Hi's Like, Idiot But Psiko

Sedikit Saja



Sedikit Saja

0Max sedang melihat rekaman drone yang dia dapatkan. Dia ingin melihat siapa pemilik drone itu dan ingin tahu, siapa yang telah berani mengintai rumahnya. Dia berada di ruangannya saat itu, siapa pun itu tidak akan dia lepaskan.     

Rekaman-Rekaman yang terdapat di drone sedang diputar di komputernya. Max mencari dengan teliti tapi sayang semua rekaman yang ada di kamera berisi pengintaian yang dilakukan di rumahnya. Tidak ada wajah identitas pemilik itu, sepertinya pemilik benda itu begitu cerdik.     

Semua rekaman tidak ada yang lain, drone itu terlihat di terbangkan seseorang dari area luar rumahnya. Karena dia pikir bisa mendapat petunjuk, Max menyelusuri cctv yang ada di sekitar rumahnya. Dia terlihat serius dan tidak lama kemudian, sebuah mobil terlihat. Mobil itu terparkir lumayan jauh dari rumahnya tapi tidak ada pergerakan sama sekali.     

Tidak ada yang keluar dari mobil itu dan bisa dia tebak, orang yang mengintai rumahnya mengawasi drone miliknya dari dalam mobil. Ternyata orang itu cukup pintar, dia akui tapi sekarang jangan harap benda apa pun bisa terbang lagi di area rumahnya. Dia akan memasang sensor yang bisa menangkap pergerakan dengan jarak beberapa meter dari atas tanah dan jika sensor itu menangkap adanya pergerakan maka senjata otomatis yang tersembunyi akan menembak dan melumpuhkan apa pun yang tertangkap oleh sensor yang dia pasang nanti.     

Max terus fokus, bahkan matanya tidak lepas dari mobil yang sudah berjalan pergi. Dia ingin menyelusuri mobil itu supaya dia tahu ke mana mobil itu pergi tapi suara benda jatuh di luar sana sedikit mengalihkan perhatiannya. Max hendak beranjak tapi tidak jadi karena dia sangat ingin tahu siapa sebenarnya yang mengintai rumahnya.     

Dia terus mengawasi tapi tak disangka, mobil hilang di terowongan. sepertinya lawan sudah tahu jika dia adalah ahli peretas yang bisa menemukan apa pun melalui satelit dan cctv. Menarik, dia harap lawannya tidak mengecewakan. Firasatnya mengatakan jika yang sedang mengintai kediamannya bukan orang-orang yang menginginkan Aleandra. Mereka tidak akan menemukan dirinya begitu cepat walaupun mereka mengobrak abrik seisi Amerika.     

Tapi bukan berarti dia tidak akan memberikan pria bernama Antonio itu petunjuk. Dia pasti akan memberikan petunjuk agar pria itu datang padanya. Dia sangat menantikan hal itu dan orang yang mengintai rumahnya saat ini, juga tidak akan dia lepaskan. Biarkan mereka datang padanya, dia akan menunggu mereka dengan santai dan pastinya dia sangat berharap, mereka tidak mengecewakan dirinya. Jangan dalam satu tembakan lalu mereka mati, itu sungguh tidak menarik sama sekali.     

Layar komputer dimatikan, sudah cukup melihatnya. Cepat atau lambat musuh pasti akan datang dan dia hanya perlu duduk manis menunggu mereka menampakkan diri. Selama musuh tidak menyakiti siapa pun maka dia akan diam tapi siapa yang bisa mereka sakiti? Semua keluarganya bisa menjaga diri apalagi kedua orangtuanya tapi dia tidak tahu jika yang diincar oleh mereka adalah Aleandra.     

Max keluar dari ruangannya, yang dia tuju adalah kamar Aleandra. Dia tahu Aleandra ada di sana karena dia tidak mengijinkan Aleandra melakukan apa pun. Dia kira Aleandra ada di dalam kamar tapi ternyata gadis itu tidak ada di dalam sana.     

Max melangkah keluar sambil mencari, ke mana dia? Max melangkah lebar menuju dapur tapi Aleandra juga tidak ada di sana, dia mencari sana sini sampai akhirnya terdengar suara air di kolam renang.     

Tanpa membuang waktu, Maximus melangkah menuju kolam renang. Dia tampak menggeleng saat melihat Aleandra muncul dari air sambil mengusap wajahnya yang basah.     

