Hi's Like, Idiot But Psiko

Finish Them



Finish Them

0Dua mobil yang ada di depan mereka menyoroti mobil mereka dengan lampu mobil. Aleandra semakin panik, sedangkan Max cuek saja. Dia sudah terbiasa dengan hal itu karena para musuh selalu mengincarnya kapan saja.     

Entah siapa yang membayar mereka yang pasti dia sudah mengalami kejadian seperti ini beberapa kali. Walau dia sudah menangkap mereka dan mengintrogasi mereka tapi seperti biasa, mereka lebih suka mati dengan penyiksaan yang dia lakukan.     

Aleandra memeluk lutut, dia bahkan terlihat gemetar. Sekarang dia membuat bosnya terlibat dalam permasalahannya karena dia mengira jika orang-orang yang ada di hadapan mereka adalah penjahat yang sedang mengejarnya selama ini. Dia tidak menyangka mereka menemukan keberadaannya dengan begitu cepat padahal dia kira dia akan hidup aman dalam persembunyian tapi sekarang, bagaimana dia bisa melarikan diri agar bosnya yang cacat tidak terlibat masalah?     

"Ini salahku, ini salahku," gumam Aleandra.     

Max sangat heran, kenapa Aleandra berkata demikian?     

"Tidak perlu takut, aku akan menyingkirkan mereka."     

"Maafkan aku, Sir. Aku sudah melibatkanmu dalam bahaya," ucap Aleandra.     

Max menatapnya tajam, jika mendengar perkataan Aleandra sepertinya dia sedang dalam masalah. Apa dia sedang lari dari sesuatu? Itu bisa saja terjadi, mungkin ada yang ingin menangkapnya sehingga dia bersembunyi di bangunan tua saat itu tapi bisa saja saat ini Aleandra mengira jika yang ada di depan sana adalah dirinya.     

"Sepertinya kau sedang dalam masalah," ucap Max.     

Aleandra hanya menunduk, tidak menjawab. Sebaiknya dia tidak banyak bicara karena dia tidak mau ada yang tahu apa yang sedang dia alami.     

"Sir," si supir memanggil karena dia menunggu perintah.     

"Jalan!" perintah Max.     

Sang supir mengangguk, stir mobil diputar ke kanan sehingga mobil kembali berputar di aspal jalan. Aleandra berteriak, dia berpegang kuat agar tubuhnya tidak terdorong. Teriakannya kembali terdengar saat timah panas menghujani badan mobil.     

Kedua mobil itu kembali mengejar, mereka ditugaskan untuk membunuh target mereka. Max mengambil senjata api yang selalu berada di dalam mobilnya, Aleandra masih ketakutan bahkan tak hentinya dia melihat kedua mobil yang masih mengejar mereka.     

"Hei, apa kau bisa menggunakan benda ini?" tanya Max pada Aleandra.     

Aleandra belum menjawab sehingga Max meraih tangannya.     

"Apa kau mendengar aku, Amy!" tanya Max sedikit membentak. Dia benci gadis lemah apalagi di saat situasi seperti itu.     

"Te-Tentu!" jawab Aleandra. Tidak, dia tidak boleh takut saat seperti ini. Dia bisa mencelakai bosnya jika dia takut dan berdiam diri seperti itu.     

"Tentu aku bisa, aku tidak akan melibatkanmu dalam permasahanku, Sir," ucap Aleandra.     

"Bagus, kau memang harus menjaga dirimu sendiri."     

"Tidak," sela Aleandra.     

"Aku yang akan melindungimu, Sir. Semua ini gara-gara aku jadi aku tidak akan membiarkan kau celaka karena aku," ucapnya lagi.     

"Oh, ya?" Max mengangkat satu alis, walau dilindungi oleh seorang wanita bukanlah gayanya tapi dia ingin lihat apa yang akan dilakukan oleh gadis itu.     

"Tentu," jawab Aleandra.     

"Baiklah, aku ingin lihat bagaimana caramu melindungiku!" Max melemparkan satu pistol lagi ke arah Aleandra, dia ingin lihat bagaimana gadis itu menghadapi musuh yang ada di belakang sana.     

Aleandra mengangguk seraya mengangkat dua pistol yang sudah berada di tangan. Apa pun caranya dia harus menyelamatkan bosnya, dia akan menggunakan kemampuan yang dia miliki untuk melawan para penjahat yang ada di luar sana.     

Mobil mereka kembali di tabrak dari kanan, kini kedua mobil itu ingin menghimpit mobil mereka. Aleandra berpindah, dia duduk di sisi supir yang sedang membawa mobilnya untuk menghindari benturan dari dua mobil yang sedang membenturkan mobil mereka.     

"Apa yang hendak kau lakukan, Nona?" tanya si supir.     

"Tolong percayalah padaku," pinta Aleandra.     

"Sir?" si supir tampak ragu karena bosnya lebih ahli dalam masalah itu.     

"Biarkan dia melakukannya."     

Si supir mengangguk, dia yakin bosnya membiarkan Aleandra melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Dia akan mengikuti perintah, dia juga ingin melihat apa yang bisa dilakukan oleh Aleandra.     

