HE ISN'T MYBROTHER

Kedatangan Seseorang yang Dibenci



Kedatangan Seseorang yang Dibenci

0Antoni tidak bisa mengeluarkan suara. Ia begitu tertegun melihat tubuh ramping itu tertidur pulas dengan mengapit dua buku tangan di bawah telinga kirinya.     

Usapan lembut ia berikan pada pucuk kepala Anita.     

Benar, sekarang Antoni sedang berada di dalam ruang rawat Anita yang baru. Cat putih dominan, terlihat ada fentilasi di atas sana. Membuat Antoni tak berhenti mengulas senyum bahagianya.     

Sesungguhnya Antoni tak pernah rela jika Anita diperlakukan tak selayaknya manusia. Tubuhnya berbaring dengan bergetar, seluruh ruangan tertutup tanpa ada pembiasan cahaya matahari yang masuk. Hal tersebut sangat melukai hati Antoni.     

Namun, ia tidak bisa melakukan apa pun. Semua itu adalah kebijakan yang telah diterapkan di negara tersebut.     

Kedua kelopak mata indah perlahan terjaga. Ia meliha sosok lelaki yang sekarang terduduk berada di pinggaran brankar.     

"Kamu sudah bangun?"     

"Apa merasa ada yang sakit?"     

Pertanyaan beruntun itu ia tunjukkan kepada kekasih hatinya. Ia takut jika Anita merasa tidak nyaman dengan kamar barunya.     

Anita yang sudah tidak lagi diikat, perlahan mengangkat tubuh. Ia mendudukan tubuhnya menghadap tatapan teduh yang selama ini menemani Anita.     

"Kamu di sini?"     

Antoni mengangguk seraya mengusap lembut pipi putih Anita yang terlihat begitu segar.     

"Apa aku boleh memelukmu?" Permintaan itu jelas membuat kedua manik mata hitam Antoni berkaca-kaca. Selama ini ia lah yang mencoba memeluk tubuh itu, tapi Anita selalu saja menolak kehadiran Antoni.     

Dan sekarang keajaiban telah dimulai. Anita menginginkan ia peluk. Jelas, Antoni akan senang hati mengiyakan.     

"Tentu. Kenapa tidak?" Antoni melebarkan kedua tangannya di hadapan Anita yang sudah bergerak cepat untuk masuk ke dalam pelukan Antoni.     

Usapan lembut ia berikan pada kepala belakang Anita. Tak hanya itu, kecupan rindu beberapa tahun ini juga lelaki itu berikan. Dekapan erat itu mampu menyamankan Anita.     

"Apa boleh kamu di sini saja menemaniku, memelukku, dan menceritakan beberapa cerita?" lirihnya yang mampu didengar Antoni.     

"Bisa saja. Tapi, rumah sakit ini punya aturan. Kamu cepatlah sembuh dan kita bisa melakukan itu. Aku janji," balas Antoni yang mendapatkan anggukan dari wanita cantik itu.     

Dua petugas yang berada di sana tak kuasa menahan linangan air mata haru melihat kemesraan yang terjalin di pantulan netra mereka.     

Kisah cinta seorang lelaki yang tak pantang menyerah, meski berkali-kali penolakan dan kata-kata kasar dia terima. Dia terus meyakinkan perasaan sucinya untuk wanita cantik itu. Dan lihat sekarang, mereka bisa menyatukan cinta satu sama lain dengan begitu manis.     

"Apa mereka satu Negara? Sungguh sangat indah penyatuan cinta mereka. Aku sendiri yang melihat lelaki itu selalu bolak balik datang ke sini. Bahkan tidur di tempat duduk pengunjung, sangat romantis."     

Satu lainnya mengangguk. Ia juga mempunyai cerita yang tak kalah sama dengan rekan kerjanya.     

"Aku pun sama. Aku melihat tuan itu selalu datang dengan bunga yang berbeda-beda, meski pada akhirnya bunga itu menjadi hancur. Tapi, tuan tersebut masih membawa setiap hari tanpa lelah," tanggapnya.     

Tak akan bisa menyangka jika seorang Antoni yang bengis dan berperasaan dulu memiliki sisi manis yang memikat seperti ini.     

Bahkan hati yang sudah dipenuhi dendam bertahun-tahun lalu telah menguar karena kehangatan yang telah diberikan Antoni pada Anita.     

"Tapi, aku harus masuk penjara dulu. Bagaimana kalau kamu sudah memeluk wanita lain?" Anita merenggangkan pelukannya. Kepala itu mendongak, menatap manik hitam teduh di depannya.     

