengar protesan dari Keren yang sedikit melirik ke arah Rachel.     

"Apa pun yang akan Anda bahas. Itu bukan urusan saya, itu masalah Nona Keren dengan staff Anda. Bagaimanapun Anda harus menyelesaikan terlebih dulu tentang ketidak profesionalan dari tubuh perusahaan Nona Keren sendiri," tambah lelaki tampan itu dengan nada dinginnya.     

Keren benar-benar dibuat bungkam dengan seluruh perkataan Delon. Ia baru menemukan klien yang sama sekali tidak mau menurut padanya.     

Wanita itu sudah banyak menangani perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya. Namun, hanya perusahaan Delon yang begitu tak berpengaruh dengan keberadaan dirinya.     

Padahal banyak orang yang begitu memuji kecantikan dan kepintaran Keren. Apa pun yang wanita itu katakan pasti selalu saja diiyakan oleh perusahaan yang bekerja sama dengannya.     

"Tapi, ini juga demi kemajuan dan keberhasilan kerja sama kita, Tuan Delon. Mohon untuk pengertiannya. Bukankah Anda bisa menyuruh orang lain untuk menjemput anak Anda?" sahut Keren kembali tidak mau kalah dengan kemauannya yang harus dituruti oleh lelaki di depannya.     

Rachel memutar kepala ke arah Delon, sedikit mendongak untuk meminta sang suami mempertimbangkan kembali permintaan Keren.     

Perempuan cantik itu tidak mau jika perusahaan Delon akan kehilangan kesempatan bekerja sama dengan perusahaan sebonefit milik Keren. Rachel sudah membaca profil perusahaan itu, menurutnya perusahaan itu cukup membanggakan melihat prestasi yang diraih saat kepempinan Keren.     

"Saya tidak pernah mengizinkan orang lain menyentuh anak-anak saya. Jika, Nona Keren masih ingin membahas tentang kelalaian staff Anda. Anda bisa kembali ke sini dan berdiskusi dengan saya ..."     

"Tapi, di saat jam kantor sudah berakhir. Saya memang tidak menerima pekerjaan dalam bentuk apa pun. Permisi," tambah Delon yang kembali menggerakkan kursi roda istrinya ke dalam ruang kantornya.     

Keren menggertakan barisan gigi rapinya. Kedua tangan itu telah mengepal erat, ia benar-benar baru kali ini dipermalukan oleh seorang lelaki di hadapan perempuan lumpuh.     

"Apa beruntungnya memiliki istri lumpuh? Cih, brengsek!"     

Delon menghentikan kursi roda Rachel di dekat sofa panjang di ruangan itu. Lelaki tampan itu dengan cekatan membereskan berbagai dokumennya dan tak lupa mengambil tas jinjing Rachel.     

"Kak, kamu nggak keterlaluan tadi?" tanya Rachel saat ia masih mengingat berbagai celotehan kesal dari Keren.     

Lelaki tampan itu menggeleng. Ia memang tidak merasa bersalah telah menolak Keren. Seberapa pun nilai kerja sama yang tengah berjalan di antara perusahaan mereka berdua, tetap saja wanita itu tak bisa membeli kebersamaan dirinya dengan kedua anaknya.     

"Untuk apa, Sayang? Aku sejak dulu sudah mengatakan, kekayaan bukan hal utama untukku." Delon meletakkan tas jinjing istrinya di atas pangkuannya.     

"Tapi, kalianlah yang membuatku masih mempertahankan ini semua." Lanjutnya seraya memberi kecupan mesra di pucuk kepala Rachel.     

Rachel terharu dengan keputusan Delon. Apa yang dikatakan suaminya memang benar, seberapa pun mereka mengumpulkan uang, jika uang itu tidak bisa memberi kebahagian semua itu akan ada artinya.     

Mereka berdua telah merasakan bagaimana hidup miskin. Tapi, kebahagian masih bersama dengan mereka berdua. Jadi, harta yang mereka miliki tak akan berarti apa pun jika mereka berpisah.     

