Gentar Almaliki

Pertolongan dari Dua Pendekar Paruh Baya



Pertolongan dari Dua Pendekar Paruh Baya

0Beberapa saat kemudian, terdengar suara pekikan disertai semburan darah segar dari tubuh para pendekar tersebut yang terluka oleh sabetan pedang pusaka milik Gentar. Hingga mereka pun binasa dalam hitungan detik.     

Akan tetapi, Wana Aji dan para pendekar yang masih bertahan tampaknya tidak menghiraukan hal tersebut. Mereka malah mengepung Gentar lebih ketat lagi, dan semakin beringas dalam melakukan serangan.     

Yang berada di barisan terdepan binasa, namun yang ada di barisan belakang maju dan melakukan serangan bertubi-tubi terhadap Gentar Almaliki. Mereka tak kenal lelah, maju terus tidak menyerah, meskipun sudah tahu bahwa Gentar sukar dikalahkan.     

Gentar terus bertarung dengan menggunakan pedang pusaka miliknya, sudah tentu ia banyak mengeluarkan tenaga. Sehingga, ia pun mulai kelelahan.     

Dalam kondisi demikian, tiba-tiba terdengar suara bentakan amat keras, "Menyerahlah kau Anak muda!" seru Wana Aji terbang bak seekor burung elang melayang ringan memburu Gentar.     

Disusul oleh para pendekar lainnya. Meskipun demikian, Gentar masih tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh oleh gerakan cepat yang dilakukan oleh para pendekar tersebut.     

Mereka memang mempunyai tujuan yang sama hendak memburu Gentar yang mereka anggap sudah membawa lari keris pusaka yang jadi sumber pertarungan itu.     

Serangan Wana Aji dan para pendekar itu mentah begitu saja, dihadang oleh kekuatan jurus tenaga dalam yang dikerahkan oleh Basura yang tiba-tiba melakukan tindakan tidak terpuji, seakan-akan dirinya memihak kepada Gentar yang tengah jadi buruan para pendekar tersebut.     

"Hai, Basura! Apa yang sudah kau lakukan? Apakah kau akan membela pendekar itu?" bentak Wana Aji langkahnya mulai surut karena menerima serangan mendadak dari Basura.     

"Tenang dulu, Pendekar! Di sini kita bersaing, dan tidak ada kata memihak kepada siapa pun. Asal kau tahu, aku pun menginginkan keris pusaka itu!" Basura tidak merasa takut dan balas membentak lebih keras lagi terhadap Wana Aji.     

Dengan demikian, kekhawatiran Wana Aji dan para pendekar itu pun kini beralih kepada Basura yang mereka kenal sebagai pendekar yang luar biasa licik.     

Basura memiliki kecepatan tinggi dalam mengambil sesuatu dari jarak jauh, setiap kali tangannya bergerak dan menempel di tubuh lawan. Sudah barang tentu, benda apa pun yang ada di tubuh lawannya akan otomatis pindah ke tangan Basura. Itu yang menjadi alasan Wana Aji dan para pendekar lainnya waspada terhadap Basura.     

"Perhatikan pergerakan Basura! Jangan sampai tangannya menyentuh tubuh pendekar itu!" seru Wana Aji mengarah kepada para pendekar muda bawahannya.     

"Baik, Kakang." Salah seorang pendekar muda itu menyahut sambil pasang kuda-kuda untuk mengantisipasi pergerakan yang tak terduga dari Basura.     

Maka ketika melihat Basura bergerak hendak mendekat ke arah Gentar, Wana Aji pun langsung bergerak cepat, ia tidak mau ketinggalan.     

Gentar saat itu sudah terlihat kelelahan setelah hampir berjam-jam lamanya melakukan pertarungan dengan para pendekar tersebut, ia sudah banyak mengeluarkan tenaga. Meskipun demikian, Gentar telah berhasil membinasakan banyak lawannya.     

Ditambah lagi dengan kedatangan kawanan pendekar yang memiliki kemampuan ilmu bela diri tingkat tinggi, sudah barang tentu hal tersebut sangat merepotkan Gentar yang bertarung hanya mengandalkan tenaganya sendiri, tanpa bantuan dari siapa pun.     

