HE ISN'T MYBROTHER

Mereka Baik-Baik Saja



Mereka Baik-Baik Saja

0Situasi semakin memburuk saat Rachel melihat panggilan Delon masuk begitu singkat sebelum Rachel sempat mengangkat. Hati perempuan itu semakin di buat tidak tenang dengan semuanhal yang terjadi hari ini.     

Ia tidak ingin mengingat kejadian dulu saat Marina ingin melempar kedua anaknya di ujung jurang. Beruntung Delon datang dengan segala upaya untuk melumpuhkan Marina hingga wanita itu tersungkur dan melepas Nathan dan Nefa.     

Rachel tidak akan mau kejadian itu terulang untuk kedua kalinya. Menurut Rachel itu adalah mimpi buruk yang seharusnya tidak ia rasakan kembali.     

"Tenang, Nyonya Rachel. Kita serahkan pada tuan Delon saja. Tuan Delon pasti tahu apa yang terbaik," sahut Pak Yono mencoba menenangkan majikannya yang sedaritadi bertanya pada dirinya yang tidak tahu apa-apa.     

Di dalam sekolah Nathan dan Nefa, Delon dibuat hampir kehilngan napas melihat apa yang terjadi dan apa yang pernah ia rasakan kehilangan kedua anaknya yang jauh dari pengawasannya.     

Sekarang apa yang ia lihat jauh dari semua itu. Kedua anaknya justru tertawa riang di dalam ruang bermain bersama tiga anak buahnya dan satu guru yang juga ikut tertawa karena ulah jahil Nathan dan Nefa.     

"Papa!"     

"Papaaa datanggg!" teriak keduanya yang langsung berlari ke arah Delon yang sudah berdiri di ambang pintu.     

Lelaki tampan itu menurunkan tubuhnya dengan satu lutut menyentuh lantai ruang bermain rersebut. Kedua tangan panjang sengaja Delon lebarkan untuk menerima pelukan dari Nathan dan Nefa.     

"Kalian berdua membuat Papa sangat cemas, Sayang. Papa hampir tidak bisa bernapas jika kalian terjadi terluka lagi," bisik Delon semakin memeluk dua tubuh kecil itu erat.     

Tiga anak buah Delon akhirnya bisa terduduk dengan napas lega. Mereka hampir jatuh pingsan karena dijadikan kuda oleh kedua anak Tuannya itu untuk membuat Nathan dan Nefa tidak bosan menunggu jemputan dari Tuannya.     

"Tuan Delon maafkan pihak sekolah tidak menghubungi Anda terlebih dulu. Karena seluruh jaringan dimatikan dan mendapati ada murid dari sekolah seberang yang mengalami penculikan .."     

"Penculik tersebut sedang berada di tembok sekolah kami, disana ada bebarapa jaringan listrik juga. Pihak polisi meminta pihak sekolah untuk memadamkan sementara waktu sampai mereka bisa menangkap penculik dan menyelamatkan dua anak yang disandra." Lanjutnya panjang lebar agar Delon tidak marah pada sekolah itu dan mencabut segala dana yang telah diberikan Delon.     

Delon masih memeluk kedua anaknya. Hati lelaki tampan itu sudah mulai menghangat saat mendengar suara berdua.     

"Saya tidak akan membiarkan sekolah ini lolos jika sesuatu terjadi lagi pada mereka," seloroh Delon mengancam dengan tegas.     

Nathan dan Nefa melepaskan pelukan mereka. Bocah laki-laki itu menoleh ke arah belakang, melihat ketiga anak buah papanya sedang berbaring kelelahan.     

"Papa minta uang," ucap Nathan yang sudah menjulurkan buku tangannya di depan Delon.     

Delon mengernyitkan kening saat melihat kelakuhan Nathan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Nathan tidak pernah meminta uang, jika tidak diberi langsung oleh istrinya.     

"Uang Nathan habis karena membeli ice cream Opa, jadi sekarang Nathan mau minta Papa," imbuh bocah laki-laki kecil itu masih saja memajukan buku tangan kecil itu.     

Delon mengarahkan tangannya ke belakang tubuhnya, mengambil dompet yang ia simpan di saku belakang Delon. Ia ingin tahu uang yamg diminta darinya akan dibuat apa oleh putranya.     

