Hi's Like, Idiot But Psiko

Saingan Cinta



Saingan Cinta

0Fedrick pergi mencari seseorang pada malam itu, tentu dia mencari seseorang yang akan membantunya menemukan Aleandra. Dia tidak akan menerima keputusan Aleandra yang mengakhiri hubungan mereka begitu saja. Dia pasti akan menemukan Aleandra dan mengajaknya untuk menikah.     

Dia tahu jika semua kesalahan ada pada dirinya, oleh sebab itu dia akan menebus kesalahan yang telah dia lakukan selama ini dan meyakinkan Aleandra jika dia benar-benar menyesal dan akan berubah tapi sebelum itu dia harus menemukan keberadaan Aleandra terlebih dahulu.     

Dia menebak Aleandra tidak berada jauh dan masih berada di Rusia karena dia yakin, Aleandra tidak akan bisa pergi jauh. Aleandra pasti sangat ketakutan dan bersembunyi entah ke mana. Semoga saja dia bisa menemukan keberadaan Aleandra dengan cepat.     

Fedrick membawa foto Aleandra yang akan dia tunjukkan nanti. Ini adalah langkah awal yang harus dia ambil untuk menemukan kekasihnya. Apa pun akan dia lakukan agar dia bisa menemukan Aleandra dan dengan cara apa pun dia akan membawa Aleandra pulang.     

Kali ini dia bersumpah akan menjaga Aleandra bahkan dia bersedia berkorban nyawa demi Aleandra agar gadis itu percaya jika dia benar-benar menyesal dan ingin memperbaiki hubungan mereka berdua.     

Sebuah bar menjadi pilihan, Fedrick sudah menunggu tanpa sadar jika anak buah Antonio duduk tidak jauh darinya untuk melihat apa yang akan dia lakukan di bar itu.     

Map berisi foto Aleandra diletakkan di atas meja, Fedrick memesan minuman untuk dia nikmati sambil menunggu orang yang akan membantunya menemukan keberadaan Aleandra. Cukup lama dia menunggu dan akhirnya seorang pria menghampirinya dan duduk di hadapannya.     

"Tuan Fedrick?" tanya pria itu.     

"Benar," Jawab Fedrick.     

"Maaf terlambat, katakan apa yang bisa aku lakukan untukmu, Tuan Fedrick?"     

"Aku dengar kau bisa menemukan orang dalam waktu singkat. Apa benar?" Fedrick melihat orang itu dengan teliti.     

"Tentu, siapa yang hendak anda cari? Aku jamin tidak akan mengecewakan anda."     

Fedrick mengambil map yang dia letakkan di atas meja, foto Aleandra dikeluarkan dan setelah itu ditunjukkan pada orang yang akan membantunya mencari keberadaan Aleandra.     

"Aku ingin kau mencari kekasihku yang hilang," ucapnya.     

"Kapan hilangnya? Apakah ada petunjuk?" tanya orang itu.     

"Dia sudah menghilang beberapa bulan yang lalu. Tidak ada petunjuk sama sekali karena dia hilang begitu saja!"     

"Baiklah tapi bayarannya tidaklah murah."     

"Tidak perlu takut akan bayarannya," ucap Fedrick, "Jika kau bisa menemukan keberadaan kekasihku maka aku akan membayar sesuai dengan hasil kerjamu!" ucapnya lagi. Dia tidak peduli dengan uang yang penting dia bisa menemukan keberadaan Aleandra. Anggap untuk menebus kesalahan yang telah dia lakukan. Dia juga ingin menunjukkan pada Aleandra jika dia serius dengan hubungan mereka dan dia harap, dengan begitu Aleandra mau kembali bersama dengannya lagi.     

"Baiklah, aku pasti akan menemukan keberadaan dirinya dengan cepat," foto Aleandra sudah berpindah tangan, dengan pengalaman kerjanya, orang itu sangat yakin dapat menemukan keberadaan Aleandra.     

"Aku mengandalkanmu," ucap Fedrick dengan harapan tinggi. Dia sangat berharap keberadaan Aleandra bisa secepatnya ditemukan.     

Setelah mendapat perintah dan foto Aleandra, orang itu pergi meninggalkan Fedrick seorang diri yang menikmati minumannya. Fedrick meneguk minuman yang ada di dalam gelas sampai habis dan setelah itu dia terlihat menunduk dengan perasaan kacau.     