Kedua mobil yang mengejar kembali mendekat, Aleandra melihat mobil yang ada di belakang dari kaca spion. Dia akan menembak saat kesempatan datang, dia harus menyelesaikan semuanya dengan cepat agar mereka bisa segera pergi.     

Mobil dari sisi kanan sudah semakin mendekat, seorang pria dengan senjata api laras panjang sudah siap menghujani mobil mereka dengan timah panas. Aleandra memejamkan mata, anggap dia sedang syuting film berbahaya saat ini.     

"Kanan!" teriak Aleandra.     

Tanpa membuang waktu, stir mobil di putar ke kanan dan Aleandra meminta supir menghentikan mobilnya sehingga mobil berhenti di tengah jalan. Supir mobil yang ada di belakang terkejut, stir mobil juga dibanting ke kanan dan pada saat itu, Aleandra menendang pintu mobil hingga terbuka dan mengarahkan dua pistol ke arah mobil musuh.     

Aleandra menembaki mereka tanpa ragu, dia memang amatir karena itu pertama kalinya dia memegang pistol asli tapi karena dia sudah terbiasa membidik musuh saat melakukan aksinya sebagai stuntman jadi bidikannya tidak meleset sama sekali.     

Suara letusan senjata api terdengar, musuh dari mobil yang satu mulai menembaki Aleandra tapi hanya gagang pistolnya saja yang terlihat karena Aleandra tidak keluar dari mobil. Mereka menghujani mobil itu dengan timah panas tapi mobil itu anti peluru.     

Penembak yang ada di mobil bagian kanan sudah Aleandra lupuhkan, tinggal supirnya yang sedang bersembunyi. Penembak yang ada di mobil satunya lagi menghujani mereka dengan timah panas tanpa henti dan karena hal itu membuat Aleandra kesulitan untuk menembak.     

Aleandra sedang mencari kesempatan, dia harus melumpuhkan mereka saat ada kesempatan. Max masih santai melihat aksinya, dia tidak menduga jika gadis itu bisa melakukan hal seperti itu. Dia jadi ingin tahu, siapa sebenarnya gadis asal Rusia itu?     

"Sial!" umpat Aleandra karena penjahat di luar sana tidak juga berhenti menembak. Pintu mobil yang terbuka sudah hampir hancur bagian dalamnya. Sepertinya dia harus ganti rugi setelah ini.     

"Amy."     

Aleandra berpaling saat mendengar bosnya memanggil. Dia terkejut ketika Max melemparkan dua senjata api ke arahnya. Aleandra segera menangkap senjata api itu yang bentuknya berbeda dengan senjata api yang diberikan oleh bosnya tadi.     

"Finish them!" perintah Max. Dia kembali duduk dengan santai karena dia ingin melihat apa gadis itu sanggup menghabisi musuh-musuh yang ada di luar sana atau tidak.     

Aleandra mengangguk, dia masih menunggu musuh berhenti menembak. Cukup satu kesempatan, dia bisa melumpuhkan mereka. Dengan begitu dia tidak mencelakai bosnya karena permasalahan yang sedang dia hadapi.     

Peluru masih menghantam mobil mereka tapi tidak lama kemudian tembakan terhenti dan terdengar umpatan musuh di luar sana. Aleandra mengintip, melihat keluar di mana sang penembak sedang kesulitan karena senapannya macet.     

Itu adalah kesempatan yang tidak akan terulang lagi. Aleandra keluar dan berdiri di sisi mobil sambil mengarahkan senjata api yang baru saja diberikan oleh bosnya dan tentunya dua senjata api itu dia arahkan ke arah dua mobil penjahat yang ada di hadapannya. Tidak mau membuang waktu karena kesempatan tidak akan datang untuk kedua kali, Aleandra menembakkan senjata apinya ke arah musuh. Dua peluru melesat dengan cepat, tidak ada yang tahu senjata apa itu bahkan Aleandra pun tidak sehingga dia kembali menembak karena dia pikir itu pistol biasa.     

"Sial, cepat tembak!" teriak salah satu penjahat karena peluru-peluru itu sudah mendekat tapi si penembak masih kesulitan dengan senjata apinya yang macet. Mobil sudah dinyalakan, mereka harus menghindari peluru yang mendekat tapi sayangnya sudah terlambat. Peluru-peluru itu menempel dibagian depan mobil mereka, mereka bahkan saling pandang karena tidak terjadi apa pun namun sayangnya sebelum mereka sadar, tiba-tiba saja mobil mereka meledak karena peluru senjata api yang di tembakan oleh Aleandra adalah peluru peledak.     

Aleandra terkejut saat ledakan dahsyat terjadi. Dua mobil itu melambung tinggi dan tidak lama kemudian terhempas di atas jalan dalam kondisi terbakar. Aleandra tercengang, siapa sebenarnya pria yang sedang dia layani saat ini?     

Max menyunggingkan bibirnya, ternyata tidak buruk. Dia kira gadis itu lemah tapi ternyata dia bisa menghabisi orang-orang itu. Walau dia tidak mendapat sandera untuk diintrogasi tapi dia puas melihat aksi pelayan barunya.     

Aleandra segera masuk ke dalam mobil dengan terburu-buru dan menutup pintu. Dia terlihat sedikit shock. Bagaimanapun ini aksi nyata pertama kali yang dia lakukan dan dia tidak menduga ternyata dia bisa melakukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.