"Itu buat apa, Kak? Tadi 'kan Kakak makan nasi kuning banyak," sahut Nefa yang juga bingung dengan permintaan Nathan.     

"Tidak apa-apa, Sayang. Kita lihat Kakakmu mau membeli apa. Apa kantin masih buka?" ujar Delon seraya memberi dua lembar kertas merah ke dalam buku tangan kecil putranya.     

Guru yang sedari tadi menundukkan kepala karena takut kepada Delon, akhirnya memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Delon.     

"Sudah tutup semua, Tuan Delon. Nathan dan Nefa sudah hampir dua jam menunggu di sini," jawabnya dengan takut-takut.     

Delon hanya terdiam paham. Ia juga merasa bersalah telah membuat kedua anaknya menunggu selama ini.     

"Ini juga buat kamu, Tuan Putri Papa." Delon juga memberi dua lembar uang ke dalam tangan kecil putrinya.     

Nefa bersorak lincah di tempat. Gadis kecil itu selalu mendapatkan tambahan uang saku hanya karena membantu mamanya atau berbauat baik. Tapi, sekarang dirinya tidak melakukan apa pun, namun papanya memberi uang pada gadis kecil tersebut.     

"Terima kasih, Papa!" ujar Nefa seraya memberi kecupan sayang pada dua pipi Delon, disusul Nathan.     

"Sama-sama Sayan—"     

"Nathan, kamu mau ke mana, Sayang?" Lanjut Delon saat harus memotong kalimatnya ketika melihat tubuh Nathan berjalan kembali ke dalam ruang bermain tersebut.     

Nathan mengayun langkah kecilnya ke arah tiga orang lelaki berbadan kekar yang masih berbaring seraya memejamkan mata hingga detik ini.     

"Om, bangun Om!" ucap Nathan seraya menepuk-nepuk bahu kekar salah satu di antara mereka.     

Tepukan Nathan memang tidak terasa, namun gerakkan itu cukup membuat lelaki kekar tersebut membuka mata dan tidak lama tubuh kelar itu bangkit dari tidur seraya sedikit membungkukkan badan diikuti dua orang lainnya.     

"Tuan Muda Nathan, maafkan kami yang justru ketiduran," ujarnya yang merasa takut pada bocah laki-laki berumur enam tahun tersebut.     

Nathan mengulas senyum simpulnya kemudian mengangguk paham. "Ini, Om ... buat beli minum nanti. Om semua lelah nemenin Nathan dan Nefa bermain kan?"     

Ketiga lelaki kekar itu saling menatap satu sama lain. Gaji yang mereka dapat dari Delon memang sangat besar melebih dua lembar uang yang disodorkan Nathan. Tapi, mereka juga tidak pernah menolak saat ada rezeki di depan mata, seperti saat ini.     

Namun, saat salah satu dari mereka ingin mengambil uang tersebut. Salah satu dari mereka langsung memberi peringatan dengan 'menamplek' lengan tangan temannya.     

"Jangan diambil," bisik salah satu dari mereka mencoba memperingatkan. "Kita tanya dulu pada Tuan Delon." Lanjutnya yang langsung mengarahkan pandangan ke arah Tuan mereka bertiga yang sedang menggendong Nona mereka.     

Delon mengangguk seraya berjalan ke arah mereka berempat. Lelaki tampan tersebut memberi kode agar mereka tetap menerima apa yang telah putranya beri.     

"Terima kasih, Tuan Muda. Lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini. Kalau mau kuda-kudaan lagi bilang kita ya, Tuan Muda," ucap salah satu dari mereka yang lain saat menerima pemberian Nathan.     

Satu tepukan kasar pada lengan tangan kembali diterima teman mereka yang mengambil uang tersebut. "Suka nggak sopan sama Tuan Muda! Malu-maluin," tungkasnya.     

"Dan ini ... juga Om!" Suara kecil menggemaskan itu membuat mereka bertiga termasuk Nathan mendongak. Mereka melihat tangan kecil Nefa juga mengulurkan lembaran uang pada mereka bertiga.     

"Kata Papa, ini hadiah karena udah jaga Nefa sama Kakak," tambahnya. Delon mengulas senyum tampannya seraya mengangguk untuk kedua kalinya.     

"Terima uang itu. Kalian pantas mendapatkannya. Katakan pada teman kalian yang lain untuk meminta bonus kepada Regan," ujar Delon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.