Untuk kesekian kali, rasa penyesalan memenuhi hati karena dia tidak bersama Aleandra di saat Aleandra membutuhkan dirinya dan lagi-lagi dia bertanya dalam hati dengan penyesalan yang semakin menyesakkan dada. Pria seperti apa dirinya? Tidak heran Aleandra mengakhiri hubungan mereka, tidak heran Aleandra berkata hubungan mereka tidak akan berhasil dan tidak heran pula Aleandra tidak mempercayai dirinya dan mengatakan di mana dia sedang bersembunyi saat ini tapi dia yakin orang itu bisa menemukan keberadaan Aleandra.     

Anak buah Antonio sudah cukup mendengar, dia pindah tempat duduk agak jauh karena dia ingin menghubungi Antonio dan tidak mau sampai Fedrick mendengar percakapannya sehingga Fedrick tahu bahwa dia sedang diikuti dan diawasi.     

Antonio sudah menunggu sejak tadi, dia sudah sangat ingin tahu apa yang didapat oleh anak buahnya karena dia benar-benar harus memanfaatkan Fedrick dengan baik.     

"Bagaimana?" tanya Antonio tanpa basa basi.     

"Dia memerintahkan seseorang untuk mencari keberadaan gadis itu," jawab si anak buah.     

"Yang lain?" tanya Antonio lagi.     

"Hanya itu saja!"     

"Baiklah, terus awasi gerak geriknya dan laporkan apa pun yang kau dapatkan!" perintah Antonio.     

"Baik, Tuan!" jawab sang anak buah. Matanya kembali melihat ke arah Fedrick yang meneguk minumannya dengan perasaan tidak menentu. Bahunya bahkan terlihat gemetar karena perasaan menyesal meluap di dada. Dia sangat berharap semoga dia memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka dan dia sangat berharap tidak ada yang merebut Aleandra darinya tapi sayangnya hal itu sudah terlambat karena seorang pria yang terkenal dingin dan menakutkan sedang bersama dengan Aleandra saat ini.     

Aleandra tampak termenung di sisi kolam renang. Maximus akan mengajaknya pergi tapi tiba-tiba saja ada pekerjaan mendesak yang harus dia lakukan. Maximus meminta Aleandra menunggu sebentar sampai dia menyelesaikan pekerjaannya. Saat itu waktu baru menunjukkan pukul sepuluh waktu San Francisco karena perbedaan waktu yang sangat signifikan antara Moskow Rusia dan San Francisco.     

Sambil mengunggu Max, mata Aleandra tidak lepas dari air kolam renang yang tenang. Pikirannya berkelana, dia jadi teringat dengan ucapan Fedrick yang mengatakan jika kakaknya menghilang seperti dirinya. Kemungkinannya hanya ada dua, kemungkinan kakaknya masih hidup atau bisa saja, jasad kakaknya dibuang entah ke mana dengan tujuan tertentu. Bisa saja para penjahat itu ingin mengecoh polisi agar polisi tidak saja sibuk mencari dirinya tapi juga sibuk mencari kakaknya yang ternyata sudah mati terbunuh bersama dengan kedua orangtuanya.     

Kedua tangan Aleandra mengepal dengan erat, kemarahan juga meluap di hati. Dia sangat ingin tahu siapa yang telah begitu keji menghabisi keluarganya. Seandainya dia tahu kasus apa saja yang ditangani oleh ayahnya? Dia rasa dia akan tahu siapa pelakunya tapi kini, untuk menyelamatkan hidupnya saja sudah terasa sulit apalagi untuk mencari tahu siapa yang telah membantai keluarganya. Dia masih bisa hidup pun berkat Maximus.     

Max melangkah menghampiri Aleandra, senyum terukir di wajah dinginnya. Tidak saja jadi cerewet tapi dia jadi banyak tersenyum. Cinta memang bisa mengubah dunia seseorang dengan mudah dan dia jadi seperti itu karena cinta.     

Aleandra meliriknya sejenak saat Max duduk di sisinya. Maximus sangat heran karena Aleandra terlihat tidak bersemangat sama sekali. Apa Aleandra jadi seperti itu karena terlalu lama menunggunya?     

"Kenapa tidak bersemangat?" Maximus menarik Aleandra mendekat hingga gadis itu bersandar di bahunya.     

"Apa kau jadi seperti ini karena terlalu lama menunggu aku?" tanyanya lagi.     

"Tidak, Max. Aku hanya sedang berpikir."     

"Apa yang kau pikirkan, hm?" Max mendaratkan ciumannya di dahi Aleandra.     

"Aku sedang memikirkan ucapan Fedrick," jawab Aleandra.     

"Kau sedang memikirkan ucapannya atau kau sedang memikirkan orangnya?" tanya Maximus dengan nada tidak senang.     

