Hi's Like, Idiot But Psiko

Mencari Jejak



Mencari Jejak

0Maximus meminta ayah dan ibunya untuk datang hari itu, dia membutuhkan mereka berdua. Keadaan Aleandra memburuk saat dia bangun tidur, Aleandra demam dan panas tubuhnya cukup tinggi. Dia terbangun dalam keadaan menggigil dan mengigau. Nama Adrian tidak henti dia ucapkan.     

Dia tahu Aleandra sangat mengkhawatirkan kakaknya, dia juga tahu jika Aleandra tidak bisa tidur karena gadis itu hanya duduk di ranjang sepanjang malam. Max bahkan menemani Aleandra, menghiburnya tapi rasa khawatir Aleandra mengalahkan segalanya.     

Karena keadaan Aleandra yang seperti itu, Max tidak bisa meninggalkan Aleandra jika dia ingin mencari keberadaan Adrian. Dia juga memerlukan bantuan ayahnya agar dia bisa menemukan Adrian dengan mudah. Dia sudah menyelusuri rekaman dan mempelajarinya, dia mendapati jika rekaman cctv terdapat beberapa kejanggalan. Jika dia ingin memecahkan kejanggalan itu dengan cepat maka dia harus dibantu oleh ayahnya.     

Marline dan Michael sudah datang dan mendapati putra mereka sedang sibuk di dapur. Max sedang membuat segelas minuman hangat yang akan dia berikan pada Aleandra, semangkok bubur juga sudah berada di atas meja.     

Dia bahkan menunda beberapa pekerjaan hari ini, dia tidak ingin meninggalkan Aleandra karena dia tahu gadis itu membutuhkan dirinya dan dia juga khawatir Aleandra akan pergi mencari Adrian tanpa sepengetahuan dirinya. Ibunya menghampiri, Marline melihat apa yang sedang putranya lakukan.     

"Ada apa kau meminta kami datang, Max? Mana Aleandra, kenapa kau yang membuat sarapan?" tanya ibunya.     

"Dia sedang sakit, Mom. Aku meminta Mommy datang karena aku ingin Mommy menjaganya. Aku juga ingin meminta bantuan Daddy membantu aku melakukan sesuatu setelah ini," jawab Maximus.     

"Sakit? Apa dia sedang hamil?" tanya ibunya penuh harap.     

"Tidak! Dia sakit akibat berjalan dan berlari selama berjam-jam tanpa istirahat."     

"Hei, apa maksud perkataanmu?"     

"Mom, semalam dia melihat kakaknya sebab itu dia mengejarnya tanpa alas kaki, tanpa minum dan tanpa istirahat. Itu sebabnya aku meminta kalian datang karena aku ingin Mommy menjaganya. Jangan sampai dia nekad pergi mencari keberadaan kakaknya dalam kondisi seperti itu."     

"Apa? Bukankah kau bilang keluarganya?" ucapan Marline terhenti karena Max sudah menyelanya.     

"Kakaknya masih hidup, Mom. Dia juga baru tahu hal itu dari mantan kekasihnya yang datang beberapa hari yang lalu. Kakaknya di sandera oleh musuh tapi semalam dia melihat kakaknya di kota ini."     

"Oh my God," Marline terlihat khawatir.     

"Hati-Hati, Max. Itu pasti jebakan yang dibuat oleh musuh!" ucap ayahnya.     

"Aku tahu, Dad. Sebab itu aku meminta Mommy menjaganya agar dia tidak pergi dan masuk ke dalam jebakan musuh."     

"Baiklah, apa yang kau ingin Daddy lakukan?" tanya Michael.     

"Tunggu sebentar, Dad. Aku bawa makanan ini sebentar," Max membawa minuman hangat dan juga bubur yang sudah dingin menuju kamar.     

Marline dan Michael hanya saling pandang. Mereka melangkah menuju ruang keluarga saat Maximus masuk ke dalam kamarnya. Aleandra berbaring di atas ranjang dengan keadaan tidak berdaya. Dia bahkan memandangi Maximus dengan tatapan sayu.     

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Max seraya menghampirinya.     

"Tidak baik," Aleandra menjawab dengan suara serak.     

"Makan buburnya dan minum obat. Aku akan mencari keberadaan Adrian saat kau beristirahat."     

Aleandra mengangguk dengan lemah, Max membantunya untuk bersandar di tumpukan bantal yang sudah disusun sedemikian rupa. Aleandra terlihat begitu lemah, dia bahkan tidak memiliki tenaga saat Max membantunya untuk bersandar.     

