Hi's Like, Idiot But Psiko

Sudah Menjadi Buronan



Sudah Menjadi Buronan

0Maximus terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ketukan di pintu dan juga mendengar suara ibunya yang memanggil. Pria yang dianggap oleh sebagian orang aneh dan terlihat seperti idiot itu duduk di atas ranjang dan mengusap rambutnya hitam tebalnya yang berantakan. Tapi dia tidak akan selalu seperti itu, Max akan terlihat seperti orang idiot dalam waktu tertentu saja. Dia bagaikan memiliki kepribadian yang berbeda, bagi yang tidak tahu maka dia akan dianggap memiliki dua kepribadian ganda.     

Kegemarannya yang bersembunyi sewaktu-waktu semakin mendukung keadaan, dia memang sudah melakukan hal itu sejak kecil. Sebab itu dia dijuluki anak lemari oleh keluarganya. Keadaannya yang seperti itu akibat efek serum berbahaya yang di suntikan ke dalam tubuh ibunya oleh salah ilmuwan untuk memanfaatkan ibunya ketika ibunya masih muda dulu.     

Tapi sampai sekarang dia dianggap anak yang unik, walau kepribadiannya berbeda tapi dia juga memiliki daya ingat yang luar biasa. Keahlian kedua orangtuanya menurun padanya, kini orang-orang yang tahu siapa dirinya pasti akan takut karena dia akan langsung mengeksekusi lawan begitu dia mendapatkannya. Sebilah pisau sudah cukup, jika kurang maka eksekusi akan lanjut ke markas.     

"Max, apa kau mendengar Mommy?" teriak ibunya lagi dari luar sana.     

"Aku dengar, Mom!" Max turun dari atas ranjang dan melangkah menuju kamar mandi.     

"Jika begitu segera keluar untuk sarapan, sudah siang," ucap ibunya lagi.     

"Yes!" jawab Maximus sebelum masuk ke dalam kamar mandi.     

Max berdiri di depan wastafel untuk membersihkan diri. Setelah wajah sudah di cuci, Max melihat janggut di wajah yang sudah panjang. Sudahlah, tidak perlu di cukur. Sedikit berbeda tidak masalah, biarkan saja janggut itu panjang.     

Setelah memutuskan untuk tidak memangkas rambut di wajahnya, Max melangkah menuju kamar mandi. Shower di nyalakan. Max berdiri di bawahnya, entah kenapa dia jadi teringat dengan wanita yang telah mencuri dompetnya. Tidak akan dia biarkan wanita itu lepas, sungguh berani mencuri darinya padahal nyawanya sedang terancam. Akan dia periksa cctv yang ada di sekitar bangunan itu, dia ingin lihat ke mana perginya wanita yang begitu berani mencuri darinya jika Jared belum menemukannya.     

Max keluar dari kamar, setelah selesai. Ayah dan ibunya sudah menunggu di meja makan, mereka melihat ke arah putranya dengan tatapan heran.     

"Morning, Mom, Dad," sapa Max seraya duduk di hadapan ayahnya.     

"Kau terlihat tidak bersemangat. Ada apa, Sayang? Apa kau sakit?" tanya ibunya.     

"Tidak apa-apa, Mom. Aku baik-baik saja," jawab Max seraya mengambil gelas kopi yang sudah disiapkan oleh ibunya     

"Jika begitu kenapa kau terlihat sepert itu?" tanya ayahnya pula.     

"Tidak perlu khawatir, Dad. Semalam ada yang mencuri barang milikku!"     

"Wow, barang apa yang telah dicuri?" tanya ibunya ingin tahu.     

"Dompet dan segala isinya," jawab Max.     

"What?" Marline terkejut, sedangkan Michael cuek saja. Sebentar lagi ibu dan anak itu pasti akan mendebatkan jumlah uang yang hilang.     

"Kenapa bisa, Max? Apa saja yang ada di dalam dompetmu?" tanya ibunya.     

"Entahlah, aku baru mengambil uang semalam dan tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang gelandangan."     

"Oh my, siapa yang mencuri, pria atau wanita?" tanya ibunya lagi.     

"Wanita," jawab Maximus singkat.     

"Baiklah, katakan pada Mommy di mana kau kehilangan dompetmu? Mommy akan mencari tahu siapa pelakunya!"     

"Tidak perlu, Mom. Aku bisa mencarinya. Aku masih ingat wajahnya jadi aku bisa menemukannya dengan mudah," tolak Maximus.     

"Jika begitu kau harus memblokir semua kartu milikmu, Max," ucap ibunya lagi.     

