Hi's Like, Idiot But Psiko

Pekerjaan Baru



Pekerjaan Baru

0Hari sudah berganti, Aleandra sudah siap dengan semua barang yang dia miliki. Tidak banyak, hanya sebuah koper kecil yang dia bawa karena dia tidak punya banyak pakaian. Pakaiannya bisa dihitung, itu karena dia tidak punya uang banyak untuk membeli pakaian dan juga dia takut berada di keramaian saat membeli pakaian.     

Dulu dia sangat memperhatikan penampilannya tapi sekarang yang dia khawatirkan adalah hidupnya dan juga perut yang harus dia isi. Semua itu lebih penting dari pada penampilan. Lagi pula dia berada di kota itu untuk bertahan hidup, bukan untuk mencari pacar.     

Semua barang-barang yang dia miliki sudah dia letakkan di samping pintu, tinggal menunggu kedatangan Rebeca maka dia akan pergi dari tempat itu. Saat itu waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Rebeca akan menjemputnya pukul setengah tujuh karena setelah dia membawa Aleandra, gadis itu harus langsung bekerja.     

Setidaknya dia harus menyiapkan sarapan sebelum bos mereka bangun dari tidurnya. Semoga dia bisa memberikan kesan baik sehingga tidak mengecewakan. Aleandra melihat jam di dinding, lalu dia melihat keluar jendela. Dia berdiri cukup lama di sana sampai akhirnya sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.     

Aleandra tampak waspada, dia takut jika itu adalah orang-orang yang hendak menangkapnya. Jika memang demikian maka dia akan lari tapi ketika melihat Rebeca, dia sangat lega.     

Pintu rumah dibuka, Aleandra tersenyum manis menyambut kedatangan Rebeca. Wanita itu juga tersenyum seraya menghampirinya, setelah mengantar Aleandra dia akan ke kantor karena sejak awal dia memang bekerja di kantor dan itu tugas dadakan yang dia dapatkan.     

"Kau terlihat begitu bersemangat, Nona Amy," ucap Rebeca basa basi.     

"Tentu saja, aku sudah tidak sabar pergi dari sini."     

"Kenapa? Apa kau melarikan diri dari sesuatu?" tanya Rebeca seraya menatapnya penuh selidik.     

"Tidak, aku hanya sudah tidak sabar untuk bekerja," jawab Aleandra dengan senyum mengembang di wajah.     

"Bagus jika begitu, ayo kita berangkat!"     

Aleandra mengangguk, dia masuk ke dalam untuk mengambil tas miliknya. Semakin cepat pergi semakin baik. Setelah mengunci rumah tersebut, Aleandra menyimpan kunci di atas pintu yang memiliki sedikit celah. Dia sudah menghubungi pemilik rumah dan mengatakan jika dia akan meletakkan kunci rumah di atas sana.     

Rebeca masuk ke dalam mobil, disusul oleh Aleandra setelah meletakkan barang miliknya.     

"Hanya itu saja yang kau miliki?" tanya Rebeca basa basi.     

"Ya, aku memang tidak punya banyak barang."     

"Baiklah, siap berangkat?"     

"Tentu," jawab Aleandra. Dia memang sudah tidak sabar untuk memulai pekerjaan barunya. Walau masih sedikit merasa was-was dengan pekerjaannya tapi dia yakin dia bisa melakukannya apalagi dibagian mandi memandikan. Anggap dia sedang memandikan seorang bayi laki-laki besar.     

Perjalanan tidak memakan waktu lama, mata Aleandra melihat sana sini karena mereka sedang memasuki sebuah kawasan sepi di mana sebuah rumah mewah berada di depan sana.     

Aleandra tersenyum tipis saat Rebeca melihatnya sejenak. Matanya menatap rumah yang ada di depan sana, sepertinya yang harus dia layani memang Tuan muda yang sangat kaya. Itu bisa di lihat dari rumah mewah yang akan mereka datangi.     

"Tidak perlu cemas, kau cukup bekerja dengan baik," ucap Rebeca menenangkan.     

"Thanks, aku hanya gugup," jawab Aleandra.     

"Tidak apa-apa, kau pasti bisa."     

Aleandra mengangguk dan kembali tersenyum, Rebeca memutar stir mobil untuk memasuki pekarangan rumah yang dijaga dengan ketat. Mata Aleandra semakin tidak lepas dari rumah itu karena sekarang dia harus tinggal di sana selama dua tahun.     

Mereka melangkah bersama menuju rumah, Aleandra mengikuti Rebeca sambil melihat rumah itu dengan teliti. Dia tahu rumah orang kaya pasti banyak memiliki banyak cctv dan benar saja apa yang dia duga. Cctv terdapat di setiap sudut rumah, sepertinya seekor lalat pun sulit melarikan diri dari sana.     