"Lihatlah, seharusnya kau memikirkan keadaanmu dan tidak memaksakan diri!"     

"Maafkan aku," ucap Aleandra dengan nada lemah.     

"Sudahlah, sekarang serahkan semuanya padaku."     

Aleandra mengangguk,. Max menyuapinya bubur. Semoga saja keadaannya membaik setelah beristirahat karena dia ingin membantu Maximus mencari Adrian.     

"Menurutmu, apa Adrian masih berada di luar, Max?" tanya Aleandra.     

"Semoga saja, Aleandra. Aku pasti akan berusaha menemukan keberadaannya tapi kau harus tahu jika hal itu tidaklah mudah. Aku bisa meretas cctv dan satelit tapi semua itu tidak bisa membantu jika dia lari ke hutan yang lebat atau menyamar tapi sebisa mungkin aku akan mencari objek yang mencurigakan. Aku sudah melihat rupa kakakmu maka aku bisa mengenalinya dengan mudah jika aku melihatnya nanti."     

"Aku benar-benar bergantung padamu, Max. Aku harap kau bisa menemukan keberadaannya."     

"Itu sudah pasti tapi aku ingin kau beristirahat hari ini tanpa memikirkan apa pun."     

Aleandra mengangguk dan berusaha tersenyum, Maximus memberikan obat untuknya setelah bubur sudah habis.     

"Beristirahatlah, ibuku akan menemanimu," ucapnya.     

"Roti melon," ucap Aleandra karena dia teringat dengan roti melon yang dia beli untuk Max. Dia melupakan semuanya saat dia mengejar Adrian.     

"Kenapa? Apa kau mau makan roti melon?"     

Aleandra menggeleng dan berkata, "Aku membelikan roti melon untukmu Max, dan aku lupa mengatakannya padamu."     

"Tidak apa-apa, rotinya sudah aku makan," Ucap Maximus seraya mencium dahinya.     

"Benarkah?"     

"Yaeh, sudah aku makan semua," ucapnya.     

Aleandra tersenyum, matanya terpejam karena dia merasa lelah. Max masih berada di sisinya sampai Aleandra tertidur. Max memberikan sebuah ciuman untuknya sebelum dia keluar dari kamar. Kedua orangtuanya melihat ke arahnya saat Max melangkah mendekati mereka.     

"Bagaimana, Max? Apa dia sudah tidur?" tanya ibunya.     

"Yes, tapi tolong jaga dia, Mom. Aku takut dia tiba-tiba terbangun lalu dia nekad pergi. Dengan keadaannya yang sedang lemah, dia akan tertangkap dengan mudah."     

"Baiklah, Mommy akan menjaganya. Kau tidak perlu khawatir."     

"Thanks, sekarang aku butuh bantuan Daddy."     

Max melangkah pergi, sedangkan Michael beranjak dan mengikuti langkah putranya. Marline pergi ke dapur karena dia ingin membuat sesuatu, dari sana dia bisa melihat jika Aleandra hendak pergi. Maximus dan ayahnya sudah berada di dalam ruangan, dua perangkat komputer sudah menyala saat itu.     

"Apa sebenarnya yang kau ingin lakukan?" tanya ayahnya.     

"Mencari jejak," jawab Maximus.     

"Di mana kita akan mulai mencari?"     

"Sebentar, Dad," Maximus mulai sibuk mencari lokasi di mana Aleandra melihat Andrian dan tidak lama kemudian, beberapa lokasi pun muncul.     

"Kau lihat itu, Dad. Pria ini yang aku cari, aku sudah menyelusuri jejaknya dari semalam tapi aku menemukan kejanggalan saat dia masuk di bangunan ini," ucap Maximus.     

"Kejanggalan seperti apa? Bukankah kau bisa terus memantau di sekitarnya? Pria itu tidak akan selamanya berada di bangunan itu, bukan?"     

"Dad, musuhku juga bisa memanipulasi cctv sebab itu aku curiga jika cctv di daerah ini sudah di manipulasi oleh mereka sehingga aku beranggapan jika kakak Aleandra hilang di bangunan ini lalu aku akan mengerahkan anak buah untuk mencari keberadaannya tapi aku tidak mungkin menemukan apa pun karena sesungguhnya Adrian tidak ada di tempat ini."     

"Kau sudah tahu, bukankah itu bukan perkara sulit untukmu?" tanya ayahnya.     

