HE ISN'T MYBROTHER

Kenikmatan Rian dan Abella



Kenikmatan Rian dan Abella

0Abella masih terus memberontak di saat tengkuknya dipaksa untuk semakin menikmati permaianan Rian yang harus tertunda tadi malam.     

Tapi, yang jelas kekuatan Abella jauh berbeda dengan kekuatan yang dimiliki Rian. Apalagi dirinya baru saja terbangun dan merasakan berbagai sentuhan yang begitu aneh membuatnya lebih panas dari saat itu.     

"Le-lepas!" Pagutan itu akhirnya bisa terlepas di saat Rian mengaduh merasakan bibirnya terluka karena Abella mengigitnya.     

"Kau gila hah? Dari mana kau belajar menggit seperti itu?" keluh Rian reflek melepaskan tangannya dari dada Abella dan langsung menyentuh luka yang telah mengeluarkan darah.     

Abella mendorong dada bidang Rian yang masih terbalut baju tidur. Ia berniat untuk bangkit dari duduknya dan menekan tombol yang tepat berada di atas kepala Abella.     

Bel tersebut langsung tersambung dengan alarm yang berada di kamar Venni.     

Biasanya Abella menekan bell itu hanya meminta tolong Venni untuk membantu dirinya naik kursi roda dan mengarahkan ke kamar mandi.     

Tapi, kali ini Abella ingin meminta tolong sahabatnya untuk bisa menyelamatkan dirinya dari Rian.     

Untuk saat ini Abella belum siap menyerahkan keperawanannya untuk Rian. Ia memang menginginkan anak, namun bukan sekarang.     

"Kamu tidak bisa pergi, Nona Abella," ucap lelaki tampan itu yang membuat kedua mata Abella membulat saat mengarahkan pandangannya pada tangan Rian yang sudah mencegah Abella untuk menekan bell tersebut.     

Dagu Abella ia majukan, menatap berkilat pada sosok lelaki yang sama sekali tidak membenci Abella meski bibir telah ia buat terluka.     

"Karena kita harus melanjutkan kegagalan tadi malam. Aku ingin segera memiliki anak darimu, Nona ... agar aku bisa mendapatkan sesuai yang kaujanjikan," kilah Rian yang sesungguhnya tidak berpikiran ke arah perjanjian mereka.     

Rian memang murni ingin memiliki Abella seutuhnya. Bahkan ia tidak berniat memberikan bibit unggulnya agar perjanjian mereka tidak cepat berakhir.     

Dada Abella begitu sesak saat mendengar ucapan Rian. Tatapan tajam itu berubah melemah. Sekarang Abella terasa terjerumus ke dalam manik hitam legam lelaki tampan di depannya.     

'Apa ini semua hanya karena anak saja? Apa dia tidak ingin bersama denganku lebih lama?' batin Abella yang sudah tidak menggegam erat kepalan buku tangan.     

"Kenapa? Kamu sudah mulai sadar dengan perjanjianmu itu?" tanya Rian yang berpikir jika Abella melupakan perjanjiannya. Dan sekarang wanita cantik itu telah berubah pikiran.     

Abella mengangguk. Memang sebaiknya dia melakukan semua ini sekarang agar tidak ada lagi hubungan antara dirinya dan Rian.     

'Toh' nantinya anak itu tidak akan pernah diakui Rian sebagai anak biologisnya. Biarkan anak Abella yang akan menggantikan dirinya mengurus Hernandes.     

"Apa itu kamu mengatakan iya?" tambah Rian kembali. Dan Abella lagi-lagi mengangguk. Jawaban itu akhirnya mengundang senyum simpul Rian yang begitu memesona.     

Tangan Rian terulur untuk membelai pipi putih nan halus sehalus susuwanita cantik di depannya.     

"Aku akan bermain dengan lembut. Kamu hanya perlu mendesah dengan indah saja, dan aku tidak akan meminta apa pun, jika kamu tidak bisa."     

Kalimat itu seakan sebagai kalimat pembukaan yang begitu menggoda membelai telinga Abella. Dan entah sejak kapan, bibir Rian telah meraup bibirnya.     

Rian mencoba memberi pagutan dengan begitu lembut dan penuh perasaan sedangkan kedua tangannya sudah mulai melepaskan kancing baju tidur istrinya, hingga terlepas dan dibuangnya sembarang.     

Permaianan Rian sudah semakin memanas saat ia melihat dua bukit besar terpapang menantang di depan mata. Sedangkan di atasnya masih ada bra Abella yang tadi ia lepaskan dengan diam-diam.     

