HE ISN'T MYBROTHER

Wanita Rubah Lagi



Wanita Rubah Lagi

0Kedua kalinya Anton kembali berusaha untuk menyakinkan hatinya bahwa ia dapat membujuk Anita dan siap untuk dihukum sesuai dengan kesalahan orang tuanya.     
0

Untuk apa? Hanya untuk Anita keluar dari rasa dendam yang membelenggu hati. Dan hanya ini yang dapat Antoni lakukan.     

"Tolong batalkan seluruh pertemuanku dengan b beberap klien, aku ingin bertemu dengan Anita," ucap Antoni pada sang asisten pribadi yang sedang terfokus pada laju perjalanan mereka.     

Asisten pribadi Antoni tiba-tiba menekan rem, dan seketika membuat tubuh mereka berdua terpelanting ke belakang. Dia terkejut dengan permintaan Antoni, karena melihat kejadian seminggu lalu sungguh membuatnya sedih seumur hidup.     

"Anda masih ingin menemui nona Anita, Tuan?"     

Pertanyaan itu membuat sang pemilik jawaban mengangguk saat fokusnya juga berada di depan ingin bertanya tentang perbuatan buruk asisten pribadinya saat ini yang hampir membuat mereka terkubur ke dalam liang lahat secara bersamaan.     

"Tapi, Tuan Antoni ... Anda tidak mengingat dulu? Ada orang dari saudara kembar nona Anita yang memukuli Anda saat ingin kembali ke mobil?" ucapnya mengingatkan tentang luka sobek di ujung alis hitam Antoni yang masih basah.     

Antoni membuang pandangan ke samping jendela, amarah yang tadi ingin ia gulirkan dari lidah kepada asisten pribadinya tersebut tiba-tiba menguar saat mengingat beberapa kalimat yang keluar dari anak buah Anin yang memukuli dirinya dan asisten pribadinya.     

"Tidak apa, aku berhak mendapatkan itu ... lagi pula seluruh apa yang terjadi pada Anita itu memang karena aku. Tidak perlu emas, aku baik-abik saja," balas Antoni sesuai dengan kenyataannya.     

Luka memar di seluruh tubuhnya memang sudah bisa ia dapatkan. Namun, luka hati yang dirasakan Anita dan Anin, tak akan pernah terlupa meski bibir mereka telah mengatakan 'maaf' dari bibir mereka.     

"Ayo lanjutkan perjalanan. Tapi, ke arah rumah sakit Anita. Aku ingin berkunjung, dan berbicara lagi," imbuhnya membuat asisten pribadi Antoni mengangguk berat.     

Mau tidak mau dia harus menuruti permintaan Tuannya,esku perasaannya tidak tenang untuk menggulirkan kalimat persetujuannya.     

"Ba-baik, Tu-Tuan."     

Mobil itu kembali melaju melewati satu persatu mobil yang juga melaju ke arah yang sama dengan mobil Antoni. Hati Antoni sudah tidak sabar ingin melihat wajah cantik kekasih hatinya, yang tak pernah pudar dari ingatan Antoni hingga saat ini.     

Sejumput ingatan kembali menempel dalam ingatan Antoni, hingga penolakan dari Anita untuk bertemu dengan dirinya.     

Antoni tahu, jika dirinya penuh akan dosa, tapi ia juga ingin memperbaikinya lewat cari ini ... merawat Anita hingga sembuh. Jika, nantinya Anita sudah sembuh sepenuhnya dan ingin dirinya masuk penjara. Ia akan lakukan semua itu.     

Suara dari asisten pribadinya mendadak membuat Antoni memutar kepala, menatap spion sang supir yang terlihat sedikit takut untuk mengarahkan pandangan yang sama pada fokus tersebut     

"Tuan Antoni sudah sampai, apa Anda tidak ingin membawa anak buah?" tawar asisten pribadi Antoni yang cemas akan keselamatan dari Tuannya.     

Antoni mengulurkan buku tangan dan bersiap untuk membuka pintu. "Tidak perlu, aku bisa mengatasinya sendiri," jawabnya tegas.     

Tubuh Antoni terlihat sudah sepenuhnya keluar dari mobil. Suara pintu mobil tertutup juga sebagai pengiring kode tersebut.     

Sebagai asisten pribadi yang sudah bertahun-tahun ikut dengan Antoni, ia juga tidak mau melihat tuannya terluka hingga tak berdaya beberapa hari di atas ranjang. Ia sekarang perlu lebih waspada untuk menjaga tuannya.     

