Hi's Like, Idiot But Psiko

Ajakan Kerja Sama



Ajakan Kerja Sama

0Aleandra tampak heran, matanya tidak lepas dari Oliver. Siapa wanita itu dan apa maksud dari ucapannya? Entah kenapa dia jadi curiga, bagaimanapun dia harus waspada apalagi dia sudah pernah terjebak oleh Rebeca satu kali.     

Entah siapa yang mengutus wanita itu, entah penawaran apa yang hendak dia berikan tapi dia harus mewaspadainya apalagi gelagatnya terlihat mencurigakan. Bisa saja wanita itu utusan dari para penjahat yang mengejarnya selama ini untuk mengelabuinya atau jangan-jangan Max yang mengutus wanita itu seperti dia mengutus Rebeca untuk mengetesnya. Semua itu bisa terjadi, sebab itu dia harus waspada.     

Oliver tersenyum, matanya tidak lepas dari Aleandra yang terlihat lusuh. Dia semakin yakin bisa memanfaatkan gadis itu dan dia yakin Aleandra akan tergiur dengan uang yang dia berikan.     

"Kau belum menjawab aku, Nona. Kenapa kau masuk kemari dan apa maksud dari ucapanmu?" tanya Aleandra.     

"Sudah aku katakan, aku ingin memberimu penawaran," jawab Oliver sambil tersenyum.     

"Kita tidak saling mengenal, untuk apa kau memberikan aku penawaran?" tanya Aleandra lagi, jujur dia semakin curiga jika wanita itu utusan dari seseorang yang ingin menjebaknya.     

"Ya, kita memang tidak saling mengenal tapi aku memilihmu karena kau adalah kandidat yang cocok."     

"Kandidat? Aku hanya pelayan biasa, aku tidak berminat dengan penawaran apa pun jadi sebaiknya kau keluar karena aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa basi denganmu!" ucap Aleandra sinis.     

"Ayolah, tidak perlu segalak itu. Kau bahkan belum mendengar apa yang hendak aku tawarkan."     

"Aku tidak berminat!" tolak Aleandra, "Cari orang lain dan jangan ganggu aku!" ucapnya lagi.     

"Kau kayin?" Oliver menatapnya tajam. Dia belum memberikan penawaran tapi beraninya wanita itu menolaknya?     

"Aku sangat yakin, jadi pergi!" Alendra melangkah menuju pintu agar wanita itu pergi.     

"Jika kau bersedia bekerja sama denganku maka aku akan membantumu melepaskan diri dari Maximus Smith!" ucap Oliver.     

Aleandra menghentikan niatnya, apa maksud ucapan wanita itu? Apa wanita itu tahu jika dia sedang di tawan oleh Maximus?     

"Apa maksudmu?" tanya Aleandra, kini dia berpaling dan kembali menatap Oliver dengan tajam.     

"Aku tahu, kau pasti tawanan Maximus Smith, bukan?" tebak Oliver.     

"Dari mana kau tahu?"     

OLiver tersenyum, sudah dia duga. Jika gadis itu bukan tawanan Max, tidak mungkin seorang mata-mata diutus untuk mengawasinya apalagi dia tahu jika Max tidak pernah suka seseorang tinggal bersama dengannya. Jika gadis itu bukan wanita spesial berarti dia adalah tawanan. Hanya dua itu saja kemungkinannya.     

"Kenapa kau diam? Siapa yang mengutusmu?" tanya Aleandra lagi karena rasa curiga semakin memenuhi hati.     

"Tidak ada yang mengutus aku, tenang saja. Kau tidak perlu takut," Oliver menghampiri Aleandra dan menepuk bahunya.     

"Jika kau setuju bekerja sama denganku, aku jamin kau bisa terbebas dari Maximus Smith dan aku juga akan memberikan uang yang banyak untukmu sehingga kau bisa pergi jauh darinya."     

Aleandra diam, tawaran yang menggiurkan tapi kenapa harus dia? Dari mana wanita itu tahu jika dia adalah tawanan Max. Sepertinya dia harus mewaspadai hal ini karena segala kemungkinan bisa saja terjadi.     

"Kenapa harus aku? Kau bisa mencari yang lainnya! Lagi pula aku bukan tawanannya, jadi jangan asal bicara!" ucap Aleandra sinis. Apa pun itu, tidak ada yang boleh memanfaatkan dirinya tapi bagaimana jika tawaran itu menggiurkan dan menguntungkan dirinya?     

"Ayolah, tidak perlu berpura-pura. Aku tahu kau hanya tawanan saja. Jika tidak, mana mungkin Maximus akan mengutus anak buahnya untuk mengikutimu secara diam-diam?     

Aleandra terkejut, jadi Max memerintahkan seseorang untuk mengikutinya? Oliver tersenyum melihat ekspresi terkejutnya. Sepertinya gadis itu tidak tahu jika dia diikuti oleh anak buah Max dan tentunya dia akan memanfaatkan hal ini dengan baik.     

