HE ISN'T MYBROTHER

Rencana Marina Gagal



Rencana Marina Gagal

0Jantung tak kuasa untuk berhenti berdetak dengan cepat mendapati kedua anaknya yang tak kunjung datang, melihat situasi di luar semakin tak terkendali dan semakin banyak mobil polisi yang mencoba mengamankan.     

"Kalian Kemana, Sayang. Apa kalian baik-baik saja?" gumaman Rachel semakin membuat hatinya gundah.     

Lidahnya begitu kelu untuk mengatakan hal lain yang mungkin saja akan membuat hati Rachel semakin sedih. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk, membuat kepala Rachel berdenyut.     

Ketukan pintu mobil yang berulang kali membuat Rachel dan Pak Yono berjengit.     

Dan seketika wajah mereka menoleh ke arah pusat suara, dan betapa tercengangnya mereka berdua mendapati seseorang yang ditunggu dengan harap cemas akhirnya muncul di pantulan bola mata Rachel dan Pak Yono.     

"Cepat buka, Pak Yono!" perintah Rachel dengan tak sabar.     

Tidak menunggu lama pintu mobil itu pun terbuka, sebelumnya pintu mobil itu terpaksa dikunci oleh Pak Yono sesuai dengan perintah Tuannya takut jika Rachel nekat untuk turun meski kedua kaki itu tak bisa berjalan.     

"Saayaang! Permata hati Mama!" teriak Rachel saat dua tangan lebarnya telah siap menerima pelukan dari Nathan dan Nefa yang berlari kecil ke arah Rachel.     

Rachel mengangkat satu persatu anaknya yang sekarang sudah berada di pangkuannya. Disusul Delon yang juga sudah mendudukkan diri di samping istrinya.     

"Jalan Pak Yono. Biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri," perintah Delon yang langsung diangguki patuh oleh lelaki paruh baya tersebut.     

"Baik, Tuan Delon."     

Rachel tak henti-hentinya memberi kecupan sayang bercampur cemas yang sempat ia rasakan tadi dan sekarang telah tergantikan dengan rasa syukurnya.     

"Katakan pada Mama, kalian ke mana saja? Kenapa begitu lama?" tanya Rachel pada kedua anaknya dengan pertanyaan harus dijawab cepat.     

Nathan dan Nefa saling pandang penuh arti, setelah itu pandangan mereka mengarah pada Delon yang langsung berpura-pura mengalihkan perhatiannya padaangit-langit mobil.     

Dunia Rachel benar-benar seakan hilang saat kabar dan keberadaan kedua anaknya tak dapat ia ketahui. Rachel bukan seorang malaikat yang akan mampu menghadapi segalanya, ia butuh dua permata hatinya dan juga Delon sebagai penguat dirinya.     

"Jangan bilang kaian bersama dengan Papa?" Tebakkan Rachel membuat Nathan dan Nefa saling tersenyum satu sama lain.     

"Tadi, Nefa sama Kakak main kuda-kudaan dengan tiga om yang sering jaga Nefa sama Kakak, Ma. Terus Papa berbicara sama ibu guru, lalu pulang ... begitu ceritanya," jelas Nefa dengan suara kecil menggemaskannya.     

Satu hal yang membuat Rachel tak bisa marah dengan putri kecilnya ketika dia menceritakan segala hal.     

Rambut pendek yang sengaja Rachel kepang itu bergoyang-goyang seiring dengan mulut kecil itu bergerak ditambah dengan bahasa tubuh yang tak pernah bisa diam.     

"Apa benar begitu, Nathan?" tanya Rachel untuk meminta keyakinan penjelasan dari Nefa.     

"Benar, Ma. Tadi Papa dan Mama sangat lama, kami hampir saja tertidur di sekolah. Beruntung ada om-om yang baik hati," imbuh Nathan saat mengingat kejadian tadi.     

Rachel mengecup kening kecil dari kedua anaknya. Lalu, memasukkan tubuh kecil itu ke dalam pelukannya.     

Delon tiba-tiba mencodongkan wajahnya seraya mengangkat kedua alis. "Aku juga dapat jatah dong, 'kan aku yang menyelamatkan kedua anakmu itu ...." Dengan senyum tamapannya, lelaki itu masih tak bergerak di tempat.     

