Hi's Like, Idiot But Psiko

Keputusan Aleandra



Keputusan Aleandra

0"Fedrick," nama itu terucap di bibir. Matanya tidak lepas dari pria yang masih melangkah mendekatinya. Fedrick tersenyum, rasa rindunya pada Aleandra semakin memenuhi hati. Dia sudah sangat ingin mendekap Aleandra untuk menumpahkan kerinduannya pada gadis itu.     

Langkah Fedrick semakin cepat, dia tidak peduli dengan Maximus yang hanya diam memperhatikan karena pria itu ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Aleandra. Jika Aleandra mengecewakan dirinya maka dia akan pergi dari sana dan tidak akan mempedulikan gadis itu lagi.     

"Aleandra, akhirnya aku bisa menemukan dirimu," Fedrick hendak memeluknya tapi Aleandra segera menghindar. Dia tahu Maximus sedang menguji dirinya saat ini. Sepertinya pria itu ingin melihat keseriusannya dalam hubungan mereka berdua.     

Fedrick terlihat kecewa, kenapa Aleandra menghindar? Apa Aleandra tidak senang melihat kedatangannya?     

"Kenapa kau ada di sini, Fedrick? Dari mana kau tahu aku berada di sini?" Aleandra memeluk lengan dan membuang wajahnya.     

"Aku meminta seseorang mencari keberadaanmu, Aleandra. Aku sangat?"     

"Kenapa?" Aleandra menyela ucapan Fedrick.     

"Aku sudah mengakhiri hubungan kita dan memintamu untuk tidak mencari aku lagi tapi kenapa kau tidak mendengarkan permintaanku?"     

"Aku tidak bisa menerimanya, Aleandra. Aku tidak terima kau memutuskan hubungan kita secara sepihak!" ucap Fedrick.     

"Sudah aku katakan hubungan kita tidak akan berhasil, Fedrick. Kau datang ke sini untuk mencari keberadaanku, apakah kau tahu risikonya? Aku sedang dikejar, bagaimana jika ada yang mengikutimu dan mengetahui keberadaanku?"     

"Aku tahu, Aleandra. Aku tahu kau sedang melarikan diri tapi kembalilah denganku. Aku akan melindungi dirimu, aku berjanji. Kedua orangtuaku juga sangat mencemaskan dirimu, sebab itu kembalilah denganku!" pinta Fedrick sambil mengulurkan tangan.     

"Tidak!" Aleandra melangkah mundur, "Tidak seharusnya kau berada di sini. Pergilah, Fedrick. Aku tidak mau kau dalam bahaya karena aku!"     

"Aku tidak takut, Aleandra," Fedrick kembali mendekatinya tapi lagi-lagi Aleandra melangkah mundur.     

"Aku tahu risikonya tapi aku tetap ingin bersama denganmu. Aku juga tahu selama ini aku salah. Aku sudah mengabaikan dirimu, aku tidak pernah punya waktu untuk dirimu. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga aku tidak pernah memiliki waktu untukmu. Aku sangat sadar akan hal itu, Aleandra. Aku sudah memikirkannya selama kau tidak ada, aku sudah merenungkan kesalahanku dan aku tahu ternyata aku tidak bisa tanpa dirimu. Aku membutuhkanmu dalam hidupku, aku sudah sadar jika kau sangat berarti bagiku oleh sebab itu kembalilah denganku. Kita mulai lagi dari awal, aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku berjanji akan mencintaimu dan memberikan seluruh waktuku untukmu jadi kembalilah dan beri aku kesempatan, Aleandra," pinta Fedrick.     

"Tidak!" Aleandra jatuh terduduk, air matanya mengalir tanpa dia inginkan. Maximus masih diam, dia ingin lihat apakah Aleandra akan goyah oleh bujuk rayu pria itu atau tidak.     

"Please, Aleandra," Fedrick duduk di sisi Aleandra dan memegangi kedua tangannya.     

"Percayalah padaku, Aleandra. Aku bersumpah akan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan selama ini. Aku akan merubah semua sifat burukku. Aku akan mencintaimu dan membahagiakan dirimu mulai sekarang, aku bersumpah akan hal itu jadi percayalah padaku!" pinta Fedrick memohon.     

"Tidak, Fedrick. Aku tidak bisa!" Aleandra menarik tangannya dan menghapus air matanya dengan terburu-buru. Dia tidak berani melihat ke arah Maximus yang saat itu sedang menatap mereka dengan tajam dan dengan ekspresi wajah yang menakutkan.     

