Hi's Like, Idiot But Psiko

Menangkap Target



Menangkap Target

0Maximus membawa Aleandra pergi untuk menangkap orang-orang yang mengejarnya selama ini. Mereka tidak banyak bicara setelah ciuman panas yang mereka lakukan. Aleandra juga tidak berani bersuara. Pikirannya buntu, ciuman panas yang Max berikan menghantui dirinya. Dia tahu jika mereka tidak boleh seperti itu, seharusnya mereka tidak boleh dekat seperti ini.     

Aleandra hanya termenung selama di perjalanan. Dia tidak mengharapkan apa pun tapi kenapa hubungan mereka jadi seperti ini? Entah kenapa Max melakukan hal itu, sebaiknya dia tidak mengartikannya lebih karena dia tahu, bagi Max ciuman itu hal biasa apalagi dia juga sudah banyak memerawani wanita yang ada di kota itu jadi ciuman seperti itu tidaklah berarti baginya.     

Mereka sudah tiba di lokasi tepat pada pukul dua siang. Tiga orang yang mengejar Aleandra waktu itu juga sudah terlihat. Berkat bantuan dua orang yang dikirimkan oleh Antonio, mereka bisa menemukan target yang mencurigakan dan segera mendekati target.     

Mereka bertiga mulai berpencar saat melihat seorang gadis berambut pendek sedang berjalan santai melewati kerumunan pengunjung yang ada di tempat itu. Mereka bergerak sesuai komando si ahli IT yang sedang meretas cctv untuk melihat tempat itu. Si ahli strategi juga memberi mereka arahan, mereka tidak boleh melepaskan target yang sudah mereka temukan dengan susah payah tapi agar mereka tidak menangkap orang yang salah, si ahli IT melihat wajah target mereka dari cctv dan memang itulah gadis yang mereka inginkan.     

"Ingat, kali ini tidak boleh membuat kesalahan," salah satu dari tiga orang itu berkata demikian sebelum mereka berpencar. Sesuai dengan perintah, mereka tidak boleh melukai gadis itu lagi. kali ini mereka akan menembakinya menggunakan senjata bius.     

Mereka segera berpencar, yang satu ke sisi kiri, yang satu ke kanan dan yang lain akan terus mengikuti wanita yang mereka yakini sebagai Aleandra dari belakang. Mereka tidak boleh kehilangan target tapi mereka juga tidak boleh terlihat mencurigakan. Jangan sampai target mereka menyadari keberadaan mereka lalu target melarikan diri.     

Di lokasi itu tanpa mereka sadari beberapa anak buah sudah Jared sebar. Ada yang berpura-pura menjadi pengunjung, ada pula yang menjadi gelandangan. Mereka diperintahkan untuk tidak melakukan hal yang mencurigakan sampai Max menemukan orang yang sedang berbicara dengan ketiga target mereka itu. Lagi pula tugas mereka hanya mengawasi saja.     

Jared memantau lokasi, dia terlihat sedang berbicara dengan salah satu anak buah yang ada di sana. Seperti perintah, mereka tidak melakukan gerak gerik apa pun yang mencurigakan.     

"Dekati salah satu dari mereka dan tempelkan alat itu di tubuhnya!" perintah anak buahnya.     

Sang anak buah tidak menjawab, minuman di seruput dan dia berjalan melewati pengunjung. Dia menghampiri targetnya yang berjalan berlawanan arah. Dia terlihat santai sehingga di ahli IT pihak musuh tidak curiga sama sekali. Anak buah yang diperintah Jared terus melangkah dan setelah itu dia pura-pura menabrak target. Dengan secepat kilat sebuah benda sudah menempel pada target, anak buah Jared pura-pura minta maaf tapi pria itu pergi sambil mendengus.     

Tidak perlu laporan, Jared tahu alat itu sudah terpasang. Anak buah yang dia utus tidak mungkin mengecewakan.     

"Master, alatnya sudah terpasang!" Jared memberi laporan.     

Max tersenyum, setelah ini dia akan menguasai semua cctv yang ada di tempat itu dan siapa pun tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di tempat itu melalui cctv. Max mulai sibuk, seperangkat laptop yang sudah terpasang beberapa alat mulai bekerja. Melalui alat yang terpasang di tubuh target, Max bisa mendengar pembicaraan orang itu karena yang ingin dia memang ingin tahu dengan siapa orang-orang itu berbicara.     

