Gentar Almaliki

Dendam Para Pendekar Garuda Hitam



Dendam Para Pendekar Garuda Hitam

0Sejatinya, para pendekar dari paguron Garuda Hitam itu sudah bertekad bulat hendak menuntut balas terhadap Gentar atas kematian kakak seperguruan mereka ketika bertarung melawan Gentar beberapa Minggu lalu di bukit Datar.     

Lindakara dan Marseka sudah binasa oleh Gentar, maka Zekawana lantas membentak dengan suara keras, "Anak muda, kau sangat sombong. Rasakan ini!" Zekawana lantas melesat dan menyerang dengan tongkatnya.     

Serangannya itu sungguh hebat. Apalagi ia lakukan dengan sangat bernapsu hingga menimbulkan gelombang angin kencang yang menyapu dari atas hingga ke bawah.     

Gentar sudah paham bahwa Zekawana dan para pendekar lainnya memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi, dan memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, hingga tidak mudah bagi dirinya dalam menghadapi para pendekar tersebut.     

Maka ketika melihat datangnya sambaran angin yang sangat deras, Gentar langsung berkelit ke samping kiri. Kemudian dengan menggerakkan satu tangannya ia menepis serangan Zekawana yang hebat itu.     

Setelah melancarkan serangan yang pertama, lantas menyusul dengan sebuah serangan lanjutannya dengan menggunakan ilmu tenaga dalam Petir Sangkala.     

"Kau rasakan ini!" seru Zekawana kembali menerjang dengan jurus andalannya.     

Dalam waktu sekejap saja secara beruntun ia telah mengeluarkan dua jurus dan ilmu tenaga dalamnya disertai serangan dengan menggunakan tongkat emas yang merupakan senjata khas para pendekar dari paguron silat Garuda Hitam.     

"Pendekar ini memang luar biasa, aku tidak boleh lengah," desis Gentar dengan sorot mata tajamnya.     

Itu bukanlah hal pertama kalinya bagi Gentar bertarung melawan musuh kuat sejak ia muncul di rimba persilatan.     

Gentar mulai mengeluarkan seluruh kekuatannya, dan secara gagah berani maju menangkis serangan-serangan hebat dari Zekawana.     

"Menyerahkan diri adalah hal yang lebih baik yang harus kau lakukan, sepandai-pandainya dirimu dalam melakukan perlawanan. Kau tidak akan menang bertarung melawan kami!" bentak Zekawana sambil berdiri angkuh di hadapan Gentar.     

Mendengar ucapan lawannya, Gentar hanya tersenyum sambil menghunus pedang pusaka dari selongsongnya. Lantas, ia maju dua langkah dengan sikap sempurna penuh kewaspadaan.     

Kedua tangannya diputar sedemikian rupa, hingga mengeluarkan percikan api yang disertai asap putih. Gentar pun langsung menyerang Zekawana.     

Zekawana dan Ramdakala merupakan pendekar senior dari paguron silat Garuda Hitam. Keduanya adalah merupakan para pendekar yang memiliki tingkat kepandaian paling tinggi di antara kawan-kawanya, dan sudah memiliki gelar sebagai pendekar Buana Panca Sima.     

Saat itu, Zekawana dengan dibantu oleh Ramdakala, sudah bergerak cepat dan gesit, seakan-akan siap membinasakan Gentar saat itu juga. Pertarungan tersebut berjalan sengit, satu sama lain terus saling memburu.     

"Kita satukan kekuatan, hanya jurus Garuda Sontani yang dapat mengimbangi jurus anak muda itu!" bisik Ramdakala.     

Zekawana tidak banyak bicara, hanya mengangguk dan sedikit berpaling ke arah Ramdakala. Demikianlah, jurus Garuda Sontani langsung mereka kerahkan agar dapat mengimbangi jurus La Ilaha yang dimiliki oleh Gentar.     

Jurus Garuda Sontani telah diulangi sampai beberapa kali. Akan tetapi, Gentar belum memperlihatkan tanda-tanda bahwa dirinya akan kalah. Bahkan pergerakan Gentar semakin lama kelihatan makin aneh, dan kekuatan tenaga dalamnya semakin lama tampak semakin bertambah, sehingga Zekawana dan Ramdakala menjadi semakin cemas dan khawatir.     

"Wajah kita akan tercoreng, jika tidak dapat membunuh anak muda itu," desis Ramdakala.     

Ramdakala merasa bahwa dirinya dan Zekawana memiliki kedudukan tinggi di dunia persilatan, tentu akan merasa malu jika harus mengalami kekalahan dari Gentar.     

