HE ISN'T MYBROTHER

Ketika Cinta Adalah Penantian



Ketika Cinta Adalah Penantian

0Delon bingung dengan istrinya yang sekarang terlihat murung dan ada apa dengan wanita yang wajahnya tidak terlalu jelas karena menggunakan masker itu. Sebenarnya mereka ada hubungan apa?     

"Sayang ini sudah waktunya makan siang. Kamu mau makan siang di luar?" bujuk Delon yang berharap jika istrinya mau keluar dengan dirinya.     

Biasanya Rachel akan mau jika Delon ajak ke sebuah restoran meskipun perempuan cantik itu begitu sibuk. Soal makan Rachel tak pernah melewatkan waktu sama sekali, karena ia tahu jika dirinya sakit itu akan membuat pekerjaan semakin sulit.     

Rachel mengangkat kepala, menatap manik hitam yang sedang menatapnya lekat. "Kita makan di dalam sini saja, Kak. Aku tidak mau bertemu dengan dia," katanya dan semakin membuat kerut di kening Delon menebal.     

Delon mengulurkan tangan, dan disambut Rachel dengan kebiasaan mereka yang selalu bersama.     

"Boleh, kita pesan dan makan di sini. Tapi ...." Lelaki tampan itu sengaja menjeda kalimatnya, hingga tubuh mereka terduduk di atas sofa panjang ruangan Delon. "Kamu cerita, wanita itu siapa? Kenapa kamu menghindarinya. Kamu percaya padaku kan?"     

Delon memiringkan wajah untuk melihat wajah ragu sang istri yang mengangguk mengiyakan permintaannya.     

"Kamu punya aku, Sayang. Aku tidak pernah sedetik pun ingin meninggalkanmu," lirih Delon saat tubuh ramping itu telah berada di dalam pelukannya.     

Rachel menenggelamkan wajahnya di dalam dada bidang Delon. Tangis lirih begitu terdengar di gendang telinga Delon meski Rachel mengatakan dirinya tidak apa-apa.     

Delon mengusap lembut punggung istrinya. Dan akibat usapan tersenut Rachel semakin tak terkendali menahan emosi yang bergejolak dalam relung hatinya.     

Remasan di kemeja Delon adalah bukti di mana Rachel sedang mengalami masalah yang tak pernah Delon ketahui selama ini. Dan hal tersebut membuat Delon semakin bersalah tidak bisa menjadi suami yang sempurna untuk istrinya.     

"D-dia Monica, Kak. Aku nggak mau ketemu dia," celoteh Rachel di sela Isak tangis yang masih begitu deras. Hingga membuat suara Rachel begitu serak.     

Delon tidak mau berkata dulu sebelum Rachel menuntaskan kalimatnya. Ia tahu jika di antara kedua sahabat itu saling bermusuhan karena kesalah pahaman saat kecelakaan Nino.     

Rachel berbohong! Iya, ia memang berbohong saat kursi rodanya didorong dengan sengaja oleh Karen. Di sana Rachel bukanlah manusia planet yang sendirian tanpa mengenal siapa pun.     

Di sana ada Monica juga. Ia juga begitu terkejut saat mendapati Monica telah terjun di dunia bisnis, dan mungkin saja sedang menggantikan perusahaan keluarga Monica.     

Rachel tersungkur dengan tawa mengejek. Ia menatap ke arah Monica. Rachel ingin meminta tolong kepada sahabatnya itu untuk menolongnya dari perundungan mereka semua. Tapi, apa yang Monica lakukan? Dia juga ikut menertawakan Rachel di sana.     

Hati Rachel begitu sakit. Luka ternganga begitu dalam. Ingin rasanya Rachel berlari dari tempat itu. Tapi, apa daya. Rachel tidak bisa ... kedua kakinya masih begitu lemah, hanya dengan menggerakkan saja.     

"Terus ceritakan semuanya padaku. Aku akan membayar setara dengan pebderitaanmu, Sayang. Aku benci mereka yang hanya menyentuhmu."     

"Apalagi sampai membuatmu menangis. Aku tidak akan pernah membuat mereka melewatkan setiap helaan napas terakhir." Lanjutnya saat mendengar cerita pilu dari sang istri yang begitu menyesakkan dada.     

Rachel masih terisak dalam tangis. Ia benar-benar tak kuasa mengjngat luka yang diberikan oleh Monica. Apa sebegitu besarnya kebencian Monica terhadapnya?     

