HE ISN'T MYBROTHER

Part Regan Sellyn Kekeh



Part Regan Sellyn Kekeh

0Sellyn begitu senang melihat ruangan suaminya yang begitu luas. Ia tidak pernah membayangkan jika ruangan Regan akan senyaman ini.     

"Sayang, apa yang akan kamu kerjakan? Ruanganmu 'kan nggak sama aku. Ruanganmu ada di luar," ucap Regan yang berada di samping kursi kebesarannya yang sedang diduduki Sellyn.     

Sellyn melebarkan mata mendengar perkataan suaminya. Ia pikir ruangan Sellyn seperti Rachel, bisa berdua bersama dengan suaminya.     

"Kamu sengaja ya?" tuduh Sellyn mendongak ke arah Regan.     

Kening Regan berkerut menanggapi pertanyaan Sellyn. Bagaimana bisa istrinya bertanya seperti itu padanya. Ketika dia datang bekerja tiba-tiba saja Regan tidak tahu.     

"Kamu kenapa mau bekerja? Kamu nggak percaya padaku?" tanya Regan menelisik.     

Regan sudah bisa menebak pemikiran istrinya yang kemarin selalu menuduh dirinya seperti itu.     

"Kata siapa? Nggak, tuh!" kilah Sellyn yang langsung membuang wajah ke sembarang arah, tanpa mau mengatakan kejujuran yang sebenarnya.     

Regan menghela napas dalam. Ia mengulurkan tangan untuk menggegam tangan Sellyn, membawanya untuk beralih ke arah sofa di depan meja kerjanya. Tak lupa ia mengunci pintu terlebih dulu untuk mengunci pintu.     

"Kamu duduk di sana," kata Regan yang diangguki Sellyn paham.     

Sellyn sudah berada di sana. Ia tidak tahu apa yang akan ditanyakan suaminya. Ia hanya mengarahakan bola mata hitam legamnya ke seluruh arah.     

Regan mendekatkan tubuhnya di samping istrinya. Tangan kekar itu telah melingkar indah di pinggang Sellyn.     

"Kamu curiga sama siapa? Aku benar-benar lembur kemarin, Sayang. Apa kamu masih nggak percaya?" tanya Regan sekali lagi, ia mengambil punggung tangan istrinya untuk diarahkan di depan bibirnya.     

Sellyn menoleh ke arah lelaki berkaca mata itu. Ia tidak mungkin mengatakan dirinya yang takut jika Regan akan mengulangi bermain dengan wanita di luar sana. Mengingat Sellyn sudah mempunyai anak, ia takut jika Regan akan bosan dengan dirinya.     

Sellyn menggeleng. "Nggak ada. Aku hanya mau bekerja aja, emang nggak boleh?"     

Regan meletakkan buku tangan Sellyn di atas rahang tegasnya, mengusap lembut di sana.     

"Bukan seperti itu, Sayang. Aku senang kamu di sini, aku bahkan menjadi sangat bersemangat. Tapi, kalau kamu curiga sama aku, lebih baik kamu nggak usah bekerja."     

Perkataan Regan membuat Sellyn melepas tangan kekar dari suaminya. Ia tidak habis pikir dengan Regan, kenapa sedaritadi seperti lelaki itu tak mau dirinya bekerja di sana.     

"Oke, aku mau pulang ... kalau Abang nggak mau aku di sini," balas Sellyn yang langsung mendirikan tubuh. Melangkah begitu saja melewati tubuh lelaki berkaca mata itu.     

Sellyn sudah tidak peduli. Wajahnya juga tidak terlalu jelek untuk bisa mendapatkam lelaki yang lebih tampan dari Regan.     

"Aku pulang ke rumah mama. Kamu nggak usah jemput aku!" ujar perempuan cantik itu yang langsung merampas tas jinjingnya di atas meja kerja Regan.     

Regan menarik kasar rambut hitam legamnya, ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk membuat istrinya paham jika dunia kerja tidak cocok untuk Sellyn yang tak pernah bisa sabar.     

"Ini kenapa pintu dikunci segala?" protes Sellyn saat ia menarik gagang kunci, dan hasilnya masih tetap sama.     

Regan bangkit dari duduknya. Ia mau tidak mau harus mengalah kali ini untuk membuat istrinya tidak marah lagi padanya dan memilih untuk pulang ke rumah mama mertuanya.     

Dan jika hal tersebut itu terjadi ia sudah pastikan akan disalahkan kembali oleh mama mertuanya karena tidak menjaga Sellyn.     

