HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Pulang



Jangan Pulang

0"Kak, kamu ngapain sih? Ini di dalam mobil ... kamu nggak mungkin ...." Kalimat Rachel terputus saat melihat wajah tampan suaminya kembali semakin mendekat.     

"Memang kenapa kalau di dalam mobil? Aku sudah lama tidak melakukan kunjungan, Sayang. Aku juga sudah membuat mereka tidak mendengar suara kita. Jadi ... boleh kan?"     

Pertengahan atau permintaan itu membuat Rachel memutar pandangan ke arah depan ragu, seraya perlahan mengendurkan tangan saat akan kembali mengacingkan baju depannya.     

"Janji, nggak lam—" Belum sempat Rachel mengeluarkan jawabannya, Delon sudah membukanya dengan pagutan memburu. Bahkan tubuh ramping itu juga telah berada di pangkuan Delon.     

Rachel terbawa suasana sentuhan cinta dari suaminya. Setiap apa yang Delon sentuh membuat darah Rachel berdesir hingga ke kepala. Hisapan dan lumatan yang mereka lakukan sekarang adalah buah dari rindu yang menggebu-gebu yang mereka tahan.     

Tangan Delon dengan cekatan membuang baju Rachel ke samping hingga menyisakan bra hitam itu juga telah tanggal tanpa sang empu sadari.     

Delon berkali-kali meneguk ludahnya dengan sulit saat melihat dua bukit besar yang begitu indah terpapang jelas di pantulan matanya. Sudah empat bulan ini ia tidak pernah bisa tenang saat gairah menyerang benak Delon, hanya karena memikirkan wajah istrinya saja.     

Kepala perempuan cantik itu mendongak tegang saat ia merasakan hisapan pada puncak sensitifnya yang selalu merindukan ulah jahil bibir sang suami.     

"Kak," lirih Rachel saat ia merasakan kedua miliknya telah penuh dengan lima jari besar yang begitu membuat gairahnya juga sudah tertahan lagi. Tapi, Delon masih saja menyiksanya dengan pemanasan seperti ini.     

Lelaki tampan itu bergantian selalu berpindah-pindah untuk menggoda istrinya yang sudah berada di ujung hasrat ingin segera ia tuntaskan.     

"K-kak u-udah ..." rengek Rachel seraya menarik kasar rambut hitam Delon untuk melampiaskan sesuatu yang sudah terlalu basah di bawah sana.     

Rachel bergerak tak beraturan di atas pangkuan Delon, ia benar-benar sudah merasa begitu kepanasan karena berbagai serangan yang dilakukan Delon padanya.     

"Kenapa kamu tidak bisa duduk tenang, hm?" tanya Delon saat ia sudah mengakhiri permainanya seraya melirik jarum jam di tangannya tanpa Rachel sadari.     

Wajah perempuan cantik itu telah berubah memerah seperti kepiting rebus. Lidahnya ingin mengatakan sejujurnya, tapi ia benar-bemar malu untuk mengatakan yang sejujurnya, jika ia menginginkan 'itu' sekarang.     

Delon masih menaikan sudut bibirnya menanti jawaban sang istri. Bahkan sekarang ia sengaja menggerakkan milik mereka untuk membuat perempuan cantik itu memekik manja.     

"Sayang, kamu mau apa?" tanya Delon berpura-pura tidak tahu. Ia merasakan pelukan tangan di lehernya semakin menguat saja. Apalagi gigitan pada bibir itu membuat Delon ingin sekali menyerang, tapi ia ingin melihat sejauh apa istrinya bisa menahan.     

Pandangan Rachel semakin berkabut gairah. Peluh dingin telah memenuhi kening kecilnya, bahkan dadanya begitu sesak menahan hawa panas gairah yang sudah terlanjur menyebar.     

Tapi, sepertinya ia memang sedang dikerjai oleh lelaki yang berada di depannya. Wajah itu terlihat menyeringai menunggu permintaan dari mulut Rachel.     

"A-aku mau ambil baju."     

Jawaban itu membuat Delon melebarkan mata. Jawaban Rachel sungguh di luar harapannya. Delon mengerjap tak percaya saat seluruh sentuhannya sudah membuat gairahnya dan gairah Rachel memuncak, perempuan itu justru tidak sepemikiran dengan Delon.     

"Sayang, kamu yakin?" tanya Delon saat ia menyergah tangan itu untuk mengambil pakaiannya.     

