HE ISN'T MYBROTHER

Teman Baru Nefa?



Teman Baru Nefa?

0"Kak, ini gimana? Kenapa kamu malah diem aja sih?" sungut Rachel pada suaminya.     

Delon juga bingung harus melakukan apa. Jika musuhnya ia gampang saja tinggal mengarahkan senjata pada musuhnya.     

Tapi, saat ini ....     

"Aku mau main! Gantian dong!"     

"Nggak mau! Ini udah aku dulu yang main. Kamu 'kan di sana!" sahut seorang anak laki-laki seumuran dengan Nefa.     

Nefa sudah menarik ujung baju bocah itu sekali lagi. Setelah tadi Rachel telah melerai Nefa yang hampir membuat bocah itu terjatuh. Kini perbuatan akan dilakukannya lagi.     

"Hei, stop! Kamu merusak bajuku!" pekik bocah laki-laki itu yang merasa terganggu dengan kedatangan Nefa.     

"Makanya minggir, gantian. Ini memang punya kamu? Nggak kan?" sahut Nefa tak kalah menyeru dengan nada berani.     

Sedangkan para orang tua hanya bisa menatap dengan sesekali mencegah jika perebutan mereka hampir membuat salah satu dari mereka terkuka. Kedua bocah manis itu masih saling beetentang argumen.     

Nefa memberi tatapan sinis. Sedangkan bocah laki-laki itu nampah tak acuh pada keberadaan Nefa.     

"Tuli kamu?" seloroh Nefa membuat kedua mata Rachel membulat seraya membukam mulut putrinya dengan cepat.     

"Nefa nggak boleh bicara kasar," kata Rachel yang masih tidak mendapat balasan dari gadis kecil itu. Sedangkan Rachel langsung menatap seraya menundukkan kepala ke arah dua orang yang sedang berdiri di samping Delon seraya mengulum tawa.     

"Maaf atas perlakuan kasar putri kamu, Tuan dan Nyonya. Saya sungguh menyesal ," ucap Rache kembali membungkukkan tubuh.     

Kedua orang yang terlihat begitu tua dari Rachel, dan mungkin seumuran dengan Delon itu semakin tidak menahan tawa mereka berdua melihat putra tunggal mereka kesal.     

"Tidak masalah, Nyonya. Kami berdua memaklumi mereka yang masih begitu kecil. Tapi, saya senang bisa melihat wajah putra saya kesal. Karena dia selalu saja susah diajak keluar rumah."     

"Bermain seperti ini saja harus saya yang memaksa. Setelah mau, eh... dia dapat teman baru." Lanjutnya membuat tawa kecil kembali terdengar.     

"Benarkah, saya benar-benar merasa bersalah, Nyonya."     

Rachel mengulas senyum simpul canggung. Pandangan itu kembali ke arah bocah laki-laki.yang masih juga dipandang sinis oleh Nefa.     

"Kalau boleh tahu, putri cantik Nyonya bernama siapa?" tanya kembali.     

"Nefandra Jeeicho, Tante," jawab Nefa sendiri. Hal tersebut membuat wanita cantik dengan kaca mata hitam terpasang di atas kepala itu menurunkan tingginya, mendekati tubuh Nefa.     

Kedua tangan kecil itu telah berada digenggaman tangannya, lalu diarahkan di kedua pipi putihnya. "Namanya sangat cantik, secantik pemiliknya. Nefa mau berteman dengan putra Tante?"     

"Mama!" pekik sang putra wanita itu yang tidak mau berurusan lagi deng gadis kecil bar-bar seperti Nefa.     

Nefa mengalihkan pandangan ke arah bocah laki-laki yang baru saja mengeluarkan penolakan tegasnya.     

"Nggak mau. Putra Tante memang tampan, tapi Nefa nggak suka cowok nakal," jawabnya yang lagi-lagi membuat wanita yang sedang terduduk berjongkok di depan Nefa menoleh ke arah suaminya.     

"Nefa Sayang nggak boleh seperti itu," sanggah Rachel lagi.     

Delon merasa anaknya terlalu menuruni sifat sang istri yang begitu susah untuk mengakui kesalahan. Delon yang masih berswa dengan lamuanannya. Tiba-tiba suara berat yang tidak menunjukkan kedinginan seperti layaknya dirinya memecahkan lamuanan itu.     

"Putrinya sangat manis, Tuan. Apa kalian selalu bersama di sini?" tanyanya yang membuat Delon memutar kepala.     

