Hi's Like, Idiot But Psiko

Bukan Pelayan Biasa



Bukan Pelayan Biasa

0Hari itu, Marline memutuskan untuk mencari putranya. Tidak biasanya Max tidak pulang ke rumah tanpa memberi kabar. Dia tahu Max ada di rumah pribadinya tapi dia ingin melihat keadaan putra semata wayangnya. Di rumah itu tidak ada pelayan karena Max memang tidak suka dengan orang asing tapi apa yang sedang dia lihat saat ini?     

Seorang gadis yang tampak basah kuyup berada di sana. Entah siapa gadis itu, entah apa yang dia lakukan tapi dia yakin putranya tidak akan mengijinkan sembarangan orang masuk ke dalam rumahnya.     

Ini sangat aneh, selama ini Max tidak pernah mengijinkan seorang wanita pun berada di rumahnya. Bahkan pelayan yang dia kirim untuk membersihkan rumah Max harus langsung pergi setelah selesai tanpa boleh menginap. Marline masih menatap gadis yang sangat asing itu, dia bahkan mengambil kesimpulan jika gadis itu bukan orang Amerika. Apa Max sedang menawannya? Tapi kenapa gadis itu sedang basah-basahan?     

Aleandra diam saja, dia tidak tahu siapa wanita yang sedang menatapnya saat ini tapi pikirannya berkelana memikirkan nama yang dipanggil oleh wanita itu. Apa dugaannya saat ini benar? Jika benar maka dia harus segera lari dari tempat itu.     

"Si-Siapa yang Nyonya cari?" Aleandra memberanikan diri untuk bertanya.     

"Oh, aku sedang mencari putraku. Apa dia ada di rumah?" tanya Marline pula.     

"Tuan sudah pergi ke kantor, Nyonya."     

"Tuan?" Marline memandangi gadis itu penuh selidik. Apa dia pelayan?     

Aleandra semakin tidak mengerti, apa aneh memanggil bosnya dengan sebutan demikian?     

"Tuan baru saja pergi bekerja, Nyonya," ucap Aleandra lagi.     

Marline tersenyum, ini di luar dugaan. Sejak dulu Max tidak mau ada seorang pembantu pun di rumahnya tapi kini dia mempekerjakan seorang pembantu cantik walau gadis itu agak lusuh. Ini perkembangan bagus, mungkin saja Max mulai berubah.     

"Baiklah jika begitu, maaf mengganggu. Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku akan pergi ke kantor untuk menemuinya," ucap Marline.     

Aleandra mengangguk, dia kembali ke garasi untuk mencuci semua mobil yang ada, dia tidak punya waktu memikirkan yang tidak perlu karena pekerjaannya begitu banyak. Jangan sampai dia kembali mendapat penalti dan gajinya kembali dipotong.     

Marline keluar dari rumah putranya, dia bahkan bertanya pada penjaga karena dia ingin tahu sejak kapan gadis itu bekerja di rumah putranya. Para penjaga itu berkata baru satu hari ini tapi dia rasa itu benar-benar hal yang sangat bagus mengingat keadaan putranya yang berbeda dari yang lainnya.     

Marline pergi ke kantor, dia ingin memastikan keadaan Max dan memberikan makanan yang dia bawa. Dia juga ingin tahu tentang pelayan baru putranya karena dia curiga. Gadis itu pasti bukan kekasih putranya karena tidak mungkin Max akan menjadikan kekasihnya sebagai pelayan. lagi pula selama ini Max tidak pernah membawa kekasihnya ke rumahnya kecuali?     

Dia benar-benar curiga, jangan-jangan gadis itu punya hutang yang banyak sehingga mau tidak mau Max menjadikannya sebagai pelayan.     

Maximus sedang berbicara dengan Jared untuk membahas pekerjaan saat ibunya datang. Marline senang melihat putranya, beberapa hari saja tidak melihat putranya sudah membuatnya sangat rindu.     

"Di mana Daddy. Mom?" tanya Max setelah dia meminta Jared pergi.     

"Daddy sedang ke pabrik dengan Uncle Matthew. Mommy bosan sendirian di rumah, sebab itu Mommy datang untuk menjengukmu."     

"Kenapa Mommy tidak menghubungi aku? Aku akan pulang untuk menemani Mommy."     

"Tidak apa-apa, Mommy bawakan makanan kesukaanmu. Kau belum makan, bukan?"     

"Yeah," Max beranjak seraya menghampiri ibunya yang sedang mengeluarkan makanan yang dia bawa.     

"Tadi Mommy mampir ke rumahmu sebentar," ucap Marlyn.     

Max diam saja, apa ibunya bertemu dengan Amy?     

"Siapa gadis itu, Max? Tidak biasanya kau mengijinkan seorang wanita untuk tinggal di rumahmu," Marlyn menatap putranya dengan tatapan ingin tahu.     