Rachel mengangkat kedua alisnya. Tiba-tiba tangan itu melepaskan begitu saja cengkraman pada kain bajunya. Bibir Delon telah diraup tak kalah menggebunya dari Delon tadi.     

Delon yang tadi terkejut mulai membalas dengan penuh semangat. Senyum itu mengembang kembali, ia pikir produksinya hanya akan menjadi 'odol' semata.     

"Kamu jangan pernah mengerjaiku lagi. Kalau aku sampai nggak mau, aku suruh kamu tidur di ruang tamu," bisik Rachel saat ia menghentikan sementara pagutannya. Kini ia mulai menyerang kembali, tak membiarkan Delon membalas perkataannya.     

Desahan mereka menyatu menjadi satu ketika lelaki tampan itu sudah tak bisa menahan saat melakukan penetrasi ke dalam inti istrinya. Sungguh membuat Delon lupa jika mereka sedang berada di dalam mobil.     

Pinggul Rachel tak henti-hentinya bergerak melakukan beberapa gerakkan yang selalu disukai lelaki itu. Bibir Delon selalu menjadi tempat menyalurkan desah. Pagutan hebat berkali-kali bersambung dan terlepas saat Delon juga mengimbangi gerakkan mereka tak kalah cepat.     

"Euggh... K-Kak ...." Lenguhan panjang terdengar begitu merdu di telinga Delon. Begitu pun dirinya yang juga telah hampir mendekati puncak kenikmatan surga dunia yang telah ia tahan begitu lama.     

Gerakkan pinggul Delon semakin cepat. Ia tak peduli Regan ataupun Sellyn merasakan atau tidak getaran yang terjadi antara dirinya dan Rachel. Tapi, lenguhan tak tertahan itu telah membuat semangat Delon kembali.     

Napas mereka berdua tersengal. Senyum puas telah mereka kembangkan dengan begitu lebar. Rachel menjatuhkan kepala di sela leher tegas suaminya dengan mesra. Peluh yang dirasakan pipi Rachel tidak menghalangi pelukan erat yang tengah mereka lakukan.     

"Terima kasih, Istriku. Nanti malam aku tidak akan membiarkanmu tidur dengan nyenyak. Kamu dengarkan, Sayang?" bisik Delon seraya memberi kecupan menggoda di telinga Rachel.     

Rachel terpekik geli saat merasakan sentuhan bibir itu. "Enggak janji," jawabnya.     

"Aku nggak butuh janji sayangnya."     

Setelah melakukan perjalanan yang begitu panjang. Rachel dan Delon akhirnya sudah sampai di halaman rumahnya. Begitu pun Sellyn dan Regan.     

Sellyn terlihat masih sibuk mengejar Regan yang merajuk untuk menjelaskan permasalahan tadi. Beruntung putri mereka tidak berada di rumah Rachel. Jika gadis kecil itu tahu kelakuhan kedua orang tuanya pasti akan menggeleng tak percaya.     

"Abang, dengar dulu dong! Aku pergi sama Kelvin nih, kalau Abang masih nyuekin aku," ancam Sellyn yang berdiri di ambang pintu tanpa mau mengejar Regan yang sudah berjalan lebih dulu ke dalam.     

Lelaki berkaca mata itu memang mengayun langkah. Tapi, saat mendengar ancaman Sellyn ia pune kembali memutar langkah kembali ke luar.     

Rachel ingin menghampiri Sellyn yang terlihat murung dan ingin berjalan ke arah mobil kembali. Namun, tangannya tiba-tiba tercekal oleh tangan Delon yang memperlihatkan gelengan kepala.     

"Regan tidak akan rela mendengar ancaman itu. Percaya padaku," kata Delon yang masih mendapat tatapan ragu pada manik coklat istrinya. Ia tahu siapa Regan, lelaki itu sudah tak bisa lagi pergi atau membiarkan Sellyn meninggalkan hubungan mereka.     

Sellym menendang batu di setiap langkahnya. Di sana sudah ada supir Rachel yang membungkukkan tubuh hormat, menyambut kedatangan Sellyn untuk ia antar pulang seperti biasa.     

"Sekarang, Nyonya?" tanya Pak Yono. Tapi, jika melihat hari masih begitu cerah. Sepertinya sahabat majikannya itu tak pernah pulang dalam waktu seperti ini.     

Sellyn mengangguk lemah. Memang mau apa lagi dia ke rumah Rachel ketika Delon sudah ada di rumah? Tugasnya menemani sahabatnya juga sudah usai. Regan ... nama itu membuat kepalanya kembali tertunduk.     

"Pul—"     

"Jangan pulang dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.