"Monica dekan tidak mengenalku di sana, Kak. Padahal aku sudah meminta tolong, tapi dia tetap menertawakanku ... aku tidak mau bertemu dengannya," sambung Rachel.dengan nada tercekat.     

Delon mengecup berkali-kali pucuk kepala istrinya. Hati Delon ikut sakit seiring dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata membanjiri wajah pucat itu.     

"Teruslah menangis, Sayang. Jika itu bisa meringankan bebanmu."     

Rachel semakin merekatkan pelukannya di tubuh kekar suaminya. Hanya Delon yang memang selalu ada untuk Rachel di saat apa pun. Sahabat yang ia kira akan menjadi kaki kedua Rachel justru menertawakan kelumpuhan yang dialaminya.     

'Lo jahat, Mon! Lo tega sama gue. Gue harap kita nggak akan ketemu lagi,' ucap batin Rachel.     

***     

Antoni sudah sembuh seminggu lalu. Ia sudah bisa melakukan apa pun sekarang. Mulai dari menyusun beberapa rencana struktur perusahaan hingga membuka beberapa lowongan untuk para karyawan baru. Meski gaji yang ditawarkan Antoni masih begitu kecil dari perusahaan lainnya.     

Sekarang ia ingin menemui Anita. Kemarin ia sudah sempat menemui kekasih hatinya, dan beruntungnya Anita begitu menyambut kedatangan Antoni. Tidak seperti hari-hari yang lalu.     

"Tuan Antoni apa bunga seperti ini tidak masalah?" tanya asisten pribadi Antoni yang merasa ragu atas pembelian bunga sesuai dengan uang yang Antoni milikku saat ini.     

Antoni meraih buket bunga tersebut. Ia melihat hanya ada beberapa tangkai bunga saja yang berada di sana dengan hiasan pita merah. Warna kesukaan Anita.     

Antoni mengulas senyum seraya mengarahkan buket bunga tersebut ke arah bibirnya. Lelaki tampan itu sudah tidak bisa mengganti dengan yang lebih mewah lagi. Karena kondisi keuangan Antoni belum mencukupi.     

"Tidak masalah. Aku yakin Anita bukan wanita yang hanya menilai apa pun dengan uang," kata Antoni saat ia telah melepaskan kecupan di bagian kelopak bunga dengan penuh perasaan.     

Asisten pribadi Antoni mengangguk dengan senyum yang terulas begitu bahagia. Ia senang jika Antoni sudah bisa menemukan kebahagiannya yang hilang.     

"Baiklah, Tuan Antoni mari kita turun. Sepertinya nona Anita sudah menunggu Anda," tanggapnya yang dibalas dengan senyum tampan Antoni.     

Mereka berdua mulai keluar dari mobil yang sudah tak semewah dulu. Bahkan pintu mobil itu saja hpir terlepas dari himpitan baut. Maka dari itu Antoni tak pernah seangkuh dulu untuk keluar dari mobil saja dengan membanting pintu.     

Apa yang dilakukan Antoni sungguh membuat asisten pribadinya mengulum tawa. Antoni benar-benar berubah.     

"Tuan Anda baik-baik saja?" tanyanya hanya ingin memastikan jika seluruh tubuh tuannya baik-baik saja.     

"Tentu. Itu berkat kau juga. Ayo!" ajak Antoni seraya merangkul pundak Antoni seperti lelaki itu memeluk Delon.     

Antoni hanya mengangguk berat dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Mereka mengayun langkah hingga sampai di ruang kamar Anita yang baru. Sekarang wanita itu tidak separah dulu. Anita sudah lebih tenang karena perhatian dari Antoni yang tak pernah putus.     

"Silahkan Tuan Antoni. Anda sungguh calon suami yang sangat perhatian. Tapi, setelah masa penyembuhan, nona Anita akan tetap menjalani sisa penjaranya. Apa Anda yakin untuk menunggu?" tanya salah satu pihak kepolisian yang sedang berjaga di depan kamar Anita.     

Antoni memutar kepala ke arah asisten pribadinya sebelum menjawab pertanyaan tersebut.     

"Aku mencintainya saat aku tidak tahu cinta. Dan saat aku tahu perasaanku padanya, dia sudah menghilang. Kali ini aku sudah menemukannya kembali, tentu aku akan menunggu hingga kapan pun itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.