"Pelayan," jawab Max singkat.     

"Pelayan? Jika begitu Mommy akan mencarikan dua atau tiga pelayan lagi karena dia tidak mungkin sanggup bekerja seorang diri."     

"Tidak perlu, Mom. Aku tidak butuh yang lainnya!" tolak Maximus.     

"Kenapa? Tidak baik membiarkan dia bekerja sendiri, dia akan kewalahan membersihkan rumahmu seorang diri."     

"Aku tahu, tapi dia bukan pelayan biasa."     

"Maksudmu?" Marline semakin tidak mengerti.     

Max hanya tersenyum, tentu Amy bukanlah pelayan biasa. Dia adalah buronannya, gadis yang sudah mencuri uangnya. Dia adalah korban yang sedang dia pelihara lalu akan dia eksekusi nantinya.     

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Mommy jadi curiga," ucap ibunya.     

"Ck, apa yang mommy pikirkan?"     

"Tidak, Mommy pikir dia gadis spesial untukmu."     

"Tidak, dia hanya tawananku saja. Ketika waktunya sudah tiba nanti, aku akan mengeksekusinya."     

Marline menggeleng, sepertinya wanita itu memiliki salah pada putranya sehingga Max menawannya di rumah.     

"Max, dengarkan Mommy. Jika dia memang berbuat salah, cari tahu apa motifnya. Kita memang memiliki banyak musuh tapi musuh kita selama ini selalu mengincar nyawa kita tapi aku lihat gadis itu tidak memiliki niat jahat bahkan aku bisa melihat jika dia bukan orang Amerika. Dulu Mommy pernah dimanfaatkan oleh seseorang untuk membunuh Daddymu tapi Mommy tidak melakukannya karena Mommy mencari kebenarannya terlebih dahulu. Jika gadis itu ingin mencelakai dirimu, cari tahu apa sebabnya karena bisa saja nasibnya seperti aku dulu."     

"Aku tahu, Mom. Dia tidak sedang dimanfaatkan seperti Mommy, percayalah. Dia juga tidak akan membahayakan aku, aku menawannya karena kesalahan yang dia lakukan padaku dan aku sedang bermain dengannya."     

"Kesalahan apa?" Marline semakin ingin tahu tapi Max tidak menjawab pertanyaan ibunya.     

"Oke, baiklah. Jangan terlalu berlebihan, kasihan. Jangan sampai niatmu berubah sehingga kau terjerat dengan gadis itu nanti," Marline menggoda putra.     

"Ck, Mommy tidak perlu berlebihan. Aku tidak mungkin tergoda dengan korbanku karena aku sedang memelihara dirinya untuk dilemparkan pada buaya tua milik kakek."     

"Wow, itu terdengar mengerikan. Sebenarnya kesalahan apa yang telah dia lakukan?"     

"Dia yang mencuri uangku waktu itu," jawab Max.     

"Lalu?" tanya Marline lagi.     

"Dia juga melihat apa yang aku lakukan saat aku sedang mengeksekusi seseorang yang menipu aku. Sebab itu aku tidak akan membiarkan dia lepas karena dia bisa menjadi ancaman di kemudian hari."     

"Oh my God, jadi dia melihat apa yang kau lakukan?" Marline terlihat tidak percaya.     

"Yeah, sebab itu aku menawannya dan bermain dengannya sebentar."     

Marline tidak bisa berkata apa-apa lagi, seorang saksi memang membahayakan. Dia tahu putranya melakukan hal itu bukan karena takut dengan pihak berwajib tapi dari dulu dia tahu, jika mereka tidak boleh melepaskan seorang saksi.     

Gadis malang yang berada di tempat kejadian di saat yang tidak tepat. Sangat disayangkan, ternyata gadis itu hanya tawanan putranya yang akan di eksekusi nantinya. Entah kenapa Marlyn jadi iba dengan gadis itu yang tanpa dia inginkan berada di tempat kejadian tapi memang nasib, sepertinya sudah takdirnya ditangkap oleh putranya.     

Karena ibunya tidak bertanya lagi, Max menikmati makanan yang dibawakan oleh ibunya. Amy memang gadis yang dia jebak untuk di eksekusi tapi apa nanti semua akan terjadi seperti yang dia inginkan?     

Aleandra benar-benar sial berada di bangunan tua itu pada malam itu, dia tidak memiliki tempat lagi untuk menyembunyikan diri bahkan sampai saat ini Aleandra tidak tahu jika dia sudah tertangkap. Dia bahkan melakukan pekerjaannya dengan baik agar dia bisa mengumpulkan uang untuk bisa pergi dari kota itu dan mencari orang hebat untuk membantunya balas dendam tapi apa keinginannya bisa terwujud sesuai dengan yang dia harapkan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.