"Dad, masalahnya aku menemukan keberadaan Adrian di beberapa lokasi di waktu yang bersamaan jadi sebab itu aku meminta bantuanmu," ucap Maximus.     

"Baiklah, ayo kita mulai!" ucap ayahnya.     

Mereka mulai sibuk, Maximus sibuk di lokasi lain sedangkan ayahnya sibuk di lokasi yang berbeda. benar apa yang putranya katakan, rekaman cctv sudah di manipulasi. Pemuda yang dicari oleh putranya berada di beberapa lokasi dalam waktu yang bersamaan jadi mereka harus mencari yang mana rekaman yang asli.     

Antonio memerintahkan anak buahnya melakukan hal itu agar Adrian tidak bisa ditemukan oleh musuh dengan mudah. Umpan yang dia lempar harus dia tangkap kembali sebab itu Antonio memerintahkan anak buahnya untuk memanipulasi cctv untuk mengecoh musuh.     

Max dan ayahnya terlihat serius, mereka berdua tidak bersuara, hanya terdengar suara keyboard komputer saja yang berbunyi. Tidaklah sulit bagi mereka apalagi mereka bekerja sama. Perlahan rekaman cctv yang di manipulasi mulai terlihat, mereka berdua terlihat puas.     

"Lihat, sudah ditemukan," ucap ayahnya.     

"Yeah, Daddy benar!" Max menekan sebuah tombol lalu beberapa rekaman yang memperlihatkan keberadaan Adrian tiba-tiba hilang dan menyisakan satu rekaman dan itulah rekaman yang asli. Tidak sampai di sana, mereka terus menyelusuri karena rekaman cctv yang asli pun sudah di manipulasi sedemikian rupa sehingga memperlihatkan Adrian masuk ke dalam bangunan kosong di mana dia terakhir kali melarikan diri lalu dia tidak terlihat keluar lagi.     

"Kali ini kau mendapatkan lawan yang seimbang, Max," ucap ayahnya.     

"Jika tidak seperti ini maka tidak seru, Dad!"     

"Kau terlihat sangat bersemangat?" Michael melirik ke arah putranya.     

"Tentu saja, aku sudah tidak sabar menendang mereka semua!"     

"Jangan lupa ajak Daddy saat kau bersenang-senang," ucap ayahnya.     

"Tentu, aku pasti membutuhkan bantuan Daddy!"     

Michael tersenyum, dia jadi teringat masa muda dulu tapi sayangnya dia tidak bisa langsung turun ke lapangan secara langsung akibat kelemahan yang dia miliki. Kedua ayah dan anak itu kembali fokus sampai akhirnya mereka mendapatkan rekaman yang asli di mana Adrian berlari keluar dari bangunan itu namun sayang dia sudah ditunggu oleh beberapa anak buah Antonio karena Antonio memang menginginkan sandera kembali ke tangannya.     

"Kau lihat itu?" Ayahnya menunjuk ke arah orang-orang yang sudah siap mencegat," mereka sengaja melepaskan umpan saja, "ucapnya lagi.     

"Aku tahu, Dad. Mereka benar-benar memainkan trik murahan. Aku sudah tahu mereka melepaskan umpan untuk melihat seberapa besar kekuatan yang aku miliki. Mereka bertindak ceroboh, seharusnya mereka menempatkan beberapa orang untuk mengejar Aleandra jika memang mereka ingin melihat kekuatan yang kita miliki. Bukankah dengan demikian aku akan panik dan memerintahkan Jared untuk mengerahkan anak buah? Sayangnya trik murahan ini mudah terbaca!"     

"Tapi kau harus berhati-hati, Max. Aku tahu kau mampu tapi kekasihmu? Aku harap dia cerdik seperti ibumu dulu sehingga kalian bisa bekerja sama untuk menghabisi musuh kalian."     

"Aku tahu, terima kasih atas nasehat Daddy."     

Mereka kembali fokus, melihat ke mana Adrian dibawa pergi. Musuh benar-benar cerdik, mereka hilang saat di terowongan. Max sangat yakin jika kedua kubu sudah bersatu untuk melawannya, Antonio tidak mungkin tahu apa yang dia kuasai jika tidak dari musuh yang selama ini menyerangnya.     

Menarik, dia justru sudah tidak sabar untuk menghajar musuhnya dan juga Antonio. Walau dia tahu tidak mudah karena mereka harus melewati jebakan-jebakan yang musuh buat, tapi Max yakin jika dia dan Alandra bisa melewati semua itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.