HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Kenapa Aneh?



Rachel Kenapa Aneh?

0Kedua petugas itu saling bertatap sama lain. Mereka memang tidak mengetahui siapa Regan. Dan kenapa ada petugas baru? Padahal baru kemarin pihak rumah sakit berkata tidak akan ada petugas baru yang direkrut.     

"Kau bukan petugas baru 'kan?"     

"Benar, dia bukan petugas rumah sakit ini. Aku juga yakin itu!" timpal petugas yang lainnya. Dia langsung menangkap tangan Regan. Mereka tidak mau sampai ada seseorang yang tidak kenal bisa mengeluarkan tahanan mereka dari sini.     

Regan membulatkan mata sempurna. Lelaki itu memang tidak memakai kaca mata. Namun, apakah benar dia aneh menjadi seorang petugas rumah sakit?     

"Lepaskan dia, Pak!" Suara itu membuat kedua petugas tersebut mengalihkan perhatian ke arah pusat suara.     

Tak hanya mereka berdua, Regan pun tak kalah terkejutnya melihat siapa yang mencoba melepaskan tubuhnya dari cengkraman kedua petugas konyol itu.     

"Dia memang petugas di sini yang baru. Aku baru tahu kemarin ... dia juga membantuku membereskan obat untuk kakakku," jelasnya membuat kedua petugas itu melepaskan tubuh Regan.     

Regan menepuk-nepuk seragam perawatnya, ia menatap kesal ke arah mereka berdua. "Dibilangin nggak percaya. Saya bisa lapor ke polisi kalau kalian berdua sedang ingin melecehkan seorang perawat. Mau?" bentak Regan tak terima dan langsung membuat kedua kepala lelaki itu tertunduk.     

Regan berdecih, ia mengalihkan pandangan ke arah sosok wanita yang masih melihatnya penuh arti.     

"Aku akan mengunjungi kakaku, Pak." Wanita kembali berucap setelah persiteruan Regan dan dua petugas itu selesai.     

"Baik, Nona. Jam besuk seperti biasa, harap jangan melewati batas. Kami akan memeriksa tubuh Nona terlebih dulu ..."     

"Mohon tunggu sebentar. Saya akan memanggilkan petugas wanita." Lanjutnya. Dan wanita cantik itu mengangguk mengiyakan sebagai balasannya.     

Regan yang sudah selesai diperiksa akhirnya diperbolehkan masuk sebelum tubuh wanita itu. Sebelum masuk ke kamar rawat Anita, Regan sempatkan untuk melirik ke arah wanita tersebut yang sedang diperiksa.     

"Anda seperti biasa. Bisa menemui kakak Anda, Nona," kata petugas wanita tersebut dengan tersenyum ramah.     

Wanita itu mengangguk dengan membalas senyum yang tak kalah ramah. "Baiklah, Terima kasih. Aku akan ke dalam terlebih dulu."     

Sedangkan Regan begitu tercengang melihat kondisi Anita yang tidak semakin membaik, justru semakin seperti seorang yang begitu frustasi. Kantung hitam di bawah kelopak mata membuat Regan meneguk kasar ludahnya.     

Apalagi tubuh kurus yang bergetar meringkuk dengan tangan tertali sungguh membuat siapa pun merasa iba.     

"Kau di sini disuruh Antoni atau Delon?"     

Pertanyaan itu membuat Regan berjengit. Ia hampir saja berteriak karena suara itu seperti sebuah bisikan di sebuah film-film horor yang biasanya Regan tonton.     

"Kau bisa menyebut namaku terlebih dulu. Tidak perlu mengejutkanku seperti itu," celoteh Regan yang kesal.     

Regan mengusap-ngusap dada bidangnya yang masih berdetak begitu cepat tak beraturan. Namun, wanita cantik itu justru membalas dengan berdecak. Dia berjalan ke arah Anita yang sedang menatap ke arah tembok tanpa berkedip.     

"Kak, aku datang. Apa kamu sudah merasa baik?" tanya Anin seraya membenarkan anak rambut Anita yang menutupi wajah.     

Anita terlihat hanya menggerakkan bola matanya ke arah Anin. Sedangkan Anin masih menatap saudara kembarnya dengan penuh kasih sayang.     

"Kak, lihat di sana ... kita kedatangan tamu. Apa kamu mengenal dia?" tanya Anin menunjuk ke arah Regan hang melambai ke arah Anita dengan senyum lebar canggungnya.     