Rebeca menunjukkan kamar yang akan dia tempati dan setelah meletakkan barang-barangnya, Aleandra kembali mengikuti langkah Rebeca menuju dapur. Seperti yang Rebeca katakan, rumah itu tidak ada siapa pun. Tidak ada satu pelayan pun, hanya ada beberapa penjaga saja di luar sana.     

"Mulailah membuat sarapan, sebentar lagi bos akan bangun. Dia orang yang sangat disiplin apalagi tentang waktu. Sebaiknya tidak membuatnya marah, kopi hitam pahit adalah kesukaannya. Kau bisa membuat sarapan apa saja tapi kopi hitamnya jangan lupa," ucap Rebeca mengingatkan.     

"Baiklah, apa ada yang lain?" tanya Aleandra.     

"Oh, satu lagi. Setelah selesai membuat sarapan, kau harus membangunkan si bos dan membantunya bersiap-siap ke kantor."     

"Akan aku lakukan dengan baik, aku tidak akan mengecewakan dirimu yang sudah memberikan pekerjaan ini padaku. Aku sangat berterima kasih padamu, Nona Rebeca," ucap Aleandra.     

"Kau memang harus melakukannya. Mulailah bekerja, aku sudah harus pergi."     

"Terima kasih," Aleandra mengikuti langkah Rebeca yang berjalan menuju pintu karena dia sudah harus pergi. Aleandra bahkan berdiri di depan pintu melihat kepergian Rebeca dan setelah itu dia masuk ke dalam. Sebaiknya dia segera bekerja. kesan pertama harus baik agar bosnya tidak kecewa dan supaya dia tidak mengecewakan Rebeca yang sudah memberikan pekerjaan itu untuknya.     

Aleandra melangkah menuju kulkas sambil mengikat rambutnya yang sudah panjang ke atas. Isi kulkas ternyata penuh, apa Tuan Muda yang akan dia layani suka belanja? Dia bertanya demikian karena tidak ada pelayan selain dirinya.     

Tidak perlu dipikirkan, itu tidak penting karena yang paling penting saat ini adalah bekerja tapi tunggu dulu, Alaendra menghentikan pekerjaannya saat menyadari sesuatu. Dia belum tahu, dengan siapa dia bekerja?     

Aleandra menepuk dahi, sial. Dia lupa menanyakan hal ini pada Rebeca. Siapa pria yang harus dia layani nanti? Bahkan namanya saja dia tidak tahu. Aleandra diam sejenak dan setelah itu dia mengangkat bahu, nanti dia juga akan tahu. Hanya pria cacat saja, bukan? Pasti hanya Tuan muda biasa.     

Tidak mau banyak berpikir, Aleandra melakukan pekerjaannya. Segelas kopi hitam sudah berada di atas meja setelah dia selesai membuat sarapan yang disukai oleh orang Amerika. Dia melihatnya dari internet jadi dia membuat apa yang dia tahu. Setelah ini dia harus kembali mencari tahu apa saja makanan yang disukai oleh orang Amerika karena mulai sekarang dia harus masak setiap hari untuk majikannya.     

Aleandra terlihat cukup puas dengan apa yang dia buat apalagi ini perdana baginya. Semoga majikannya puas dan setelah ini dia akan membangunkan bosnya dan melakukan pekerjaan lainnya. Jujur jantungnya berdegup karena setelah ini area orang dewasa. Semoga saja jantungnya kuat dan kakinya tidak lemas. Jangan sampai dia pingsan, oh ... dia bahkan sudah merasa gugup.     

Aleandra menggeleng, tidak boleh gugup. Anggap dia sedang belajar biologi mengenal bentuk-bentuk tubuh pria. Setelah membulatkan tekad, Aleandra melangkah menuju kamar majikannya yang diberi tahu oleh Rebeca tadi.     

Dia tampak berdiri di depan kamar sambil menelan ludah, tangannya bahkan tampak canggung saat hendak memegang handle pintu. Rebeca berkata langsung masuk saja, jadi sepertinya dia tidak perlu mengetuk.     

Tangan Aleandra memutar handle pintu perlahan, dia bahkan membuka pintu dengan jantung berdegup. Ini pertama kali dia melihat rupa bos yang harus dia layani, semoga tampan sehingga dia betah apalagi saat sedang belajar biologi di kamar mandi nanti.     

Aleandra melangkah masuk ke dalam dan terkejut, wow, mana ranjangnya? Kenapa di dalam sana ada sebuah kotak berukuran besar. Entah kenapa dia jadi merinding, apa yang harus dia layani adalah Vampire? Apa di Amerika ada Vampire?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.