"Jangan salah paham, Max. Aku sedang memikirkan ucapan Fedrick mengenai kakakku," Aleandra memegangi telapak tangan Maximus, dia tidak mau membuat pria itu marah karena ucapannya.     

"Mengenai kakakmu?"     

"Ya, kau mendengarnya bukan jika Fedrick berkata bahwa selain aku, kakakku juga menghilang dan aku rasa kakakku masih hidup atau bisa saja dia sudah mati tapi para penjahat itu membuang tubuhnya demi tujuan mereka."     

"Aku rasa kakakmu tidak mungkin mati. Dia pasti masih hidup dan aku rasa kakakmu ditangkap oleh musuh. Bagaimanapun mereka butuh pion untuk memancingmu keluar sehingga mereka bisa menangkapmu dengan mudah."     

"Benarkah?" Aleandra memandanginya dengan tatapan tidak percaya.     

"Percayalah denganku, Aleandra. Mereka pasti menangkap kakakmu dan menjadikannya sebagai tahanan untuk mereka gunakan sebagai pion jadi kau harus ingat dengan perkataanku ini. Jika suatu hari kakakmu tiba-tiba datang atau siapa pun yang menyerupai kakakmu jangan pernah mengikutinya pergi jika dia mengajak karena bisa saja itu adalah umpan yang dilemparkan oleh musuh untuk mengecoh dirimu sehingga kau bisa ditangkap dengan mudah."     

"Tapi bagaimana ternyata itu benar-benar kakakku?" tanya Aleandra.     

"Mau itu kakakmu atau bukan, jangan pernah kau mengikutinya!"     

Aleandra diam saja, bagaimana dia bisa menolak jika kakaknya tiba-tiba datang dan mengajaknya pergi?"     

"Hei," Maximus memegangi dagu Aleandra dan memandanginya dengan lekat, "Berjanjilah padaku jika kau tidak akan melakukan hal itu, Aleandra. Di pihakku ada musuh yang sedang mengintai dan mencari kelemahanku, sedangkan kau juga sedang dicari jadi kita harus waspada. Kita tidak tahu apa yang akan musuh-musuh kita lakukan jadi jangan sampai kau teperdaya dengan mudah. Kau cukup menjaga dirimu baik-baik, itu sudah cukup membantu aku," pinta Maximus.     

Aleandra tersenyum, dia tahu Max mengkhawatirkan dirinya. Dia memang harus jaga diri dan belajar dari kejadian-kejadian yang telah dia alami selama ini.     

"Aku berjanji padamu, aku tidak akan terkecoh dengan mudah jika kakakku tiba-tiba datang dan mengajak aku pergi," ucapnya.     

"Bagus, aku suka gadis penurut dan aku benci yang pembangkang yang tidak mau mendengarkan ucapanku sehingga hanya bisa merepotkan diriku saja!"     

Aleandra kembali tersenyum, Max selalu berkata dengan jujur dan mengatakan apa yang dia suka dan tidak. Setidaknya pria itu begitu tulus walau sesungguhnya masih ada rasa takut di dalam hatinya pada Maximus Smith. Dia yakin dengan seiring berjalannya waktu, rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya dan menjadi perasaan cinta untuk pria itu.     

"Aku akan berusaha menjadi seperti yang kau inginkan, Max. Tapi aku hanya gadis biasa yang pasti akan melakukan kesalahan dan aku harap kau bisa memaafkan kesalahanku jika aku telah melakukan sebuah kesalahan yang tidak menyenangkan hatimu nanti."     

Max mengusap wajah Aleandra dengan senyum terukir di bibir. Lagi-Lagi dia harus belajar dan sepertinya mereka memang harus banyak belajar untuk mengenal sifat satu sama lain.     

"Jika begitu ayo kita pergi, aku akan mengajakmu menikmati alam," ucapnya.     

"Aku sudah tidak sabar."     

Maximus beranjak, begitu juga dengan Aleandra. Mereka akan pergi makan siang terlebih dahulu sebelum pergi melakukan hal yang menyenangkan. Aleandra tidak mau memikirkan apa pun karena dia ingin menikmati hari ini bersama dengan Max. Dia tidak tahu jika Fedrick berusaha mencarinya dan pemuda itu bisa saja dimanfaatkan oleh Antonio demi tujuannya dan tentunya dengan iming-iming jika dia akan menemukan keberadaan Aleandra. Max juga tidak tahu jika saingan cintanya tidak menyerah tapi dia juga tidak akan mempedulikan hal itu karena baginya Aleandra sudah menjadi miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.