Gentar Almaliki

Pertarungan yang Tiada Akhir



Pertarungan yang Tiada Akhir

0Meskipun merasa takut dengan kesaktian yang dimiliki oleh Gentar. Namun, Basura sangatlah pandai dalam menyembunyikan perasaannya tersebut.     

"Sungguh tak kusangka kepandaian ilmu bela dirimu sangat luar biasa, Anak muda!" ujar Basura berdecak kagum sambil memandangi wajah Gentar. Kemudian, ia berpaling ke arah Gurawa dan Lasmana yang baru saja dikalahkan oleh Gentar. "Kepandaian kalian hanya berada di ujung bibir kalian saja! Tidak ada yang istimewa bagiku," ucapnya sedikit nyiyir atas kegagalan dua pendekar tersebut yang sangat mudah dijatuhkan oleh pendekar ingusan seperti Gentar.     

Gurawa dan Lasmana yang memang sudah merasa malu dan gusar, ditambah lagi diejek oleh Basura sedemikian rupa, sudah barang tentu kegusarannya semakin meluap.     

Kemudian, Gurawa melangkah ke depan, dan berkata, "Diam kau pendekar tua! Jika kau ingin menjajal ilmu kanuraganmu, maka hadapi aku!" tantang Gurawa sambil mendongakkan kepalanya. Dadanya bergejolak dipenuhi rasa amarah yang meluap-luap.     

"Tidak usah tergesa-gesa! Sebaiknya kalian bereskan saja dulu anak muda itu! Setelah itu, kalian bebas mau bertarung berapa ratus jurus denganku!" sahut Basura sambil tertawa lepas. Sikapnya seakan-akan menyepelekan kekuatan dua Pendekar Harimau Ponti yang ada di hadapannya itu.     

Dengan demikian, Gurawa pun berkata kepada Lasmana, "Lasmana, ayo maju!"     

Demikian juga dengan Warna Aji, ia tidak mau kalah cepat dan segera menyeru kepada para pendekar yang merupakan anak buahnya itu, "Majulah kalian! Kita kepung pendekar itu!"     

Para pendekar yang berjumlah puluhan itu, lantas maju bersama Gurawa dan Lasmana. Serentak mereka mengurung Gentar dengan posisi sangat ketat.     

Pedang dan tombak sudah menjulur ke arah Gentar, mengancam pendekar muda itu yang masih tampak tenang dan tidak merasa takut. Meskipun ia dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan.     

Tombak, pedang, dan senjata tajam lainnya sudah menjulur ke arahnya. Meskipun demikian, ia hanya tersenyum dan bersiap menghadapi puluhan lawannya hanya menggunakan serangan tangan kosong saja.     

Meskipun demikian, Gentar tetap mempertahankan kekuatan tenaga dalam yang ia miliki, dalam jarak beberapa tombak saja. Ia sudah membentengi dirinya dengan kekuatan tenaga dalam tersebut, sehingga tidak akan mudah untuk ditembus oleh lawan-lawannya.     

Para pendekar itu, kini telah bersatu. masing dari mereka telah berbaris sambil bersiaga. Para pendekar itu berdiri di segala arah mengitari Gentar yang berada di tengah lingkaran.     

Gurawa, Lasmana, dan Wana Aji terus mengamati gerak-gerik Gentar. Kemudian mengerahkan kekuatan tenaga mereka untuk memastikan dan menjaga Gentar agar tidak lolos dari kepungan.     

"Majulah kau, Anak muda!" bentak Gurawa.     

Namun, Gentar diam saja. Ia tidak mengindahkan perkataan dari Gurawa, sikap Gentar masih tetap tenang dan belum bereaksi apa-apa.     

Melihat sikap para pendekar tersebut yang bertindak semena-mena. Basura hanya tersenyum-senyum sambil berdesis, "Ini adalah sebuah lelucon besar, dan merupakan sebuah perilaku buruk di dalam dunia persilatan selama puluhan tahun aku baru menyaksikan hal seperti ini. Sungguh memalukan, mereka telah mengeroyok anak muda yang baru saja muncul dalam dunia persilatan."     

Sejatinya, Basura merasa malu jika harus melakukan tindakan seperti itu. Akan tetapi, ia tetap bersikap biasa-biasa saja, seakan-akan ia turut campur dalam mengepung Gentar.     

Gentar semakin bersikap waspada, tubuhnya diam-diam telah dibentengi oleh kekuatan jurus tenaga dalamnya.     

"Ternyata memang benar, dunia persilatan ini sangatlah kejam dan dipenuhi orang-orang jahat!" desis Gentar berkata dalam hati.     

