HE ISN'T MYBROTHER

Kamu Selingkuh Dariku?



Kamu Selingkuh Dariku?

0"Papa, bangun! Sudah pagi!" teriakan itu membuat kedua kelopak mata yang masih begitu berat terbuka akhirnya memilih sedikit menyipit karena desakkan suara pada gendang telinga.     

"Bangun dong, kenapa malah tidur lagi? Ayo lari pagi Papa!" tambahnya lagi membuat wajah Delon kembali menenggelamkan wajah tampannya pada bantal empuk itu.     

Rachel menggeleng kepala mendapati suaminya masih sama saja seperti dulu tak ingin mengorbankan hari liburnya hanya sekedar lari pagi.     

Ia juga heran kenapa tubuh Delon masih saja begitu kekar meski lelaki itu jarang sekali berolah raga.     

"Sayang Nanthan ... Nefa, ayo kita lari pagi bertiga saja. Tapi, Nefa sudah kuat lari?" tanya Rachel saat tubuh itu sudah berada di samping ranjangnya.     

Di sana sudah ada Nathan dan Nefa yang sedang terduduk di samping tubuh Delon yang masih belum mau bergerak kembali.     

Nefa mengangguk dengan senyum yang mengembang. "Sudah, Mama. Apa nanti ada om Aster lagi?"     

Pertanyaan Nefa sontak membuat seluruh orang berjengit saat mendapati tubuh Delon bangkit dengan tiba-tiba.     

"Di mana ada lelaki itu? Berani-beraninya dia mengganggu istri orang!" berang Delon yang masih mengingat terakhir kalinya ia menelpon Rachel, perempuan itu rela mematikan panggilan mereka hanya karena lelaki yang bernama Aster.     

Nathan dan Nefa tertawa terbahak melihat Delon yang hanya memakai celana pendek hitam ketat dengan baju putih polos itu berdiri dengan begitu percaya diri seperti salah satu tokoh Super Hero.     

"Kak, duduk! Malu ih," seru Rachel yang merasa kedua anaknya tidak layak melihat penampilan Delon pagi ini.     

Delon memutar pandangan ke arah pusat suara, kemudian ia arahkan pada suara cekikkan yang masih terdengar hingga sekarang.     

"Nefa jangan lihat! Kakak lupa!" Nathan langsung menutup kedua mata Nefa meski gadis kecil itu memberontak.     

Delon langsung mendudukkan tubuh dengan kasar, dan mengambil celana panjang yang sempat ia buang karena merasa kegerahan tadi malam.     

"Maafkan, Papa. Kalian mau ke mana?" Delon mendekatkan diri ke arah kedua anaknya.     

Nathan yang merasa kondisi sudah terkendali, ia pun melepas tangannya dari kedua kelopak mata adiknya.     

Nefa kembali membuka matanya perlahan, ia yang merasa sudah begitu sehat karena kehadiran Delon langsung memeluk tubuh kekar itu dengan erat seakan tak membiarkan Delon kembali jauh darinya.     

"Papa Nefa kangen. Papa tadi malam datang ke mimpi Nefa, terus gendong Nefa," katanya dengan lirih.     

Delon mengusap kepala belakang kecil putrinya lembut. Kecupan tak lupa ia berikan pada gadis kecil itu yang berhasil membuat Delon menyesali kepergiannya yang begitu lama hingga membuat putrinya sakit.     

"Benarkah? Papa senang kalau Papa ada di mimpi Nefa," balas Delon seraya melirik ke arah Rachel yang sedang mengusap buliran air mata haru.     

Lengkungan senyum itu ia berikan pada sang suami dengan kepala mengangguk.     

"Papa tidak akan pergi lagi 'kan? Kata Kakak Papa sudah pulang dan tidak akan pergi lagi. Benar 'kan kata Kakak Pa?" tuntut Nefa kembali saat kedua manik coklat bening itu menatap penuh harap ke arah Delon.     

Apalagi sang putra yang ikut mengulum bibir, menahan sedih saat jawaban itu belum juga dilontarkan Delon. Kedua anak Delon sepertinya tidak pernah menginginkan dirinya mengambil pekerjaan di luar Negeri.     

Delon masih mengusap lengan tangan kecil putrinya lembut, sebelum bibir itu terbuka.     

Beruntung Delon telah memberikan cabang perusahaan kepada Antoni untuk membuat sahabatnya memulai kembali perjalanan hidupnya dengan lebih baik.     

"Papa tidak akan pergi lagi. Papa janji, ini yang terakhir kalinya. Apa kedua anak Papa ini merindukan Papa?"     