Lelaki itu terlihat menselancarkan jari di atas layar ponselnya, ia tidak sempat untuk memanggil salah satu dari mereka dengan menggunakan panggilan darurat.     

Pesan terkirim.     

Informasi yang muncul.tersebut membuat senyum simpul samar terlukis, dan dengan cwpat ia segera menyusul Antoni yang sudah turun lebih dulu.     

"Ke mana Tuan Antoni?" gumamnya saat mengetahui jalan setapak itu sepi dari lalu lalang dari beberapa masyarakat setempat.     

Ia tahu, hari ini jalanan begitu becek karena genanangan air hujan dan aspal hitam yang basah membuat mereka enggan keluar.     

Tapi, kenapa bisa sesepi ini? Dan hal tersebut tak pernah terjadi sebelumnya. Antoni memang selalu berpesan untuk parkir mobil sedikit jauh dari jalanan rumah sakit Anita. Karean tuannya tidak mau sampai ada seseorang yang curiga pada mereka berdua.     

"Astaga, aku telat! Tidak mungkin tuan Antoni sudah berada di sana dterlwbig dulu." Ulangnya sembari memijat kening yang telah bergelombang tebal. Kecemasan semakin menjadi saat manik hitamnya menemukan sobekan kain kemeja dari Antoni.     

Lelaki itu membungkukkan tubuh, mengambil kian tersebut. Dan melekatkan pandangan pada benda tersebut, ia mengangguk dan perlahan memandang sebuah mobil hitam mewah baru saja melaju.     

"Boss, ada apa?" Suara hentakan beberapa sepatu yang berhenti di belakang tubuh asisten pribadi Antoni membuat jemari yang sedaritadi hanya menyentuh dengan pelan, menjadi menggegam erat.     

"Kejar mobil berplat .... jangan sampai lolos! Dia telah menculik tuan Antoni. CEPAT!"     

Satu perintah itu membuat beberapa lelaki yang berada di belakangnya dengan cepat berlari ke arah mobil yang tadi mengantarkan mereka di tempat ini.     

"Baik, Boss!"     

Sedangkan di sisi lain, di perusahaan Delon. Rachel dinuqt kesal dengan wanita yang kemarin telah membuat mooad suaminya buruk, kini gerak tubuh itu seakan ingin lebih dekat dengan suaminya.     

Rachel hanya bisa melirik tajam dari pembatas ruangan mereka. Keren, wanita itu seakan tidak tahu apa pun tentang kontrak yang sedang mereka jalani.     

Padahal perusahaan wanita itulah yang lebih dulu mengajukan proses pembuatan janji kerja sama.     

"Tuan Delon saya benar-benar tidak paham, kenapa perusahaan Anda menginginkan pembuatan pusat air mancur di titik ini? Bukankah itu akan menganggu para pengunjung untuk melihat pemandangan ke dalam hotel?" Wanita itu menunjuk sebuah sketsa yang didesign oleh perusahaan Delon.     

Karen memang sedikit aneh dengan penempatan pembangunan tersebut. Tapi, ia juga tidak mempermasalahkan akan hal ini. Benar apa yang dikatakan sekretaris pribadinya.     

Jika Karen bisa menyingkirkan istri lumpuh Delon, lelaki tampan yang sudah ia incar sejak lama. Mungkin saja seluruh perusahaan maju yang berada di bawah nama Delon akan menjadi sumber kekayaan untuk dirinya yang luar biasa.     

Dan satu hal lagi, para media akan bersorak bangga terhadap dirinya karena telah membuat perusahaannya dan Delon menjadi satu.     

Delon mencodongkan tubuh untuk melihat apa yang telah ditanyakan oleh rekan bisnisnya tersebut, kedua manik hitam bening itu fokus pada arah tunjuk Karen.     

"Karena ini sudah sesuai dengan perjanjian awal. Saat pembangunan terjadi, Anda akan melihat patung tersebut tak akan pernah menghalangi pemandangan para pengunjung ..."     

"Bahkan akan menjadi pusat yang akan menjadi titik pembicaraan. Kami telah memprediksi jarak dan letak, Nona Karen tidak perlu cemas." Lanjut Delon yang membuat Karen mengangguk paham.     

Karen kembali melihat sketsa design, ia tidak mau sampai waktunya habis begitu saja berdekatan dengan lelaki tampan itu.     

"Lalu, apa di sisi ini bisa dibuat nama kita berdua Tuan Delon?"     

"Apa bisa?" sambungnya membuat Delon mengerutkan kening.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.