HE ISN'T MYBROTHER

Hadiah Untuk Antoni



Hadiah Untuk Antoni

0"Apa kau bisa ceritakan bagaimana bisa dia menangkap Antoni. Padahal aku tak pernah mengatakan apa pun pada kak Key, bahkan aku tidak tahu kalau dia di sini," ungkap Anin.     

Anin dan Regan sedang berada di kantin rumah sakit yang merawat Anita setelah Anita kembali bereaksi saat mendengar kematian Key, kakak angkat Anita dan Anin.     

Regan sedikit merasa bersalah mengatakan hal ini kepada Anita. Ia pikir keadaan wanita itu sudah membaik, tapi ternyata kondisi mental Anita masih tetap sama. Hanya kondisi emosinya yang sudah sedikit membaik sejak Anin merawat Anita. Hanya hal itu yang Regan tau dari para perawat.     

"Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa menangkap Antoni ... yang kutahu hanya Key sudah menyiksa Antoni dengan berbagai alat yang dia punya hingga saat ini Antoni masih menjalani beberapa operasi untuk luka-luka itu," jelas Regan membuat wanita cantik itu menunduk terdiam, tidak lama ia mengangkat jus yang tadi dipesannya.     

Jus itu diminumnya hingga tandas setengah gelas. Sekarang tatapan penuh arti itu terangkat dengan sedikit keyakinan. Ia tidak tahu jika tindakan Key akan separah ini sampai membuat Antoni dan Delon masuk rumah sakit.     

"Aku sudah lama mengetahui jika kak Key mempunyai sikap yang Aneh. Pamanku juga seperti itu, tapi dia tidak pernah menyakiti siapa pun. Terkadang Anita juga melihat kak Key ataupun pamanku yang telah meninggal melakukan hal aeh, menyakiti dirinya sendiri dan beberapa hal lain ..."     

"Sedangkan kak Key memilih seseorang yang telah dibayar menjadi objek kepuasannya. Setelah semua itu diketahui orang rumah, kak Key diusir dan kami memang tidak pernah lagi saling berhubungan." Lanjut Anin yang menjelaskan dengan begitu rinci.     

Regan membulatkan mata saat mendengar informasi tersebut keluar dari mulut Anin. Ia kira justru keterbalikkan dari semua yang dikatakan Anin.     

"Lalu bagaimana dengan kematian kakakmu ... apa kau akan menuntut Delon sebagai pelakunya?" tanya Regan menelisik. Mengingat Key yang memang mempunyai hubungan keluarga dengan Anin, meski mereka tidak sekandung.     

Anin kembali meneguk minumannya. Kemudian gelengan kepala adalah jawabannya. Key sudah terlalu banyak menyakiti semua orang, mungkin ini adalah akhir dari segala kejahatan kakaknya.     

"Aku tidak akan. Aku akan mengurus kematian kak Key dengan Max," balasnya.     

"Baiklah ... terima kasih untuk kebaikanmu."     

***     

Di tempat lain Antoni sudah perlahan membuka mata, ia sedikit melihat cahaya yang begitu menyilaukan. Namun, ia paksakan untuk kembali membuka mata. Di sana Antoni melihat seorang lelaki yang sedang berdiri di depan pantulan mata hitam legamnya.     

"Selamat malam, Tuan Antoni ...."     

Suara itu begitu jelas terdengar di gendang telinga Antoni. Bahkan, sosok bayangan itu juga semakin jelas.     

"Kau di sini?" tanya Antoni tanpa alasan. Karena ia sudah mengetahui perjanjiannya dengan Anin telah diterima wanita itu sebelum ia masuk ke dalam rumah sakit atas desakkan Delon.     

"Tuan Antoni saya sudah bertahun-tahun bekerja dengan Anda. Dan jelas saya berada di sini," tanggapnya dengan hormat.     

Tubuh Antoni yang masih begitu lemas hanya bisa merespon dengan kerutan di wajah tampan itu. Ia sungguh tak mengerti bagaimana jalan pemikiran asisten pribadi Antoni. Dirinya sudah tak lagi memiliki apa pun. Namun, ia tidak terlalu memperdulikan itu semua karena impiannya hanyalah ingin hidup bersama dengan Anita.     