"Gadis itu bergerak ke barat," terdengar suara seorang wanita dan dialah si ahli IT yang diutus oleh Antonio.     

"I got you!" seringai menghiasi wajah, Max menyelusuri saluran telepon, ternyata seorang wanita. Jika ada ayah dan ibunya, wanita itu pasti akan menangis darah tapi dirinya sudah cukup untuk menghadapinya.     

Max terus mencari dan tidak lama kemudian, dia sudah menemukan keberadaan si ahli IT yang memantau gerak gerik ketiga orang yang harus menangkap Aleandra. Ingin bermain dengannya? Dia ingin lihat sampai di mana kemampuan wanita itu.     

Pria itu mulai sibuk, mengacaukan cctv dan tentunya mengirimkan virus tanpa wanita itu sadari sama sekali. Dia mengira jika rekaman yang dia lihat saat ini nyata tapi itu rekaman rekayasa yang telah di buat oleh Max dan di rekaman itu memperlihatkan jika ketiga rekannya masih terus mengikuti target mereka tapi nyatanya, ketiga orang itu seperti kehilangan jejak. Mereka sudah mencoba menghubungi si ahli IT dan ahli strategi tapi sambungan telepon mereka sudah Max kacaukan.     

Waktu berjalan dengan cepat, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Ketiga orang itu sudah terlihat kesal karena mereka kehilangan target, mereka terus mencari sana sini, kedua rekannya juga berusaha menghubungi mereka. Si ahli IT tahu jika ada yang memanipulasi semua itu. Dia juga curiga dengan rekaman cctv yang ada di layar perangkat elektroniknya.     

"Sial, sepertinya ada seseorang yang sedang mengacaukan pekerjaanku!" umpatnya.     

"Semua telepon yang ada tidak bisa digunakan!" ucap rekannya.     

"Apa ini jebakan?" tanya wanita itu.     

Rekannya tampak berpikir sejenak tapi pada akhirnya dia menyadari jika itu memang jebakan.     

"Sial, perintahkan mereka pergi dari sana!" teriaknya.     

"Aku tidak bisa menghubungi mereka!" si wanita berteriak dan mulai panik.     

Ketiga orang itu sudah melepaskan earphone yang mereka gunakan karena muncul suara mendenging dari benda itu dan hampir saja memekakkan telinga mereka. Mereka bertiga mengumpat, entah apa yang terjadi tapi mereka tidak mau gagal.     

Mereka terus mencari terget mereka dan akhirnya mereka melihat target mereka sedang menikmati sosis yang dia beli. Ternyata target ada di sana dan tentunya kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan target itu masih ada.     

Hari semakin sore, pengunjung juga semakin ramai. Mereka bertiga sudah tampak kesal karena target tidak juga pergi. Itu memang sengaja dilakukan dan mereka tidak tahu jika mereka sudah masuk ke dalam perangkap yang dibuat oleh Jared. Mereka sudah tidak bisa menghubungi dua orang rekan mereka karena Max sudah memblokir saluran komunikasi di antara mereka. Si ahli IT tidak bisa melakukan apa pun karena Virus yang dikirimkan oleh Max merusak perangkat elektroniknya.     

"Sekarang keluar dari sana dan bawa mereka ke titik lokasi!" perintah Jared. Sudah waktunya menggiring dan menangkap mereka bertiga.     

Wanita itu keluar dari kerumunan, ketiga orang itu langsung mengikutinya. Mereka bahkan sudah mengeluarkan senjata bius, saat target mereka berada di tempat sepi maka akan mereka tangkap.     

"Hati-Hati, mereka memiliki senjata!" Jared memberi peringatan. Jangan sampai umpan yang dia lempar tertangkap sebelum waktunya tiba.     

Wanita itu melangkah dengan cepat, dia bahkan menyetop sebuah bus. Ketiga orang itu juga mengikutinya, mereka tidak tahu jika sesungguhnya mereka sedang digiring menuju tempat di mana Jared berada.     