Antoni mengulas senyum lembut. Kecupan dalam ia berikan pada kening kecil itu.     

"Asal kamu percaya. Aku tidak akan pernah bersama wanita lain, aku akan menunggumu sampai aku mati. Bagaimana, percaya?"     

Anita menggeleng kepala. Wanita cantik itu kembali masuk ke dalam pelukan Antoni dengan manja.     

"Aku tidak pernah tahu ada lelaki yang setia. Mari kita lihat seberapa setia kamu menungguku."     

Antoni memeluk tubuh Anita dengan gemas. Ia tidak menyangka mendapat balasan dari Anita seperti itu. Mereka berdua saling tertawa geli.     

"Baiklah, calon istriku."     

"Aku senang kamu bisa sudah bisa menerimaku. Apa ini karena bujukkan dua petugas itu?" Antoni memutar kepala ke arah dua petugas yang masih terdengar berbisik.     

Senyum dan anggukan ia berikan pada dua lelaki itu. Begitupula dengan mereka yang merasa tidak enak perbincangan mereka diketahui oleh objek mereka.     

Anita melongok ke arah kedua lelaki di sana. Wanita itu hanya memandang beberapa detik dan langsung kembali masuk ke dalam pelukan Antoni.     

"Aku tidak mengenal mereka. Jangan pergi, aku takut dengan mereka."     

Antoni mengangguk, mengiyakan. Kecupan berkali-kali dideratkan dipucuk kepala kekasih hatinya.     

"Anita ...." panggil Anita yang mendapat jawaban deheman dari wanita cantik itu.     

"Bagaimana kamu bisa menerimaku?" Pertanyaan yang selama ini ia pendam akhirnya Antoni utarakan.     

Antoni tak mungkin percaya jika hanya ketulusan hatinya lah yang membuat Anita mampu memaafkan masa lalu kedua orang tuanya.     

"Anin ... dia sudah menceritakan semuanya padaku. Kamu kehilangan seluruh hartamu untuk meminta maaf padaku. Jadi, aku akan berusaha sembuh dan memperbaiki segalanya di masa depan."     

"Terima kasih telah membantu kami. Aku sungguh frustasi tidak bisa melihat beberapa panti asuhan yang Anin pimpipin hancur dengan keadaan keuangan yang memburuk."     

Penjelasan Anita membuat manik hitam Antoni membulat. Apa katanya tadi ... 'panti asuhan?' jadi, seluruh harta yang ia memiliki untuk membiayai anak yatim piatu?     

"Jadi, Anin mengumpulkan harta itu untuk melakukan itu?"     

***     

"Gue bilang jangan temui gue! Lo tuli?!" berang bernada tinggi yang begitu menggaung di seluruh sudut ruangan.     

"Bawa Nathan dan Nefa masuk. Jangan keluar sampai aku memberi perintah," titah Delon pada wanita paruh baya yang sedang berada di antara mereka.     

"Ba-baik, Tuan Delon."     

"Ayo, Tuan dan Nona Muda ikut Bibi." Lanjutnya menggandeng tangan kedua bocah itu tanpa protes.     

Nathan hanya memutar kepala, melihat mamanya menangis sebelum tubuh itu benar-benar menghilang dari balik tembok besar.     

"Lo yang bilang, lo nggak sudi berteman sama gue. Tolong sekarang lo pergi dari rumah gue!" tambah Rachel dengan menujuk ke arah pintu besar yang tengah melambai menunggu perintah dari sang pemilik.     

Delon menghela napas dalam seraya memeluk kedua bahu bergetar istrinya. Ia tahu jika perempuan cantik itu tengah terluka begitu dalam.     

"Racheel, gue datang bawa buaa ... buah," teriak Sellyn yang baru datang dari ambang pintu bersama dengan Regan di belakangnya. Sudah membawa dua kantung palstik bening di kedua tangan.     

Kedua manik mata Sellyn begitu membulat lebar mendapati suasana begitu tegang. Dan satu hal lagi yang membuat Sellyn terkejut, kedatangan Monica di sini dengan Nino.     

"Kenapa ada mereka berdua?" tanyanya dengan menunjuk tajam ke arah Monica.     

Rachel tak bereaksi. Justru Monica perlahan melangkah maju ke arah Sellyn yang langsung memundurkan langkah, memeluk tubuh kekar Regan.     

"Tolong maafin gue ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.