HE ISN'T MYBROTHER

Kerinduan Nathan dan Nefa



Kerinduan Nathan dan Nefa

0Delon dikejar oleh waktu. Lelaki itu masih saja berlari dari ruangan paling ujung sampai ke ujung lagi demi menjadapatkan keberadaan Antoni.     

Delon juga tidak tahu pemilik suara itu siapa. Bahkan ia juga tak pernah merasakan melakukan kontak fisik terhadap lelaki misterius tersebut saat ia memberikan perlawanan.     

"Di mana dia ... kenapa seluruh ruangan berisikan ruang kosong? Apa lelaki itu sudah gila?" Monolog Delon sesaat ia mendorong gagang pintu di ruangan terakhir.     

Ia tidak menemukan keberadaan Antoni di mana pun. Sepertinya lelaki misterius itu sudah tahu jika pencariannya akan sia-sia. Melihat tidak ada seorang pun yang mengejarnya.     

"Brengsek! Dia mempermainkanku!" umpatnya yang langsung melangkah ke arah anak tangga. Menuruni satu persatu dengan mata memicing tajam meski ia penerangan masih sama seperti tadi.     

Kedua mata Delon dibuat terpaksa melebar kembali. Mendapati tak ada seoarang pun di lantai bawah, di mana dirinya sempat mendirikan tubuh di sana.     

Pandangannya menyebar ke segala arah. Ia tak pernah melewatkan sedetik pun gerakkan yang lewat di depan pantulan manik hitam matanya.     

Akan tetapi, hingga detik ini Delon tidak melihat apa pun yang bergerak di ruangan ini atau beberapa ruangan yang tak jauh dari jarak dirinya berdiri.     

"Aku dijebak lelaki itu ternyata. Lihat siapa yang akan terjebak dengan permainannya sendiri," gumam Delon bergerak untuk semakin maju ke arah ruangan yang mang terlihat begitu gelap.     

Cat yang menyaput dinding permukaan rumah megah ini tak juah beda dengan isi di dalamnya yang dapat membuat siapa pun meremang.     

Delon semakin dekat dengan ruangan gelap itu, ia memiringkan kepala si saat sebuah jemari tangan terlihat menyempil. Seperti seseorang yang sedang bersembunyi.     

Hembusan napas pelan mengiri langkah Delon, ia berharap jemari itu memang milik seseorang dari salah satu anak buah lelaki misterius itu. Meski hanya berupa siluet. Ia yakin itu adalah jemari manusia.     

"Apakah ada orang di si-ni ...." Delon melongok dan ternyata ia dikejutkan dengan sebuah manekin yang tiba-tiba terjatuh di bawahnya. Anggota tubuh manekin itu terjatuh berantakkan. Delon begitu terkejut saat ia melihat wajah itu dipasang foto wajah istrinya yang disilang dengan warna merah.     

Delon menggeleng tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia pikir permusuhan di antara dirinya dan Antoni telah selesai, maka permusuhan juga telah berakhir.     

Dan untuk permasalahannya dengan Rian ia pikir ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena Hernandes sudah menanganinya.     

Lalu, siapakah lelaki dalam kegelapan itu? Kenapa dia juga memburu Rachel?     

"KAU SIAPAA!? KATAKAN SEKARANG! JANGAN PERNAH KAU MENYENTUH KELUARGAKU!" teriak Delon begitu kencang seraya melepas foto istrinya dari wajah menekin tersebut.     

Suara teriakan Delon menguasai seluruh sudut ruangan megah itu. Tapi, sama sekali tidak ada jawaban apa pun untuk menjawab rasa penasaran Delon.     

Akhirnya Delon kembali memutuskan untuk kembali melangkah. Ia seperti sedang bermain sebuah permainan yang akan berakhir pada kematian jika salah melangkah, atau bahkan foto Rachel adalah sebagai pertanda jika istrinya kembali menjadi sasaran orang-orang yang tidak menyukai Delon.     

Ini tidak boleh terjadi. Delon tak akan membiarkan tubuh istrinya tersentuh oleh apapun.     

Sedangkan jam tangan yang menjadi penghubung antara Delon dan Regan sedaritadi terus saja memunculkan cahaya merah yang artinya seseorang yang berada di sana ingin segera panggilannya diangkat.     

Pandangan Delon sedikit melirik ke arah jam tangannya. Dengan sekali sentuh saja suara berisik dari sinyal terdengar lirih di earphone yang sudah dipasang di telinga Delon sedari awal.     