Mereka duduk di bagian belakang, mereka terus memantau target mereka yang duduk di depan dan terlihat gelisah. Wanita itu tampak menengok sesekali, dia bahkan terlihat ketakutan. Dia harus memainkan perannya dengan baik, membuat ketiga orang itu percaya jika dia ketakutan harus dia lakukan dan dia berhasil dengan aktingnya.     

Semua gerak gerik mereka diawasi oleh Max, karena Max meretas cctv untuk mengikuti mereka. Bus sudah berhenti, umpan sengaja turun. Ketiga pria itu juga turun, wanita itu semakin ketakutan. Dia berpaling untuk melihat ketiga pria yang mengikutinya, langkahnya dipercepat setelah melihat mereka.     

"Kejar, jangan sampai kita kehilangan dirinya!" ucap salah satu dari mereka.     

Senjata bius diambil, target mereka sudah berlari. Mereka juga mengejar, mereka bahkan berpencar.     

"Masuk ke dalam taman!" perintah Jared. Mereka akan sulit mengenai target karena banyak pohon yang tumbuh di taman itu.     

Wanita itu terus berlari dan masuk ke dalam taman sesuai dengan perintah Jared. Ketiga pria itu juga mengejar. Mereka terus berusaha membidik target tapi wanita itu berlari dari satu pohon yang ada di taman ke pohon yang lain.     

"Sial, dia semakin pintar!"     

"kau ke kanan, aku ke kiri dan sergap!"     

"Tidak, jangan kejar aku!" teriak si wanita ketakutan.     

Mereka terus berlari dan tidak peduli, mereka ingin segera mendapatkan target mereka agar misi mereka di negara itu segera selesai. Sekitar taman sudah sepi karena hari sudah gelap. Kali ini mereka pasti akan berhasil mendapatkan incaran mereka. Ternyata tidak perlu dua ahli yang tidak berguna itu, mereka akan segera kembali membawa target dan juga mendapat pujian.     

Beberapa tembakan bius di lepaskan, wanita itu terus menghindar dan berteriak ketakutan.     

"Apa mau kalian, tolong jangan mengejar aku lagi!"     

"Sebaiknya menyerah jika tidak mau kami menembakmu lagi!"     

"Aku hanya ingin hidup, jangan bunuh aku!"     

Wanita itu terus berlari dengan sekuat tenaga. Ketiga pria itu semakin dekat dengan posisi yang sama. Mereka semakin dekat dan dekat, mereka siap menyergap dan akhirnya senjata bius kembali di tembakan oleh salah satu dari mereka. Kali ini tidak mungkin melesat, si penembak sangat yakin karena wanita itu terus berlari lurus.     

Peluru bius melesat dengan kecepatan tinggi, dan tidak lama kemudian, peluru itu mengenai tepat di bahu wanita itu.     

Teriakannya terdengar, larinya pun melambat. Sebuah peluru bius pun di tembakan kembali dan lagi-lagi peluru itu menancap di bahu. Lari ketiga pria itu melambat karena target mereka mulai terjatuh dan tersungkur di atas tanah yang dipenuhi dedaunan kering.     

"Sial, akhirnya misi kita untuk menangkapnya berhasil," salah satu dari mereka mendekati target mereka dan melihatnya.     

Kali ini bos mereka pasti akan sangat senang. Seharusnya mereka menggunakan senjata bius sejak awal. Jika mereka menggunakannya mereka yakin misi mereka sudah selesai     

"Ayo segera bereskan dan bawa dia. Malam ini juga kita akan membawanya ke Rusia menggunakan kapal!" ucap salah satu dari mereka.     

"Apa kita tidak perlu melapor?" tanya rekan lainnya.     

"Tidak, kita buktikan pada bos kita jika kita bisa membawa buronan tanpa bantuan dari dua Pecundang itu!"     

Senjata bius di simpan, dua orang mendekati target, sedangkan yang satunya lagi menghubungi rekan lain untuk mempersiapkan kapal. Kedua pria itu membalikkan tubuh target mereka dan begitu melihat wajah wanita itu dengan teliti, mereka berdua tampak terkejut.     

"Sial, kita salah orang!"     

"Apa?" rekan yang satunya terkejut. Apa maksudnya? Apa wanita yang mereka kejar sedari tadi bukan Aleandra Feodora?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.