"Memang manis, tapi sangat keras kepala. Tolong maafkan sifat putri saya," ucap Delon yang merasa tidak enak juga. Karena memang Nefa duluan yang memulai perselisiham tersebut.     

"Tidak, tidak. Jangan seperti itu. Mereka masih anak-anak dan belum tahu mana yang benar dan mana yang salah. Apa yang mereka lakukan sangat terlihat lucu. Anda beruntung mendapatkan putri secantik itu," sahutnya.     

Delon mengangguk mengiyakan kenyataan yang memang benar begitu adanya. Ia memang sungguh beruntung mendapatkan kedua anaknya dengan kemampuan dan sifat yang berbeda.     

"Lalu siapakah yang berada di depan Tuan Delon? Apakah anak pertama Tuan?"     

Pertanyaan itu membuat anak dan papa saling berpandang. Nathan menengadah sedangkan Delon menurunkan pandangan seraya mengecup pucuk kepala Nathan.     

"Benar, Tuan. Dia adalah saudara kembar dari Nefa. Nathan Jeeicho namanya. Nathan lahir lebih dulu lima menit dari adiknya," jelas Delon yang tidak seperti biasnya ia ingin menjelaskan secara detail tentang hubungan antara Nathan dan Nefa.     

Lelaki berusia sepntaran dengan Delon itu pun mengangguk. Ia melangkah ke arah putranya yanga masih terduduk di atas mainan yang sedang diperebutkan.     

"Perkenalkan, dia Andrew Danesh, putra kami. Usianya masih enam tahun, tapi sifat pendiamnya sungguh membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa," jelanya membuat Rachel dan Delon saling pandang dan mengangguk.     

"Udah nih, pakai aja. Aku udah bosan."     

"Pa, Ma Andrew mau pulang." Lanjutnya yang sudah berdiri tepat di hadapan lelaki yang bocah laki-laki itu panggil 'papa.'     

Tangan Andrew telah masuk ke dalam genggaman tangan lelaki dewasa itu seraya menari-narik hingga mau tidak mau lelaki itu harus pamit kepada teman baru mereka.     

"Tuan, Nyonya ... kami permisi dulu. Sepertinya Andrew sudah ingin pulang, maaf telah membuat nona kecil Nefa kesal. Maafkan Andrew ya Nefa," ucap wanita yang tadi berjongkokk di depan tubuh Nefa. Kini dia telah berdiri di samping sang putra.     

"Tidak perlu minta maaf, Ma. Dia yang salah. Jangan datang ke taman ini lagi. Andrew nggak suka," sahutnya sarkas membuat tubuh kecil musuhnya berjalan dengan napas memburu ke arah sang pemilik kalimat yang telah membuat hatinya bertambah kesal.     

"Siapa yang nyuruh kamu datang ke sini? Rumahku ada di dekat taman ini. Berarti ini tamanku!"     

Nefa berkaca pinggang di depan Andrew yang sedang menatapnya lekat. Keberanian Nefa cukup mengundang Andrew untuk semakin membuat gadis kecil bermata coklat madu itu kesal.     

"Kata siapa? Jangan sok tahu! Kamu saja tidak jisa menggeserku dari sana. Kenapa sekarang kamu ngaku-ngaki ini tamanmu?"     

"Ma, Pa besok kita ke sini lagi."     

Orang tuan Nefa dan Andrews saling menatap tanpa membuka mulut. Perdebatan mereka layaknya seorang lelaki dan perempuan remaja. Padahal umur mereka baru saja memasuki enam tahun.     

"Nefa, minta maaf. Terus cepat pulang!" sahut Nathan yang merasa tubuhnya kegerahan karena keringat yang sudah bercucuran di tubuh kecil itu.     

Nefa yang mendengar suara Nathan pun langsung membalikkan tubuh menurut, tapi tanpa meminta maaf dan tak lupa memberi tatapan berkilat pada Andrew.     

"Kami pulang dulu, Tuan ... Nyonya," ucap Rachel yang disertai membungkukkan tubuh bersama dengan Delon.     

Andrew mendongak setelah melihat rombongan Rachel pergi. "Kenapa kita nggak pulang duluan, padahal tadi Andrew yang minta duluan. Tapi, gadis kecil tidak tahu sopan santun itu yang malah pergi," celotehnya.     

Pucuk kepala Andrew telah berantakkan karena teracak oleh tangan besar yang telah mendarat di sana.     

"Karena kamu masih ingin melihat gadis cantik itu. Benar bukan Andrew?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.