"Kenapa buru-buru, Sayang? Katanya mau di sini? Hari kerjamu mulai besok ... bukan sekarang. Jadi, sekarang kita bisa bermesraan dulu," bisik Regan dengan tangan yang sudah melingkar indah di pnggang ramping Sellyn kembali.     

Sellyn yang mendengar perkataan Regan langsung memutar tubuh, menyenderkan punggung kecilnya di balik pintu.     

"Tapi, kenapa aku nggak bisa kerja di dalam ruangan ini?" tanya Sellyn yang masih penasaran.     

Regan memasukkan wajahnya ke dalam leher istrinya. Rasanya beban lelah itu perlahan menghilang saat senderan ternyaman telah berada di sini.     

"Rachel berbeda, Sayang. Delon tidak mau ada karyawan yang mencoba merendahkan istrnya. Dan juga, lelaki itu juga tidak mau sampai istrinya dilirik oleh karyawan lelaki," jawab Regan sesuai dengan kenyataan.     

Mengingat secantik apa visual Rachel sehingga membuat Delon selalu saja possesif dengan menjaga Rachel di belakangnya. Meski, kedua kaki Rachel lumpuh itu tidak memungkinkan jika tidak ada lelaki yang tidak melirik ke arah perempuan cantik itu.     

Sellyn mengusap kepala belakang suaminya dengan lembut. Ia tahu lelaki itu sangat kelelahan akhir-akhir ini, beruntung ada Rachel yang ikut membantu tugas suaminya.     

"Maaf, Abang," lirih Sellyn yang membuat pelukan itu semakin erat saja. Regan bahkan tidak mau seinci pun jauh dari Sellyn.     

"Aku tahu kamu sangat cinta padaku, Sayang. Aku bersumpah aku sangat setia denganmu," tanggap lelaki berkaca mata bening itu.     

Sellyn semakin memasukkan kepala suaminya ke dalam pelukannya seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.     

Regan mengurai pelukannya, ia mendongak dengan kaca mata yang telah kendor di bawah tulang hidung mancungnya.     

"Jangan di sini, Sayang ...." Lelaki itu menggendong tubuh Sellyn mengarahkan langkah pastinya kembali ke arah sofa abu-abunya.     

Perlahan tubuh ramping itu ia letakkan di atas sana. Sellyn yang sudah sangat lama tidak perlakukan seromantis ini membuat hatinya berbunga, wajah putih itu juga telah berbuah warna.     

"Kamu selalu pulang malam, Bang. Kita jarang seperti ini lagi," celoteh Sellyn saat Regan sudah melepas kemejanya. Lalu, meletakkan di sisi sofa yang kosong di sana.     

"Kamu rindu aku 'kan Sayang?" tanya Regan yang langsung diangguki lemah Sellyn.     

Regan perlahan melepaskan blezzer istrinya. Dan perlahan menidurkan perempuan cantik itu di sana.     

"Kamu kalau di sini jangan genit dengan karyawan cowok, Sayang. Aku ngga mau lihat kamu digoda mereka," ujar Regan yang perlahan mulai menurunkan resleting dari baju depan Sellyn.     

"Kamu mau apa, Abang?" tanya curiga Sellyn saat mendapati bra putihnya sudah dinaikkan oleh lelaki tampan itu.     

Regan melebarkan senyum sumringahnya mendengar pertanyaan sang istri. Ia sudah lama tidak menjadi anak bayi semenjak pekerjaan dan beberapa proyek didapatkan oleh perusahaan Delon.     

"Aku mau ini ... Sayang, sudah lama." Regan menunjuk ke arah dua bukit besar yang sudah menyembul, menantang untuk Regan mainkan.     

Sellyn mengangkat kepala dan mengarahkan fokus ke arah pintu kantor ruangan suaminya. Ia ragu untuk menuruti permintaan sang suami.     

"Kalau ada karyawan datang gimana, Abang?" Sellyn mulai mengembalikkan bra-nya. Tapi, Regan mencegah.     

"Nggak ada, Sayang ..." bujuk Regan yang perlahan meletakkan dua tangan Sellyn di atas kepala. Bibir tebal itu memagut lembut bibir tipis Sellyn dengan memburu.     

Regan sangat merindukan istrinya, ia tidak memungkiri Sellyn adalah candu yang tak bisa ia hilangkan darinya. Sellyn sudah tak bisa tergantikan oleh wanita lain.     

"Kita harus nyari sensasi yang berbeda Sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.