Jawaban Delon jelas membuat Nathan juga menghambur ke dalam pelukan Delon. Kepala kecil itu tergulai rindu pada sosok yang selalu mereka rindukan setiap saat.     

"Sangat rindu Papa. Papa tidak boleh pergi lagi ... Nathan tidak bisa menenangkan Nefa kalau menangis manggil Papa. Mama juga bingung karena Nefa cengeng ...."     

"Kakak!" seru kesal Nefa tidak terima. Perkataan Kakak dan Adik itu membuat Delon dan Rachel saling tertawa.     

"Sudah-sudah, ayo kita lari pagi. Nefa ayo Mama gendong, dan Nathan jalan sendiri oke?" ucap Rachel mengulurkan kedua tangannya ke arah tubuh kecil Nefa.     

Nathan mengangguk sembari memukul-mukul dada kecilnya dengan gagah.     

"Jelas dong, Ma! Nathan 'kan anak laki-laki. Malu kalau digendong, apalagi Nathan sudah besar," jawab Nathan yang membuat Rachel mengangguk-angguk percaya saja.     

Nathan memang tidak pernah suka dikatakan sebagai bocah kecil, meski usianya sama sekali masih begitu muda.     

"Baiklah lelaki besar, ayo ikut Mama. Kita tunggu Papa di bawah. Jangan sampai Om Aster datang lagi," tambah perempuan cantik itu menggandeng tangan kecil Nathan dengan menekan kalimat terakhir agar Delon tetap ikut.     

Setelah melihat kepergian istri dan kedua anaknya, Delon bergegas untuk berlari ke arah kamar mandi dengan kekuatan super sonik tiruan versi lelaki tampan itu.     

"Tidak akan kubiarkan lelaki jelek itu menggantikan posisiku di samping Rachel apalagi sebagai Papa kedua anakku. TIDAK AKAN!"     

***     

Sedangkan di sisi lain, Ragen masih bingung dengan balasan dari istrinya tadi malam. Sampai pagi mereka sama-sama terlelap dalam kelelahan.     

Sellyn memeluk tubuh kekar itu dengan manja seakan di antara mereka sudah saling memaafkan, padahal menurut Regan ini belum selesai.     

"Sayang, bangun. Kenapa kamu nggak bangun-bangun? Kita belum membicarakan jawabanmu tadi malam ..."     

"Katamu kamu membenciku? Tapi, kenapa kamu memelukku?" tambah Regan yang tak bisa tidur nyenyak.     

Sellym hanya bergumam dengan kelopak mata yang memejam, hembusan napas hangat menerpa kulit leher Regan hingga membuat lelaki itu memejam mata menahan gejolak gairah di pagi ini.     

"Sellyn bangun! Kamu harus menjawab dulu, baru boleh tidur lagi. Atau aku tinggal di sini?" Ulang Regan disertai ancaman itu membuat kelopak mata Sellyn terbuka perlahan, meski rasa kantuk masih begitu tega menyerang dirinya.     

Sellyn menengadahkan wajahny, kecupan lembut ia berikan pada bibir sang suami dengan menerbitkan senyum manisnya.     

"Pagi, Abang ... baru kemarin aku lihat yang aku peluk guling, ternyata sekarang dada berotot."     

Perkataan Sellyn sungguh membuat kepala Regan menggeleng. Otak istrinya masih sama seperti awal ia menemukan Sellyn sedang mabuk.     

"Jawab dulu. Apa kamu sudah menyuk—"     

"Sudah," jawab Sellyn dengan cepat. Karena Sellyn pikir Regan sedang menanyakan cintanya pagi ini.     

"Sudah berapa lama, apa selama aku pergi?" tanya Regan kembali dengan menggeram. Ia tidak menyangka jika jawaban Sellyn begitu berbeda dari tadi malam yang seakan begitu mencintai dirinya.     

Sellyn meletakkan tangan di depan dada bidang Regan berniat untuk membuka kancing baju tidur itu hingga tuntas.     

"Lama banget. Sebelum Abang pergi 'kan—" Sellyn terkejut saat tangannya dicekal oleh tangan Regan. Lalu tatapan tajam itu membuat detak jantung Sellyn berhentim seketika.     

"Jadi sudah lama itu kamu berhubungan dengan lelaki itu?"     

Sellyn meneguk ludahnya kasar. Ia tidak mengerti dengan perkataan lelaki yang berada di depannya.     

"Kamu selingkuh di belakangku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.