Ketika sudah melihat kondisi Gentar lemah, maka Basura pun berkat lirih sambil tertawa kecil, "Sebaiknya kau menyerah saja, Anak muda! Berikan keris pusaka itu padaku, sebelum kau dibinasakan oleh para pendekar itu! Aku akan menjamin bahwa kau pasti selamat jika bekerja sama denganku." Basura maju beberapa langkah mendekati Gentar.     

Gentar tidak mengindahkan perkataan dari Basura yang ia kenal sama saja jahatnya dengan para pendekar lain yang ada di tempat tersebut.     

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan. Kau dan mereka sama saja jahatnya!" bentak Gentar berdiri tegak meluruskan pandangannya ke wajah Basura yang tak hentinya memandangi dirinya sambil tertawa-tawa kecil.     

"Itu tandanya kau mau dan bersiap menerima kenyataan pahit pada malam ini!" kata Basura suaranya terdengar lirih. Akan tetapi, mengandung sebuah ancaman besar bagi Gentar.     

Gentar semakin geram dengan sikap Basura yang seakan-akan merendahkan dirinya. Kemudian, ia pun kembali mengerahkan sisa tenaganya, sekaligus melancarkan beberapa serangan terhadap Basura yang berdiri angkuh di hadapannya.     

Serangan berkekuatan tinggi tampak deras keluar dari tangannya. Hal tersebut, membuat para pendekar yang tengah memburunya terpaksa harus surut beberapa langkah ke belakang, termasuk Basura yang surut dengan sempoyongan.     

Gentar terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalamnya, sehingga tubuhnya pun mulai goyah dan hampir saja terjatuh. Ia benar-benar telah kehabisan tenaga.     

Melihat pemandangan seperti itu, Wana Aji segera mengambil tindakan, ia mengepakkan jubahnya lalu terbang dengan mengarahkan tenaga dalamnya dari telapak tangan yang membulat kuat hendak memukul wajah Gentar yang sudah kehilangan keseimbangan.     

Wana Aji melesat tinggi ke atas, kemudian menukik lagi untuk menyerang. Basura pun bergerak lebih cepat lagi, ia menyerbu seperti harimau buas yang hendak menyergap mangsanya.     

"Ya, Allah! Lindungi hamba dari kedzaliman para penjahat itu," desis Gentar raut wajahnya sudah tampak pucat dipenuhi keringat dingin bercucuran.     

Akan tetapi, ketika Gentar dihadapkan dalam situasi bahaya seperti itu. Tiba-tiba saja, ada satu kekuatan dahsyat yang tidak terlihat, mendadak meluncur masuk ke dalam arena pertarungan itu.     

Wana Aji yang hendak mencelakai Gentar, menjadi orang pertama dari serangan mendadak itu. Tubuhnya terpental jauh, memekik keras dari mulutnya menyemburkan darah segar. Lalu, ia pun jatuh ke tanah mengerang kesakitan.     

Beberapa saat kemudian, serangan tersebut pun menyasar Basura. Tubuh Basura terpental jauh, ia menjerit keras mulut dan hidungnya mengeluarkan darah segar menyembur dengan derasnya.     

"Siapa yang sudah menyerang mereka?" desis Gentar tampak bingung dan dipenuhi rasa penasaran.     

Tiba-tiba saja, muncul dua sosok pendekar dengan tubuh melayang entah dari mana datangnya? Mereka mendarat sempurna di tengah-tengah arena pertempuran itu.     

Mereka adalah dua pendekar paruh baya berdiri tegak dengan mengenakan jubah hitam dan berselendangkan sorban putih bergaris hitam.     

Kemudian kedua pendekar paruh baya itu tersenyum ke arah Gentar, salah satu dari mereka pun berkata, "Sebaiknya, kau istirahat saja dulu! Biarkan kami yang akan menghajar para pendekar kurang ajar ini!"     

Gentar balas tersenyum dan menjura hormat kepada dua pendekar paruh baya itu. Setelah itu, kedua pendekar paruh baya tersebut membalikkan badan dan lantas salah satunya berkata dengan suara keras membentak ke arah para pendekar yang tengah memburu Gentar, "Apa yang kalian inginkan dari pendekar muda itu? Apakah kalian akan terus berada di tempat ini, dan tidak mau segera pergi?"     

Para pendekar itu saling berpandangan satu sama lain, mereka sungguh terkejut dengan kehadiran dua pendekar paruh baya yang tiba-tiba saja menghajar Wana Aji dan Basura secara keji, hingga menyebabkan Wana Aji dan Basura tewas seketika.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.