"Kenapa, Aleandra. Apa kau tidak yakin?" Fedrick menatapnya penuh selidik, sedangkan Aleandra diam saja. Fedrick mengambil cincin yang dia bawa, hampir saja dia melupakan hal itu.     

"Lihat," Fedrick membuka kotak cincin dan memperlihatkan isinya pada Aleandra. Dia harap setelah melihatnya Aleandra percaya jika dia bersungguh-sungguh sehingga dia mau kembali dengannya. Fedrick meraih satu tangan Aleandra, cincin pun diambil. Aleandra diam saja saat Fedrick memakaikan cincin itu di jari manisnya.     

"Aku buru-buru kembali setelah mendapatkan cincin ini, aku berniat melamarmu begitu kembali dan mengajakmu menikah. Aku sungguh tidak tahu jika kau sedang mengalami kejadian buruk, itu semua karena aku tidak punya waktu untukmu. Aku benar-benar menyesal akan hal itu. Aku sangat merasa kehilangan saat kau tidak ada, aku juga hancur saat kau mengakhiri hubungan kita. Sekarang, aku akan menebus semua kesalahan itu jadi menikahlah denganku, Aleandra. Jika kau tidak mau tinggal di Moskow lagi maka kita akan pindah yang jauh asal kau nyaman," ucap Fedrick.     

"Maaf, Fedrick," Aleandra menarik tangannya, air mata kembali mengalir. Dengan perlahan Aleandra melepaskan cincin berlian yang melingkar di jari manisnya dan setelah itu cincin dikembalikan kepada Fedrick.     

"Aku tidak bisa menerima lamaran ini, Fedrick," ucapnya.     

"Kenapa, Aleandra? Apa kau tidak mau memberikan aku kesempatan?"     

"Kesempatan itu sudah tidak ada, Fedrick. Aku sudah?"     

"Tidak!" teriak Fedrick. Dia tidak mau mendengar apa yang akan Aleandra katakan selanjutnya.     

"Sekarang ikut aku pulang!" Fedrick menarik tangan Aleandra. Dia akan memaksa Aleandra mengikutinya kembali ke Rusia.     

"Lepaskan aku, Fedrick. Jangan memaksa aku dan dengarkan ucapanku sampai selesai!"     

"Tidak, ikut aku dan kita akan langsung menikah!" Fedrick masih berusaha menarik tangannya.     

"Lepaskan tanganmu darinya!" Maximus meraih tangan Aleandra. Dia terlihat marah, dia tidak suka melihat Aleandra disentuh dan dipaksa seperti itu. Dia sudah menahan diri sedari tadi dan sekarang dia sudah tidak bisa menahannya lagi.     

"Ini tidak ada hubungannya denganmu, Tuan. Aku sangat berterima kasih padamu karena kau sudah membantu kekasihku jadi aku akan memberikan imbalan atas kebaikan hatimu," ucap Fedrick.     

"Jangan sampai aku mengulangi ucapanku" wajah Maximus semakin terlihat menakutkan, matanya masih menatap ke arah Fedrick.     

"Fedrick, tolong dengarkan aku," pinta Aleandra.     

"Tidak, Aleandra. Ikut aku kembali sekarang juga!" Fedrick masih bersikeras.     

"Fedrick!" Aleandra berteriak lantang.     

Fedrick memandanginya, Aleandra terlihat marah. Dia sungguh tidak suka sifat Fedrick yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa mau mendengarkan pendapat orang lain.     

"Jangan marah, Aleandra. Aku tidak bermaksud membuatmu marah," Fedrick melepaskan tangan Aleandra.     

"Kau selalu seperti ini, dari dulu sampai sekarang. Kau bilang akan berubah tapi belum sampai setengah jam, kau sudah menelan ucapanmu mentah-mentah!" air mata Aleandra kembali mengalir dengan deras, tidak seharusnya Fedrick datang ke tempat itu. Sungguh dia benci dengan situasi seperti ini.     

"Aku minta maaf," ucap Fedrick.     

"Sudah aku katakan hubungan kita tidak berhasil, Fedrick. Kali ini dengarkan aku dan jangan menyela ucapanku. Jika kau melakukannya maka aku akan meminta mereka untuk menyeretmu keluar dan jangan harap aku akan bertemu denganmu setelah ini!" ancam Aleandra.     

"Baiklah," ucap Fedrick. Dia sungguh tidak mau mendengar apa yang hendak Aleandra ucapkan tapi dia tidak punya pilihan.     