"Aku sepertinya sedang dikurung oleh lelaki pemilik rumah ini," kata Delon di sela langkah yang berlanjut.     

Kedua mata elangnya memperhatikan setiap sudut yang diterangi lampu temaram. Hanya desiran udara dingin menyentuh kulit Delon yang terbuka.     

"Lalu, apa lagi yang kau lihat Boss? Aku akan memanggil jet pribadi di atas rumah ini. Kau bisa berkeliling terlebih dulu untuk menemukan jalan keluar," jawab Regan yang juga sedang mengarahkan anak buahnya untuk mengelilingi rumah misterius itu.     

"Heem. Aku akan mencari pintu keluar. Kau harus tetap 'stand by' di tempat, jika aku berada dalam kondisi darurat. Dan kau tidak ada ... aku janji akan mencarikan suami baru untuk istrimu," ancam Delon yang membuat kedua mata Regan membulat sempurna.     

"Enaaak aja! Cuma gue yang paling tampan bagi istri gue!" sahut Regan tak terima. Percakapan itu adalah percapakan terakhir di antara mereka. Setelah Delon memutuskan panggilan di antara mereka.     

Delon menyentuh dinding rumah itu yang begitu dingin. Seakan hawa panas rumah dan dinding itu tak bisa menyatu.     

Tidak terasa kaki panjang Delon sudah sampai ke dalam sebuah tangga yang mengarahkan ke arah sebuah ruangan bawah. Ia pikir lantai bawah ini adalah lantai yang sudah tak bisa terhubung oleh apa pun.     

"Ruang apa ini? Apakah Antoni ada di sana?" Monolog Delon yang melangkahkan kaki itu untuk menuruni anak tangga yang begitu aneh.     

Di sisi lain, ada seseorang yang sedang mantau di sebuah ruang kontrol memandang gerak gerik Delon dengan seringai puas di bibirnya.     

"Apa yang akan ditemukan dia di sana?"     

***     

"Sayang, jangan menangis terus. Papa akan segera pulang nanti. Tapi, 'kan papa sekarang sedang bekerja ... nggak bisa pulang pergi dong," jelas Rachel kepaa sang putri dalam pelukannya.     

Sedangkan Nathan masih setia di depqn Rachel dengan membawa ponsel Rachel. Jari kecil itu terlihat sedang berusaha menghubungi Delon. Tapi, berkali-kali suara ciri khas ponsel dimatikan membuat wajah tampan itu murung.     

Rachel benar-benar tidak tega dengan kerinduan kedua anaknya. Ini sudah hari ketujuh, di mana Delon pergi ke luar Negeri paling lama daripada terdahulu.     

"Tapi, Nefa kangen papa, Ma. Kenapa papa nggak telpon Nefa? Apa papa sudah lupa dengan Nefa?" celotehnya membuat Rachel memeluk tubuh kecil itu erat.     

Kecupan sayang tak lupa Rachel berikan untuk meredam rasa rindu Nefa yang memang tidak pernah lepas dari suaminya.     

"Papa tentu sangat rindu dengan Nefa dan Kakak. Bahkan papa sudah berjanji membelikan kalian mainan dan kita akan pergi liburan bersama bukan? Jadi, kita harus menunggu papa ... dan ingat pesan papa. Jangan pernah mau diajak oleh orang asing," sahutnya kembali dengan penuh pengertian.     

Sebenarnya Rachel juga begitu cemas dengan keadaan suaminya yang berasal sana. Ia merasa tidak tenang karena formasi mereka kurang. Ia hanya bisa berdoa jika penyelamatan sumianya dan Regan membuahkan hasil.     

Rachel hanya ingin melihat Antoni bersatu dengan Anita. Ia yakin mereka adalah jodoh yang tertunda karena sebuah dendam. Dan dendam itulah yang akan dilebur oleh cinta dari Antoni.     

"Kita pergi bertemu papa bagaimana, Ma? Nathan tahu kok arahnya," ucap Nathan benar-benar membuat kedua manik mata coklat Rachel melebar sempurna.     

"Bagaimana mungkin kamu bisa tahu, Sayang."     

"Nathan tahu, Ma." Nathan masih memaksa kepintarannya. Namun, untuk Rachel.jelas itu begitu mustahil. Mengingat umur Nathan yang masih enam tahun yang hanya tahu belajar dan bermain.     

"Tidak, Nathan hanya perlu belajar di rumah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.