"Kenapa kau berenang? Bukankah kau baru sembuh dari sakit?" tanya Max seraya berjongkok di sisi kolam renang.     

"Aku bosan, Max. Kau begitu lama jadi aku pikir lebih baik aku berenang saja."     

"Jadi kau ingin aku menemanimu?" tanya Max seraya membuka baju yang dia pakai.     

"Hm, bu-bukan begitu," Aleandra memalingkan wajahnya, tidak berani melihat tubuh Max. Sial, dia tidak sanggup melihat tubuh Maximus begitu lama karena sesuatu yang berada di balik celana itu bisa menghantuinya kembali setelah dia bersusah payah melupakannya.     

Max tersenyum dan turun ke kolam renang, Aleandra terlihat seksi dengan pakaian dalamnya. Dia memang tidak memiliki bikini tapi apa bedanya? Max mendekatinya, Aleandra tahu itu dari gerakan air. Sebaiknya dia berenang menjauh saja, dia merasa gugup setiap pria itu dekat dengannya.     

"Mau ke mana?" Max sudah meraih pinggangnya sebelum dia berenang pergi.     

"A-Aku ingin berenang," sudah dia duga, dia akan merasa gugup setiap dekat dengan pria itu. Max memeluknya dari belakang, Aleandra bisa merasakan otot dada dan perut pria itu di punggungnya.     

Aleandra menelan ludah saat Max mengusap lengan dan juga perutnya, bibir pria itu bahkan bermain di bahunya, menggoda kulitnya.     

"Kenapa tidak menggunakan bikini?" Max masih memainkan bibirnya di bahu Aleandra. Kecupan demi kecupan Aleandra dapatkan sampai akhirnya bibir Maximus berada di pipinya.     

"A-Aku tidak punya bikini."     

"Apa kau belum melihat apa yang aku belikan waktu itu?" Max kembali mendaratkan sebuah ciuman di pipi Aleandra.     

"Belum," jawab Aleandra seraya bersandar di dadanya, "Aku belum melihatnya," ucapnya lagi.     

"Kenapa? Apa kau tidak mau menerima barang yang aku belikan?"     

"Tidak. Lagi pula aku harus membayarnya, bukan?"     

"Jadi kekasihku, Aleandra. Jika kau mau menjadi kekasihku maka kau tidak perlu membayarnya dan apa pun yang kau inginkan akan aku berikan!"     

Aleandra tersenyum, jadi kekasih Maximus? Bukannya dia tidak mau tapi dia tidak tahu bagaimana perasaannya pada pria itu saat ini.     

"Kenapa kau diam?"     

"Bukankah kita sudah membahasnya?" Aleandra memutar tubuhnya. Aleandra mengusap wajah Max dengan senyum menghiasi wajah.     

"Ijinkan aku mencari tahu terlebih dahulu bagaimana perasaanku padamu saat ini sebelum aku menjawab permintaanmu."     

"Baiklah," Max menggendong Aleandra dan mengusap wajahnya, "Jangan terlalu lama karena aku tidak suka lama menunggu," ucapnya lagi.     

"Kau seperti tidak sabar?" tanya Aleandra.     

"Tentu saja, aku sudah tidak sabar menjadikanmu sebagai milikku!" Max mengecup bibirnya dengan lembut.     

Aleandra tersenyum tipis, kedua tangannya sudah melingkar di leher Maximus begitu juga dengan kedua kakinya yang sudah melingkar di tubuh pria itu.     

Mereka berdua saling pandang tanpa berkata apa-apa, tangan Max sedang berada di bokong Aleandra dan mengusapnya. Aleandra merasa aneh, mereka memang belum memiliki hubungan apa pun tapi hubungan mereka sudah seperti sepasang kekasih.     

Mata Aleandra sudah terpejam saat Max mencium bibirnya. Dia tidak mau memikirkan apa pun mengenai hubungan mereka berdua, cukup jalani saja apa yang ada saat ini.     

Ciuman Max semakin dalam, lidahnya juga sudah masuk ke dalam mulut Aleandra. Rasanya ciuman yang mereka lakukan sedikit berbeda. Tangan Max bergerak liar, masuk ke dalam celana dalam Aleandra dan mengusap bokongnya.     

Aleandra semakin merasa aneh, dia sangat ingin menyingkirkan tangan Max tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukannya. Satu tangan Max merayap naik ke atas, membuka kait bra yang digunakan Aleandra.     