"Lihatlah, kau bahkan tidak tahu akan hal ini, bukan?" ucap Oliver sambil tersenyum sinis.     

Aleandra belum menjawab, dia tidak menyangka ada yang mengikuti. Padahal dia kira ini kesempatan untuknya melarikan diri, tapi seharusnya dia tahu jika Max tidak mungkin membiarkan dirinya seorang diri dan memberikannya kesempatan untuk lari. Entah kenapa dia jadi sedikit bersyukur karena sekarang dia tahu, ada yang mengikutinya. Untungnya dia masih ragu dengan niatnya untuk melarikan diri karena jika dia melakukan hal itu, dia pasti akan tertangkap dengan mudah karena dia tidak tahu jika dia sedang diikuti. Pada saat itu terjadi, dia tidak berani membayangkan seperti apa Max akan menghukumnya dan bisa saja, wanita yang berdiri di hadapannya saat ini juga orang utusan Max untuk mengetes dirinya saja.     

Sebaiknya dia selalu waspada dan dia akan mengikuti permainan wanita itu. Dia ingin tahu, apa yang sebenarnya yang wanita itu inginkan darinya?     

"A-Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Aleandra menunduk, dia terlihat putus asa.     

Oliver tersenyum lebar, dia semakin yakin jika dia bisa memanfaatkan gadis itu demi tujuannya. Maximus tidak akan pernah menduga jika dia memelihara duri dalam daging dan gadis yang dia tawan yang akan membawanya menuju kehancuran. Sepertinya kemenangan sudah berada di depan mata dan dia akan tertawa saat kemenangan itu datang.     

"Dengar baik-baik, aku memilihmu karena aku tahu kau tidak akan menolak. Kau pasti menginginkan kebebasan dan ingin pergi dari rumah itu, bukan? kau pasti ingin terbebas dari belenggu Tuan Smith yang kejam dan idiot itu tapi tenang saja, nasib baik menghampirimu saat ini jika kau mau melakukan apa yang aku perintahkan."     

"Apa yang harus aku lakukan?" Aleandra memandangi Oliver dengan tatapan serius, dia harus tahu apa sebenarnya yang wanita itu inginkan darinya.     

"Tidak sulit, aku hanya ingin kau mencari kelemahan Maximus Smith. Cari siapa wanita yang dekat dengannya, aku ingin kau cari tahu siapa kekasihnya saat ini dan kau juga harus mencari tahu apa saja yang dia lakukan, di mana dia berada, dan siapa saja musuhnya. Setelah itu kau bisa mengatakannya padaku."     

"Bagaimana aku mencarimu dan apa yang aku dapatkan dari misi ini?"     

Oliver tersenyum dan mengambil sebuah kertas juga pulpen dari dalam tas. Umpan yang dia lemparkan sudah ditangkap dengan sangat baik dan dia semakin yakin jika dia akan berhasil dengan rencananya. Membunuh Max hanya menunggu waktu saja, dendamnya pasti akan terbalaskan dan setelah membunuh Maximus Smith, barulah target selanjutnya adalah orang yang sudah membuat hidupnya hancur. Pelan tapi pasti, dia pasti bisa membalas dendam bersama dengan Austin.     

"Cari tahu sebanyak-banyaknya informasi mengenai Maximus, aku tahu kau pasti bisa karena aku tinggal dengannya. Yang paling penting adalah kelemahannya, biasanya kelemahan seorang pria adalah wanita jadi kau harus mencari informasi itu dengan baik dan hubungi aku di nomor ini setelah kau mendapatkan informasi tentangnya," Oliver memberikan nomor ponsel yang dia tulis di sebuah kertas untuk Aleandra.     

"Seperti yang aku ucapkan, aku akan membantumu terbebas dari belenggu Maximus Smith. Aku juga akan memberikan kau uang yang banyak sehingga kau bisa pergi yang jauh dari tempat ini jadi gunakan kesempatan ini dengan baik," ucap Oliver lagi.     

Aleandra menelan ludah, benar-benar tawaran yang menggiurkan. Jika dia menerima tawaran itu maka dia tidak perlu bekerja dengan Maximus untuk seumur hidupnya dan dia juga bisa pergi jauh dengan uang yang dia dapatkan. Pekerjaan yang harus dia lakukan juga sangat mudah, apa dia harus menolak atau menerima tawaran yang mengiurkan itu?     

"Bagaimana? Bekerja samalah denganku maka kau akan terbebas dari Maximus," ucap Oliver.     

Aleandra belum menjawab, keputusan apa yang harus dia ambil? Matanya kembali menatap OLiver, bukankah dia harus curiga dengan wanita yang tiba-tiba saja muncul itu? Tapi tawaran yang dia berikan, benar-benar menggiurkan. Haruskah dia menolaknya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.