"Aku sudah tidak mempunyai uang sepeser pun. Lalu bagaimana kau bisa bekerja denganku, kau memiliki keluarga. Sebaiknya kau mencari pekerjaan yang lain," jawab Antoni mencoba memaksa sang asisten pribadinya untuk memikirkan keluarga yang masih ditanggung.     

Kedua bola mata hitam itu mengedar ke seluruh sudut ruangan yang kini menjadi tempatnya sementara beristirahat. Bahkan Antoni tidak tahu bagaimana membayar biaya rumah sakit ini. Jika melihat dari kondisi ruang kamar rawat ini yang begitu besar dengan fasilitas yang lengkap, pastilah sangat mahal.     

"Tuan Antoni tenanglah. Saya juga memikirkan keluarga saya. Tapi, saya sudah tepat memilih Tuan Antoni. Anda memang sudah kehilangan semuanya, dan beberapa anak buah juga memilih untuk pergi dan ada beberapa yang bertahan ... mereka sama seperti saya," jelasnya panjang lebar.     

Antoni tidak tahu lagi harus membalas dengan kalimat yang seperti apa. Karena ia juga terharu dengan kesetian para bawahannya. Sedangkan di sisi lain keungan Antoni memang sedang sangat terpuruk.     

"Lakukan sesukamu. Aku hanya ingin mengatakan jika aku sudah tidak lagi kaya, bahkan aku sudah tidak memiliki rumah."     

Sekretaris Antoni yang mendengar perkataan lelaki itu langsung memajukan langkah, menyerahkan sebuah map merah yang sedaritadi telah ia pegang hingga menunggu kesadaran itu benar-benar terlihat pada tuannya.     

Kedua alis hitam tebal Antoni bertaut saat fokusnya beralih pada benda yang berada di depan matanya, bversiap untuk diterima Antoni.     

"Tuan Antoni tolong bacalah, ini adalah hadiah dari sahabat Anda," tambahnya lagi yang semakin membuat kening lelaki tampan itu bergelombang tebal.     

"Sahabat ... sahabat yang mana yang kau maksud? Aku hanya memiliki satu sahabat saja dan itu—"     

"Ambillah dulu, Tuan. Saya tidak bisa mengatakan sahabat yang mana. Tapi, ini memang hadiah darinya," tanggapnya dengan cepat. Senyum simpul lebar itu telah bersemi di sana. Ia ingin melihat wajah tuannya kembali berseri, meski apa yang akan mulai tidak sebesar yang tuannya miliki dulu.     

Antoni menurut. Ia menerima apa yang telah disodorkan padanya saat ini, kedua tangan yang masih lemah itu mencoba untuk membuka perlahan. Lembar pertama cukup membuat Antoni membulatkan mata, ia kembali menaikkan pandangan ke arah asisten pribadinya yang masih tersenyum simpul ke arahnya.     

"Lanjutkan saja, Tuan Antoni."     

Lelaki tampan itu kembali menurunkan fokus ke arah deretan kalimat yang benar-benar membuat bola mata hitamnya bergetar. Ia tidak menyangka jika Tuhan dan kehidupan masih memberinya kesempatan kedua.     

"Bagaimana bisa ... ini semua ...." Antoni tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Hatinya begitu lemah saat mengetahui ini semua adalah pemberian dari sahabatnya. Sahabat yang selalu ia sakiti tanpa rasa kasihan sama sekali.     

Beruntung, kebodohan itu tidak membawanya ke dalam takdir penyesalan yang akan benar-benar membuat Antoni tak berhak menjalani seluruh kehidupan ini.     

"Benar, Tuan Antoni. Tuan Delon telah mengalihkan nama atas nama Anda. Beliau menyampaikan pesan, jika dirinya tidak bisa menghadiahi apa pun saat ulang tahun Anda saat dulu. Dan di hari ulang tahun Tuan Antoni besok ..."     

"Tuan Delon menghadiahi sebuah cabang perusahaan baru itu, hanya sebuah hadiah saja. Karena Anda mengatakan ingin memulai dari Negara ini, maka dari itu tuan Delon memberi cabang perusahaan itu yang telah akan diresmikan dua bulan lagi," jelasnya dengan panjang lebar kembali.     

Antoni memeluk berkas map map merah itu dengan erat. Ia tidak tahu lagi bagaiamana caranya membalas kebaikan Delon padanya. Sungguh ia seperti seorang manusia yang begitu berdosa mengingat wkatu dulu.     

"Apa aku sekarang bisa menghubungi Delon?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.