Bibir mereka terlepas, Aleandra terengah tapi Maximus tidak juga berhenti. Kini bibirnya sedang mencium leher Aleandra dan bahunya.     

"Max," Aleandra berusaha menahannya.     

"Sedikit saja, kau tidak keberatan, bukan?" Max bertanya sambil menatapnya tajam.     

Aleandra menggigit bibir, dia sangat ingin menolak tapi reaksi tubuhnya berkata lain. Dia tahu jika itu salah tapi dia seperti mengharapkan apa yang ingin Maximus lakukan.     

"Tidak menjawab berarti kau tidak keberatan!" setelah berkata demikian, Maximus kembali mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Dia tidak memberikan kesempatan pada Aleandra untuk menolak, bibir bagian bawah Aleandra di hisap dan setelah itu Max kembali mencium bibirnya dengan buas sampai gadis itu kewalahan mengikuti ciuman dan permainan lidahnya.     

Tali bra diturunkan lalu benda itu dibuang. Max membawa Aleandra ke sisi kolam renang sehingga tubuh gadis itu bersandar di dinding kolam renang. Bibir Max sudah berada di lehernya, tangannya bahkan sudah berpindah.     

Aleandra memejamkan mata sambil menggigit bibir, persetan, pikirannya benar-benar kosong. Kedua kakinya bahkan menjepit tubuh Max dengan erat, sedangkan kedua tangan sudah melonggar seperti memberikan ruang kepada Maximus untuk menikmati tubuhnya.     

"Ahh...!" desahan Aleandra terdengar saat jari Max menyentuh ujung dadanya yang berwarna pink karena sampai sekarang belum ada yang menyentuhnya selain pria itu saja.     

Max mengumpat, dia rasa dia tidak bisa berhenti lagi. Remasan pelan di dada Aleandra dapatkan, erangannya kembali terdengar saat Max memainkan jarinya di sana. Max semakin bersemangat, bibirnya kini sudah hampir tiba di sana. Sekalipun ada meteor jatuh di kolam renang, dia tidak akan menghentikan kegiatan menyenangkan itu.     

"Akh... Max!" Aleandra memekik pelan saat pria itu menghisap dadanya. Rasanya aneh, sedikit sakit tapi nikmat.     

Max bagaikan bayi lapar, satu tangannya bermain di ujung dada lainnya sedangkan mulutnya masih menikmati ujung dada yang satunya. Setelah puas menikmati dada yang satunya, bibirnya berpindah untuk menghisap yang lainnya. Mereka berdua menikmati itu, Max bahkan sudah memeluk tubuh Aleandra dan mengangkatnya, sedangkan mulutnya masih berada di dada Aleandra dan menghisap benda itu secara bergantian.     

Desahan Aleandra semakin terdengar, tubuhnya bahkan terasa bergetar. Aleandra menekan kepala Max agar pria itu memenuhi mulutnya dengan dadanya. Mereka seperti itu cukup lama dan setelah menikmati kedua dada Aleandra, Max mencium bibirnya kembali. Dia belum puas, rasanya ingin melakukan lebih jauh dari pada itu tapi sebaiknya dia menyudahinya.     

Mereka berdua terengah karena api nafsu yang membara. Aleandra memeluk Maximus dan menyembunyikan wajahnya di leher pria itu. Tubuhnya terasa aneh, dia tidak tahu apa tapi ini pertama kalinya dia merasakan hal itu.     

Max masih memberikan ciuman-ciuman lembut di wajah Aleandra, tangannya bahkan masih membelai dada Aleandra dan memainkan ujung dadanya sesekali.     

"Apa mau dilanjutkan?" tanya Max dengan suara serak.     

"La-Lain kali," jawab Aleandra.     

Max tersenyum, lain kali dia rasa dia tidak akan berhenti. Mereka masih seperti itu. Aleandra bahkan masih memeluknya dan membiarkan tangan nakalnya bermain di dadanya. Sial, dia merasa sesuatu berdenyut di bawah sana. Tubuhnya bahkan terasa panas seperti terbakar.     

Setelah sekian lama seperti itu, Max membawa Aleandra keluar dari kolam renang sambil mencium bibirnya. Jika saja Aleandra sudah memiliki perasaan padanya, pasti sudah dia bawa Aleandra ke dalam kamarnya dan tidak akan dia lepaskan gadis itu sampai pagi tapi sepertinya dia harus bersabar untuk hal itu. Biarlah, cepat atau lambat gadis itu pasti akan menjadi miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.