"Aku tahu," ucap Maximus tapi sesungguhnya dia tidak akan melakukannya karena dia ingin melihat wanita itu akan menggunakan kartu miliknya atau tidak. Walau dia tahu dia akan kehilangan uangnya lagi tapi dia harus mendapatkan wanita asal Rusia itu. Selama ini tidak ada yang berani mencuri darinya tapi wanita itu sangat punya nyali. Tidak saja mencuri, wanita itu sudah melihat apa yang dia lakukan jadi dia tidak akan melepaskannya.     

Setelah selesai sarapan, Max pergi ke kantor. Dia ingin tahu apakah Jared sudah menemukan wanita itu atau tidak karena dia akan menyelusuri cctv dan juga satelit untuk mencari keberadaan wanita itu. Dia bukan orang yang akan melepaskan target sekalipun targetnya adalah wanita.     

Para anak buah yang menggunakan jas hitam sudah berbaris dengan rapi, begitu juga dengan para karyawan saat dia tiba di kantor. Tidak ada yang berani menegakkan kepala mereka, semua terlihat menunduk. Tidak ada pula yang berani bersuara karena mereka tahu konsekuensinya.     

Mereka membungkuk saat Max sudah tiba dan melangkah memasuki kantor, sedangkan Jared berjalan di belakang pria itu. Hanya Jared yang berani berada di dekat bos mereka yang terkenal brutal, yang pasti jangan membuat bos mereka marah dan menyinggungnya.     

"Apa kau sudah mendapatkan wanita semalam?" tanya Max saat mereka sedang berdiri di depan lift pribadinya.     

"Belum, Master. Para anak buahku kehilangan jejaknya. Aku sudah memerintahkan mereka untuk mencari dan mengecek setiap gelandangan yang ada di kota ini," jawab Jared.     

"Terus cari, kalian harus mendapatkannya dan membawanya ke hadapanku!"     

"Pasti, Master!"     

Mereka berdua masuk ke dalam lift, Max diam saja karena dia sedang berpikir. Di lihat bagaimanapun gadis Rusia itu seperti sedang bersembunyi dari sesuatu. Entah apa tapi dia rasa tidak mungkin seseorang yang berasal dari Rusia bisa melarikan diri sampai ke Ameriaka. Ini sangat mustahil tapi itu bisa saja terjadi jika keadaan yang dialami benar-benar sedang terdesak.     

Entah kenapa dia jadi mengambil kesimpulan, jangan-jangan wanita itu adalah imigran gelap yang akan di jual ke Amerika dan akan dijadikan sebagai wanita penghibur tapi dia melarikan diri saat ada kesempatan. Itu bisa saja terjadi, tapi mau apa pun itu, dia tidak peduli karena wanita itu sudah berani mencuri darinya dan juga sudah melihat apa yang dia lakukan.     

Pintu ruangan terbuka, Max masuk ke dalam. Pekerjaan yang harus dia kerjakan sudah menumpuk tapi dia lebih tertarik mencari pencuri yang sedang menikmati isi dompetnya saat itu. Satelit pun diretas, Max mencari rekaman yang terjadi semalam sebelum dia mengejar buronannya.     

Aleandra terlihat mendekati bangunan dengan gelagat mencurigakan. Dia terlihat sedang mewaspadai sesuatu. Entah apa yang dia takutkan tapi dia bergerak dengan hati-hati. Setelah melihat rekaman itu, kini Max mancari rekaman di mana gadis itu dikejar oleh anak buahnya. Dia masih ingat dengan waktunya, bahkan setiap menit dan detiknya masih dia ingat.     

Rekaman dari satelit sudah dia dapatkan, di mana anak buahnya mengejar gadis yang mencuri darinya. Mata Max fokus pada Aleandra, gadis itu begitu lincah menghindari peluru yang di tembakan oleh anak buahnya. Aleandra berlari dengan cepatnya bahkan dia sudah seperti seorang atlet pelari. Semua akan dilakukan oleh orang yang sudah di ujung tanduk. Mata Max masih fokus apalagi Aleandra sudah tidak terlihat saat dia masuk ke bawah salah satu jembatan karena saat itu dia memang bersembunyi di sana agar tidak tertangkap.     

Cerdik, dia akui gadis itu cerdik tapi dia tidak akan bisa lepas dari pantauannya. Max bahkan melihat Aleandra masuk ke dalam hutan di mana anak buahnya sudah jauh darinya. Hutan yang begitu gelap membuatnya tidak bisa melihat Aleandra lagi apalagi di sana ditumbuhi dengan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi.     

Rekaman di matikan, dia akan mencari jejak gadis itu lagi nanti. Gadis itu tidak akan lepas dan sekarang Aleandra sudah menjadi buronannya, cepat atau lambat pasti akan dia dapatkan. Tinggal menunggu waktu saja, biarkan wanita itu menikmati isi dompetnya saat ini karena saat dia sudah menangkap gadis itu, dia akan memberikan pelajaran padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.