"Terima kasih untuk waktunya, Suamiku. Nathan dan Nefa pasti akan bahagai jika melihat ini semua," ucap Rachel yang dibalas dengan usapan gemas di atas pucuk rambutmya.     

.     

Delon kembali mendorong kursi roda istrinya untuk segera menjemput kedua anak mereka. Karena Karena mungkin aja Nathan dan Nefa sudah keluar dan menunggu dirinya dan Rachel menjemput.     

Dirinya seperti harus mempertebal peraturan yang harus sama-samaa dituruti oleh kedua belah pihak yang bekerja sama dengan perusahaan Delon nantinya. Ia akan mengingat-ingat nama perusahaan Karen untuk tidak mengulasng kerja sama ini kembali.     

"Kak, kamu sedang melamun apa?" tanya Rachel saat mereka sudah berada di dalam lift pribadi Delon.     

Delon yang tersadar dengan suara istrinya langsung memberi usapan kembali di bahu kecil perempuan cantik itu.     

"Tidak apa-apa. Hanya ingin memperbarui peraturan nantinya, Sayang. Ayo kita keluar," ajak Delon yang kembali sudah berjalan ke arah luar perusahaan.     

Di sana sudah ada Pak Yono yang menyambut mereka dengan membungkukkan tubuh serta beberapa karyawan yang masih berada di sekitar perusahaan.     

"Selamat sore, Tuan Delon ... Nyonya Rachel," Pak Yono menyapa dengan nada hormat. Diikuti beberapa suara yang berulang seperti lelaki paruh baya tersebut ucapkan.     

Delon dan Rachel mengangguk membalas sapaan mereka. Sedangkan Rachel memberi tambahan dengan senyum cantik yang menghiasi wajah berserinya.     

"Kenapa kalian tidak pulang?" tanya Rachel kepada beberapa orang karyawan di sana.     

Mereka semua masih menunduk sembari menjawab pertanyaan istri Tuan mereka, "Kami sedang mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan, Nyonya. Tapi, sebentar lagi kami akan segera pulang."     

"Tidak ada yang boleh bekerja lagi. Kalian cepatlah pulang, temani keluarga kalian di rumah." Delon ikut menyahut di antara percakapan para karyawannya dan istrinya.     

Para karyawan Delon mengangguk dengan hormat untuk kesikian kalinya. Mereka begitu senang bisa bekerja di bawah naungan Delon. Tuan mereka memang sangat dingin sari awal dan tak tersentuh oleh siapa pun.     

Akan tetapi, saat Tuan mereka sudah menikah, lelaki itu bahkan begitu terlihat lembut dan merubah segalanya.     

Rachel memang seperti seorang Dewi yang bertugas untuk membuat seorang lelaki dingin seperti Delon tersentuh oleh cinta.     

"Baik, Tuan Delon kamu akab segera menyelesaikan dengan cepat."     

Setelah itu Delon dan Rachel mulai masuk ke dalam mobil seperti aktivitas biasanya. Delon menggendong terlebih dulu istri tercintanya. Kebiasaan itu terlalu romantis untuk diliat orang lain, padahal Rachel memang tidak bisa berjalan.     

"Kamu tadi lihat beberapa wanita yang melihat kita, Kak?"     

Delon yang sedang memasangkan safebelt pada tubuh Rachel hanya membalas dengan berdehem. Karena dirinya memang tidak peduli.     

"Apa mereka pikir aku masih terlihat seperti adikmu? Mereka sepertinya tak percaya dengan status kita," tambah Rachel.     

Lelaki itu membenarkan letak anak rambut istrinya yang berantakkan terlebih dulu, kemudian kembali ke tempat duduknya.     

"Tidak peenting, Sayang. Mereka sepertinya karyawan baru," balas Delon sembari mengkode Pak Yono untuk menjalankan mobilnya.     

Rachel mengernyitkan kening mendengar jawaban dari suaminya. "Apa benar begitu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.