"Ya, kau benar. Sudah dua kali bertarung dengan pendekar muda itu, kita masih belum bisa mengalahkannya. Hari ini kita harus segera membinasakannya!" sahut Zekawana.     

Maka dengan demikian, kedua pendekar itu seketika langsung memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang mereka miliki, dan kembali menyerang Gentar secara hebat sambil membentak, "Anak ingusan, rasakan ini!" teriak Ramdakala tampak tersulut amarahnya.     

Dengan pergerakan yang begitu cepat, tangannya hendak menyambar perut Gentar. Tampak sebuah hembusan angin kencang begitu deras meluncur ke arah tubuh Gentar.     

Sebelum tangan Ramdakala tiba di perut Gentar, anginnya sudah lebih dulu berhembus kencang hingga semua para pendekar yang ada di tempat itu surut beberapa langkah ke belakang, karena takut kena imbas dari jurus yang dikeluarkan oleh Ramdakala.     

Dengan demikian, Gentar pun sudah mulai naik darah. Alisnya berdiri, kemudian berkata, "Aku tidak akan tinggal diam, dan tidak akan pernah menyerah terhadap kalian!"     

Tanpa banyak bicara, Gentar langsung melancarkan serangannya dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam yang sudah berpusat di kedua tangannya. Gentar meluncur menangkis serangan dari Ramdakala.     

"Kubinasakan kau sekarang!" teriak Ramdakala.     

"Tidak mudah bagimu untuk dapat mengalahkan aku." Gentar menyahut sambil mendorong tangannya dengan sangat keras.     

Mendadak tubuhnya bergerak maju dengan tangan yang sudah mengeluarkan tenaga dalam mendorong kuat ke depan. Sebuah kekuatan energi tenaga dalam yang keluar dari tanganya, seakan-akan bagaikan angin topan meluncur keluar dengan sangat deras disertai suara bergemuruh.     

Ketika sedang mengadu jurus andalan masing-masing untuk kesekian kalinya, wajahnya Zekawana berubah seketika. Zekawana tampak meringis kesakitan, karena sudah mengalami luka dalam yang cukup parah.     

Meskipun demikian, Gentar sepertinya tidak mau berbuat keterlaluan terhadap lawannya itu, maka ia pun tidak melakukan serangan lagi ketika mengetahui bahwa lawannya sudah dalam kondisi luka parah.     

"Aku tidak akan menghukummu sekejam perbuatan kalian terhadap aku. Perlu kau ketahui bahwa aku tidaklah sejahat seperti apa yang ada dalam pikirkanmu dan kawan-kawanmu selama ini!" kata Gentar dengan suara keras.     

Melihat kawannya sudah dalam keadaan terluka parah. Maka Ramdakala dengan serangannya yang sangat hebat telah menyerang Gentar dari samping.     

Ramdakala adalah pendekar senior kedua dari paguron silat Garuda Hitam, ia sudah lama terkenal karena kekuatan tangan kosongnya. Saat itu, Ramdakala melakukan serangannya dalam membela Zekawana, maka jurus yang ia keluarkan sungguh memiliki kekuatan lebih dari jurus yang sering ia gunakan.     

Gentar dengan cepat memutar tubuhnya. Dengan satu tangan menjulur ke samping dipergunakan untuk menangkis serangan Ramdakala.     

Setelah tangan mereka saling bersentuhan, Gentar surut beberapa langkah ke belakang. Dengan sorot mata tajamnya, Ramdakala kembali melancarkan serangan berikutnya.     

"Bedebah! Aku sudah memberikan maaf, tapi kau tetap bersikeras untuk membinasakan aku!" bentak Gentar tampak geram dengan sikap Ramdakala.     

Gentar menggerakkan giginya, dan mengangkat tangan. Dengan mengandalkan tangan kosongnya, Gentar hendak menangkis serangan kedua dari pendekar senior itu.     

Tepat pada saat itu, seorang pendekar lainnya berseru, "Ramdakala! Sebaiknya kau istirahat saja dulu, biarkan aku yang akan menghajar pendekar Gunung Kalingking yang jumawa ini!"     

Pendekar itu langsung mengayunkan kedua tangannya tanpa menunggu jawaban dari Ramdakala.     

Pendekar itu terus menggempur Gentar. Sementara itu, Ramdakala mulai surut untuk memberikan kesempatan bagi kawannya tersebut.     

Gentar terus dihujami pukulan dan tendangan beruntun, hingga ia pun mengalami luka dalam yang cukup serius. Gentar belum dapat kesempatan beristirahat, namun sudah mendapat serangan hebat lagi yang datangnya pun secara tiba-tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.