"Buka bibirmu, dan coba balas ciumanku," kata Rian yang tahu jika istrinya tidak pernah melakukan h tersebut kepada lelaki lain. Di sisi lain tangan lelaki itu sudah melempar bra yang tadi telah berada di tangannya.     

Abella menatap lekat bola mata Rian. Ia tahu untuk melakukan apa yang telah dikatakan lelaki itu. Tapi, ia melihat kepala Rian mengangguk.     

Dan tiba-tiba leher jenjang Abella mendongak merasakan getaran hebat di dadanya. Ia merasakan tangan Rian sudah melakukan gerakkan di sana. Bibir Abella sontak terbuka dan Rian tidak mau kehilngan kesempatan emas itu.     

Seluruh tubuh atas telah menjadi sasaran Rian yang sepertinya begitu bersemangat dengan tubuh Abella. Dan saat wanita cantik itu mulai membalas sesuai dengan arahan Rian.     

Lelaki itu justru lebih berkuasa atas hisapan dan pagutan yang membuat seluruh darah Abella berdesir.     

Bibir tebal itu telah berjalan membasahi leher putih Abella remasan dan usapan tak bisa wanita itu hindarkan dari kepala belakang Rian. Dan hal tersebut membuat gairah Rian semakin menggelora seperti air mendidih.     

Desahan tak sudah tak bisa terhindarkan dari mulut Abella yang ternganga dengan mata memejam. Tubuhnya kembali tersentak saat Rian mempermainkan puncak sensitifnya yang mencuat mengeras.     

"Aaghh... a-apa yang kamu lakukn?" tanya Abella yang semakin tak mengerti dengan tubuhnya. Seluruh tulang luluh lantak hanya karena pemanasan seperti ini.     

"Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Rian disela aktivitasnya. Dan semakin menyesap hingga membuat Abella meremas kuat rambut belakang Rian.     

Abella mengangguk dengan pasrah. Ia memang suka saat sentuhan Rian berada di sana. Dan ia ingin lebih dari ini.     

"Kamu sudah basah, Nona. Kita lakukan sekarang ya?" Izin Rian saat jemarinya sudah bermain di bagian inti Abella. "Jangan takut ... seperti kataku tadi," sambungnya.     

Untuk kedua kalinya. Abella tidak tahu sejak kapan celana panjangnya sudah tidak lagi bertengger di sana. Dan sekarang ia benar-benar polos tanpa sehelai benang pun.     

"Kamu sangat cantik, Nona ..." puji Rian disaat penetrasi itu mulai masuk dengan perlahan membuat tubuh Abella terlonjak terkejut saat merasakan ada bagian yang sobek begitu sakit.     

Linangan air mata itu tak bisa lagi terhindar dari sudut mata wanita cantik. Rian yang melihat linangan air mata langsung mengecupnya dengan lembut di setiap lelehan yang membasahi pipi putih itu.     

"Ini hanya sementara, nanti pasti Nona akan merasakan nikmat," lirih Rian langsung meraup bibir tipis kesukannya dengan ganas saat merasakan miliknya begitu tercengkram milik Abella yang tak pernah ia rasakan dengan wanita sebelumnya.     

Gerakkan pinggul lelaki tampan itu perlahan bergerak, ia ingin sekali memacu kecepatannya, namun mengingat ini kali pertama untuk wanita itu maka Rian pun tak tega melakukan hal tersebut.     

Abella mulai menormalkan napasnya merasakan pagutannya sudah cukup baik membalas segala hisapan yang dilakukan suaminya. Sedangkan di bawah sana, ia juga sudah merasakan kenyamanan meski sedikit perih.     

"Lakukanlah," kata Abella yang membuat Rian menghentikan pagutannya.     

Dan mengangkat kepala meletakan fokus di kedua manik hitam bulat bening itu. Untuk melihat jawaban itu memang benar dari mulut istrinya.     

"Aku ingin kamu bergerak. Kenapa jadi diam?"     

Rian mengerjapkan mata saat gendang telinganya ternyata benar-benar mendengar kalimat itu.     

"Aaaggh... Ri-Riaan."     

Senyum bahagia tercetak jelas di bibir Rian di saat melihat wajah memerah Abella karena gerakkan pinggul kekarnya sudah tak bisa Rian kendalikan.     

"Aku sepertinya sudah menyukaimu, Nona."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.