Jika tidak memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni, mungkin Gentar hanya tinggallah nama saja. Semenjak kedatangannya ke pulau Kaliwana, ia terus dihadapkan dengan berbagai persoalan yang tentu sangat menguras tenaga dan pikirannya.     

Tuduhan dari para pendekar tersebut terus mencuat, mereka tidak percaya jika Gentar tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan.     

Para pendekar itu masih belum ada yang berani melakukan serangan terhadap Gentar. Hanya berdiri sambil mengamati gerak-gerik Gentar, sepertinya mereka sedang menunggu Gentar melakukan serangan terlebih dahulu.     

Hal itu dimanfaatkan oleh Gentar untuk mengatur siasat sejenak, dalam benaknya berpikir apa yang sudah dikatakan oleh Lian Mei memang benar sekali.     

Lian Mei pernah berkata di hadapan Gentar, 'Manusia di dalam dunia ini, lebih banyak yang suka menghina yang lemah dan takut terhadap yang kuat. Jika kau berbuat kejam, maka orang-orang tersebut akan takut dan menyingkir dengan sendirinya!'     

"Benar apa yang dikatakan oleh Lian Mei," desis Gentar termenung sejenak.     

Di saat Gentar sedang merenung, tiba-tiba saja terdengar suara seruan dari Wana Aji yang memerintahkan para pendekar tersebut untuk melakukan serangan terhadap Gentar.     

"Serang pendekar itu! Bunuh dia, dan jangan biarkan dia lepas!"     

Dengan kemarahan yang sudah melewati batas, Gentar segera memutar kedua tangannya untuk melawan serangan yang dilancarkan musuh-musuhnya yang sudah mulai menyerang dari berbagai penjuru arah.     

Sedang dalam benaknya diam-diam berpikir, "Para pendekar ini sudah benar-benar diselimuti sipat jahat, menghentikan mereka hanya dengan jalan melawan dan membinasakan mereka agar aku tidak dibinasakan!"     

Demikianlah, amarahnya pun semakin bergejolak, jurus andalannya pun sudah ia kerahkan seluruhnya demi menghadapi keagresifan para pendekar itu.     

Baru saja mengeluarkan beberapa jurus andalannya, sudah ada beberapa pendekar yang binasa oleh serangan Gentar yang teramat ganas itu. Ia pun semakin bersemangat, kemudian kembali melakukan serangkaian serangan terhadap para pendekar yang tengah memburunya.     

"Luar biasa!" desis Basura yang berdiri di pinggir arena pertempuran. Ia masih belum beranjak dari tempatnya.     

Gentar sudah melakukan serangan yang sangat menakjubkan, sehingga para musuhnya pun satu-persatu mulai berguguran.     

Sekitar dua puluh pendekar dari Padepokan Iblis Merah telah binasa oleh ganasnya terjangan ilmu tenaga dalam yang dikerahkan oleh Gentar, mereka gugur berjatuhan dengan bersimbahahkan darah.     

Gurawa berkata bahwa dirinya adalah pendekar yang paling hebat. Namun dengan satu sentuhan saja tubuhnya bergelimpangan dan tewas seketika.     

Gentar bertarung melawan puluhan pendekar hanya dengan menggunakan tangan kosong saja. Meskipun pedang pusaka menyanggul di punggungnya.     

"Bedebah! Kau telah membunuh saudara seperguruanku!" bentak Lasmana meluncur deras dengan mengibaskan pedangnya.     

Gentar sedikit lengah, hingga tangannya pun terluka oleh goresan pedang tajam yang disabetkan oleh Lasmana. Meskipun demikian, ia tidak menghiraukan rasa sakit dan pedih dari lukanya tersebut.     

Pernapasan Gentar mulai memburu, ia tampak kelelahan menghadapi para pendekar tersebut yang tak henti-hentinya melakukan serangan yang begitu berbahaya.     

Ketika dalam keadaan mulai terdesak, Gentar pun mulai menghunus pedang pusakanya, sambil meloncat tinggi dan mendarat di bebatuan padas.     

Sejenak ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Kalian boleh maju jika ingin aku binasakan! Pikirkan itu baik-baik!"     

"Hei, Anak muda! Tidak sudi, jika kami harus bertekuk lutut kepadamu!" sahut Wana Aji membentak keras.     

Mendengar bentakkan tersebut, Gentar hanya tersenyum saja. Tanpa terduga tubuhnya melesat cepat sambil mengayunkan pedangnya ke arah lawan-lawannya.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.