Anita juga mengikuti arah tunjuk saudara kembarnya, dan tiba-tiba air mata Anita meluruh begitu saja dari pelupuk mata. Dan hal tersebut membuat Anin mengerutkan kening, tidak biasanya Anita menangis.     

"Kenpa Anita?" tanya Regan yang juga bingung. Ini kali pertama ia melihat kembali wanita yang begitu pandai dalam memainkan senjata, kini tengah berbaring tak berdaya di sana. Sungguh ironi yang tak pernah Regan bayangkan sama sekali.     

"Kau bisa cek 'kan? Bukannya kau petugas rumah sakit?" ledek Anin seraya memicingkan mata ke arah Regan.     

Suara tawa ringan menggema di ruangan itu. Ia tidak mungkin menceritakan bagaimana ia mendapatkan seragam ini kan?     

Bisa-bisa Anin tidak akan pernah tidur semalam suntuk. Karena kolor yang dipakai Regan pun juga tertukar oleh petugas aslinya. Sungguh menggelikan memang.     

Anin berdecakendapati tawa yang keluar dari mulut Regan. Ia pun kembali memutar kepala ke arah Anita yang juga belum mau mengeluarkan suara.     

"Kak, bicaralah. Jangan seperti ini terus ... aku ingin melihatmu seperti biasanya. Tertawa dan marah padaku, aku ingin itu. Apa kau tidak bisa menurutinya?" kata Anin dengan suara yang putus asa.     

Anin setiap hari pulang pergi hanya untuk bisa menemani Anita. Beruntung sekarang kekasihnya sudah pulih, Max sudah bisa ia tinggal dan dijaga oleh perawat. Sehingga ia tidak sampai terlalu lelah mengurus Max dan Anita dalam satu waktu.     

"Ke-kenapa dia di sini?" Suara terbata Anita begitu lirih, namun bisa didengar oleh Anin dan Regan yang masih bingung harus melakukan apa di sini. Karena tugasnya hanya melihat bagaimana keadaan Anita saat ini saja.     

Anin menoleh ke arah Regan, lalu mengangguk. Kode itu membuat lelaki jangkung tersebut membulatkan mata. Sebenarnya ia memang semula tidak paham kode tersebut. Tapi, mengingat pertanyaan Anita. Regan jadi ikut melangkah ke arah wanita malang itu.     

"Aku Regan ... tentu kau masih mengingatku bukan?"     

"Eh, bukan perkenalan. Maksudku, aku di sini ingin memberitahumu bahwa kakak pertamamu mencoba membunuh Antoni," imbuh Regan yang membuat Anin melebarkan mata tak percaya.     

Sedangkan Anita hanya merespon dengan tubuh yang semakin bergetar.     

"A-pa k-kau maksudmu kak Key?"     

***     

Sedangkan di tempat lain Rachel sedang merutuki ponselnya yang habis daya setelah dibuat main oleh kedua anaknya dengan berebut. Sungguh menyedihkan di saat pertanyaan penting Delon belum sempat Rachel jawab.     

"Lo kenapa, Chel? Gue udah dapet kabar dari abang kalau minggu-minggu ini suami lo sama suami gue pulang," kata Sellyn dengan begitu antusias.     

Sellyn senang jika Regan dan Delon baik-baik saja. Namun, jika keadaan tidak seperti ininlun Sellyn akan tetap menerima meski sedih. Karena ini semua sudah menjadi tuntutan pekerjaan Rega. Seperti apa yang telah dikatakan suaminya dulu.     

"Tadi, 'kan ada kak Aster ke sini ... jadi suami gue kayak marah gitu," jawab Rachel dengan nada hampir menangis.     

Sellyn menautkan kedua alisnya mendengar jawaban dari Rachel yang terdengar seperti anak kecil yang takut dimarahi orang tuanya.     

"Kenapa memang? 'kan ada gue di sana juga. Nggak masalah, nanti gue yang jelasin," tanggap perempuan genit itu seraya mengacungkan jari kempolnya ke arah Rachel.     

Namun, anehanya Rachel justru menangis tersedu-sedu. Tak berapa lama isakan itu begitu kentara di telinga Sellyn yang sudah menutup dengan kedua tangannya seketika.     

"Lo kenapa lagi sih? Kan gue udah bantu lo nanti. Suami lo yang galak itu nggak akan marah gue jamin." Ulang Sellyn dengan penuh keyakinan. Ia pikir itu hanya efek.dari beberapa minggu merek berpisah saja.     

Rachel menggeleng dengan Isak tangis yang belum reda.     

"Gue mau makan bakso yang pedes. Nyarinya di mana?"     

"Hah!? BAKSO!?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.