"Terima kasih tapi sungguh aku tidak senang kau datang ke sini untuk mencari aku. Jangan tanya kenapa, seharusnya kau tahu itu berbahaya. Aku juga sudah mengatakan jika kita tidak bisa bersama lagi, seharusnya kau menganggap ucapanku serius. Aku mencintaimu, Fedrick," Aleandra memandangi pria itu dengan tatapan sendu, dia akan mengatakan semuanya dan mengakhiri hubungan mereka tapi Maximus sangat marah mendengar ucapan Aleandra. Jadi Aleandra masih mencintai pria itu? Rasanya ingin pergi tapi dia akan bersabar mendengar semua ucapan Aleandra.     

"Jika kau mencintai aku maka kembalilah denganku," ucap Fedrick.     

"Dengarkan aku sampai selesai, aku memang mencintaimu tapi itu dulu sampai seseorang hadir dalam hidupku dan memenuhi hatiku. Dia memberikan cinta yang aku inginkan, dia memberikan perhatian yang sangat aku butuhkan. Kau selalu mengabaikan aku selama ini, kau tidak pernah ada untukku. Jika aku tidak mengalami hal ini, apakah kau akan menyadari jika kau membutuhkan aku?"     

Fedrick diam, tidak bisa menjawab. Matanya ke arah Maximus, dia tahu pria itulah yang dimaksud oleh Aleandra.     

"Aku sangat menghargai niat baikmu tapi aku tidak bisa kembali bersama denganmu. Aku sudah memutuskan untuk menetap di sini dan tidak mau kembali ke Rusia lagi."     

"Jika begitu kita pindah ke tempat lain!" sela Fedrick.     

"Tidak, Fedrick. Maaf aku tidak bisa menerima lamaranmu, aku harap kau menemukan wanita yang jauh lebih baik darimu. Kembalilah Fedrick dan lupakan aku!" pinta Aleandra.     

"Tidak, Aleandra. Aku benar-benar akan menebus kesalahan yang telah aku lakukan jadi jangan mengakhiri hubungan kita seperti ini!" Fedrick menunduk, matanya terasa panas. Inilah yang dia takutkan, ternyata Aleandra menemukan seseorang yang jauh lebih baik darinya.     

"Maaf, Fedrick. Aku sudah memutuskan untuk memilih Max karena dia mencintai aku dan memberikan apa yang aku inginkan. Dia membuat aku merasakan manisnya pacaran, dia membuat aku merasakan bagaimana dicintai oleh seseorang."     

"Jadi kau dengannya?" Fedrick tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya, ternyata tebakannya tidaklah salah.     

"Ya, aku sudah memberikan diriku padanya jadi maafkan aku karena aku tidak bisa kembali denganmu."     

"Kenapa, Aleandra? Kenapa kau begitu cepat memutuskan tanpa memberi aku kesempatan! Aku sungguh menyesal, aku tidak mau hubungan kita berakhir seperti ini!" bahu Fedrick bergetar, dia merasa hancur. Wanita yang sangat dia inginkan sudah jadi milik orang lain. Dia tidak menyangka Aleandra begitu cepat berpindah ke lain hati tapi semua itu memang akibat kesalahan yang dia lakukan sendiri.     

"Maafkan aku, Fedrick," ucap Aleandra. Dia sudah memutuskan untuk bersama dengan Maximus maka dia tidak akan mengecewakan pria yang begitu mencintai dan menyayanginya.     

"Berikan aku satu kesempatan, Aleandra," Fedrick masih memohon.     

"Maaf, aku sudah memutuskannya,"Aleandra menghampus air matanya dengan perlahan. Dia tidak berani melihat ekspresi Maximus, dia takut telah membuat kesalahan tanpa sadar. Padahal dia sangat ingin menangis di dada pria itu tapi dia tidak berani apalagi Maximus diam saja sedari tadi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.     

Suasana di antara mereka jadi hening, Fedrick menyesali perbuatannya dan merasa hancur karena Aleandra tidak mau kembali dengannya. Aleandra menghapus air mata yang masih mengalir karena sesungguhnya dia tidak sanggup menghadapi situasi seperti ini. Max yang sedari diam saja menarik Aleandra sehingga gadis itu mendekat. Aleandra menggunakan kesempatan itu untuk menangis di dadanya. Walau Maximus tidak mengatakan apa pun tapi belaian tangan pria itu membuatnya nyaman.     

Fedrick tidak bisa melakukan apa pun tapi satu hal yang dia rasakan saat ini, dia tidak suka melihat kebersamaan mereka berdua. Pria itu hadir di antara mereka dan merebut Aleandra darinya. Rasanya tidak rela karena hubungan mereka jadi hancur gara-gara pria itu. Apakah dia harus menyerah dan membiarkan Aleandra bersama dengan pria itu? Tidak, karena dia benar-benar tidak rela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.