Suara kecupan di kening tegas Delon membuat lelaki tampan itu membuka kedua kelopak mata dengan perlahan. Sentuhan bibir lembut istrinya selalu saja membuat Delon hampir lupa jika di antara mereka ada dua pengawal setia dari istrinya.     

"Berhenti di sana ... jangan lupa!" ucap Rachel membuat Delon mengusap wajah tampannya dengan tawa ringan.     

"Iya, Sayang. Padahal kalau Nathan dan Nefa Maya tutup mata juga bisa," celoteh Delon yang membuat Nefa menatap Nathan penuh arti.     

"Nefa bisa tutup mata kok, Pa. Tapi, kenapa Nefa harus tutup mata? Apa ada hadiah untuk Nefa dan Kakak?" sahut gadis kecil itu yang sama sekali tidak tahu arti celotehan papanya.     

Nathan berdecak mendengar pertanyaan adiknya. Kenapa juga hal tersebut harus diperjelas, meski dirinya masih berumur enam tahun, tapi untuk soal tersebut Nathan paham.     

"Kamu bawel, Nefa. Udah diem jangan banyak nanya! Kamuasih kecil," sahut Nathan.     

Nefa yang mendengar balasan dari Nathan langsung melipat kedua tangan kecilnya dengan bibir yang mengerucut.     

"Memang Kakak setua apa sih? Padahal cuma beda beberapa menit aja."     

Rachel mengusap gemas pucuk kepala kedua anaknya seraya tersenyum melirik ke arah Delon yang juga sedang menatap dirinya penuh arti.     

Delon mencoba menutup kedua mata untuk mengingat apa yang dikatakan Nathan tadi. Ternyata Marina tak punya rasa jera untuk tidak bertemu lagi dengan kedua anaknya.     

Padahal seluruh lingkungan telah Delon pasang para anak buahnya yang berjaga. Tapi, tetap saja membuat wanita paruh baya itu masih ingin mengulangi kejadian yang lalu.     

'Dia ingin membuat dirinya masuk penjara. Jika, sampai dia kembali membuat kedua anakku dalam bahaya, aku pastikan dia tak akan kubuat mati dengan tenang,' batin Delon seraya meremas kedua tangannya yang mengepal erat.     

Di tempat berbeda ada seseorang wanita paruh baya yang mengerang kesakitan karena seluruh tubuhnya penuh luka yang lebih parah daripada saat tubuhnya didorong ke tanah oleh anak tirinya.     

"Aku sudah mengatakan jangan sekarang, Ma! Aku saja harus mengendap saat mengawasi anak-anak Delon. Tapi, Mama justru ceroboh begitu saja ingin masuk ke dalam sekolah itu!" seru kesal Rian yang harus memanggil dokter kepercayaannya untuk mengurus wanita paruh baya itu, yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur.     

Dokter masih memberikan penutup luka pada setiap inci tubuh Marina yang terbuka lebar setelah dokter tersebut memberikan anti bakteri di sana.     

"Jangan menyalahkan Mama terus. Mana Mama tahu kalau Delon secerdik itu?" sahut Marina yang masih tidak menyangka peristiwa yang telah dialaminya.     

Marina tadi hanya ingin membuat Delon dan Dinu kembali merasa frustasi saat kehilangan Nathan dan Nefa.     

Tapi, ternyata di seluruh lingkungan sekolah itu Delon telah memasang anak buah lelaki itu, dan memasang jebakan orang gila yang tiba-tiba mencekram Marina, menganggap wanita paruh baya itu sebagai istrinya.     

Marina kelimpungan, dia berlari ke segala arah untuk bisa menyelamatkan diri. Namun, ternyata tidak hanya satu orang gila saja yang mengejutkan dirinya. Ada empat orang yang mengunci langkah Marina.     

Padahal Marina sudah bertemu dengan Nathan hendak ingin membawa lari tubuh kecil itu. Tapi, sayangnya Delon begitu cerdik membuaat Marina harus berkali-kali jatuh dari pohon dan masuk ke dalam sebuah sungai.     

"Dia memang cerdik, kita harus lebih cerdik dari lelaki itu. Tapi, karena Mama ... sekarang Delon pasti akan lebih mengetatkan penjagaannya pada dua anak itu!" sahut Rian seraya memijat kening berkerutnya, karena merasa semakin pusing.     

"Lain kali jangan bertindak bodoh tanpa perintahku," tambahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.